"Kita mau apa Kak, kesini? Kenapa tempatnya sepi begini?" tanya seorang gadis berseragam SMP yang tangannya ditarik paksa oleh seorang laki-laki berseragam SMA.
Mereka terlihat memasuki sebuah gudang tua yang tidak terpakai.
Laki-laki itu merapikan kardus-kardus bekas yang berserakan di sana. Menatanya untuk alas. Lalu dia menyuruh gadis itu untuk tiduran di atas kardus-kardus itu.
"Kita mau ngapain sih? Aku nggak mau ah, aku takut, aku mau pulang," gadis itu meronta saat laki-laki itu memaksanya untuk merebahkan tubuhnya di atas kardus-kardus itu.
"Udah deh, lo nggak usah berisik! Lo turutin aja apa kata gue. Kalau lo nggak mau nurutin apa kata gue, kita putus! Cepet tiduran di situ!" ancam si laki-laki.
Mendengar kata putus, gadis itu jadi diam. Dia tidak mau hubungannya dengan laki-laki itu berakhir. Dia sangat menyayangi laki-laki itu. Dia tidak mau kehilangan laki-laki yang sudah membuat hari-harinya lebih berwarna.
"Sekarang, lo buka baju lo!" perintah laki-laki itu lagi.
"Buat apa? Aku nggak mau!"
"Lo pilih gue yang bukain apa lo yang buka sendiri, terserah!"
"Kakak ini mau apa sih sebenernya?" wajah gadis itu terlihat mulai panik. Terlebih saat laki-laki dihadapannya itu kini mulai membuka pakaiannya sendiri, bahkan tanpa ada rasa risih dan malu sedikit pun.
"Ah lo lemot banget sih jadi cewek! Yaudah sini gue yang buka,"
"Jangan, Kak!" Gadis itu mulai menangis. Tapi dia benar-benar tidak berdaya. Tenaganya jelas kalah jauh dibanding laki-laki itu.
Gadis itu terus meronta dan menangis bahkan di saat tubuhnya kini sudah tak berbusana. Dia hanya bisa menutupi ke dua area sensitifnya dengan ke dua tangannya. Senyum laki-laki itu kian menyeringai saat dilihatnya mangsa empuk dihadapannya.
"Lo jangan berisik, nikmatin aja permainan gue, gue jamin lo nanti juga bakal enak sendiri,"
Laki-laki itu benar-benar sudah berada di puncak. Setan sudah menguasai dirinya sepenuhnya. Dia tidak perduli lagi dengan tangisan gadis itu, rintihan ketakutan, serta perasaan sakit yang luar biasa ketika sesuatu itu berhasil melesak, menembus dan menghunus sesuatu yang paling berharga yang dimiliki sang gadis. Hal itu dilakukannya berkali-kali, tanpa ampun. Gadis itu hanya bisa melenguh tertahan. Menahan sakit, menahan takut bahkan tanpa sedikit pun dia merasakan nikmat yang dirasakan laki-laki itu atas dirinya.
Hilang sudah mahkotanya. Sirna sudah kegadisannya. Bahkan tanpa dia mampu untuk melawan. Hingga setelahnya, laki-laki itu pergi meninggalkannya begitu saja, bahkan tanpa perasaan bersalah apalagi iba.
Laki-laki berseragam SMA itu keluar dari gudang kosong itu setelah dia berhasil menyalurkan hasratnya pada seorang gadis lugu nan bodoh yang sudah dia tipu dengan iming-iming cinta.
Dan saat dirinya hendak pergi, dia melihat seorang wanita bercadar keluar dari dalam gudang tersebut, wanita bercadar itu menuntun wanita yang baru saja dia perkosa kehadapannya, lalu wanita bercadar itu mengatakan sesuatu dengan suara yang lantang kepada laki-laki itu.
"Kamu harus bertanggung jawab, Hardin! Kalau tidak, aku yang akan pergi!"
"TIDAAAKKKKK!!! TRINA, JANGAN PERGI!!! AKU MOHON, JANGAN TINGGALKAN AKU, TRINA... AKU MOHON... KATRINAAA....!!!
"Hardin, bangun Hardin! Istighfar! Hardin..." Katrina terlihat panik, dia menepuk-nepuk pipi suaminya. Berharap sang suami tersadar dari mimpi buruknya.
Hardin membuka matanya. Peluh mengucur memenuhi pelipisnya dan menjadi titik-titik embun di beberapa bagian wajahnya.
Ternyata, dia hanya bermimpi.
Bagi kalian yang ingin tahu gimana romantisnya kisah kehidupan rumah tangga Reyhan dan Katrina selepas menikah, kalian bisa baca di karya Herofah yang berjudul SANG PENGGODA ya... Dan... Bagi kalian yang mau tau gimana serunya kisah cinta Gibran anak Hardin dan Luwi setelah dewasa, bisa kalian baca juga di karya Herofah yang berjudul THE DEVIL WIFE... Selain itu, Herofah baru aja memposting dua karya On Going baru dengan Judul THE BRIDAL SHOWER DAN BURONAN... Kalau mau tau karya-karya Herofah yang lain yang tidak terposting di Good Novel, kalian bisa Follow akun I*******m @Herofah untuk tahu spoiler-spoiler karya Herofah yang lain... YUK MAMPIR, AKU TUNGGU KEHADIRAN KALIAN DI SANA... SALAM SAYANG AUTHOR...
Bandung. Perumahan Summarecon. Dua Tahun Kemudian. Mengabadikan momen bersama keluarga bagi sebagian orang itu penting. Tak cuma mengenang kebersamaan, tapi juga dijadikan dokumentasi pribadi. Sebagai bukti di masa depan bahwa dulu mereka pernah menjadi bagian terindah di dalam sebuah keluarga yang berbahagia. Seluruh sarana dan prasarana untuk melakukan sesi foto keluarga sudah dipersiapkan dan harusnya semua ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan kalau saja penerbangan dari Amerika menuju Indonesia tidak diundur secara tiba-tiba. Harusnya, Hardin, Luwi, Gibran, Omah, Opah dan dua balita kembar anggota baru keluarga mereka sudah berada di Indonesia sejak kemarin, hanya saja tiba-tiba Reyhan m
Jakarta.Bandara Soekarno Hatta.Dua Hari Kemudian.Hari ini, Hardin, Luwi, Gibran, Omah dan Opah rencananya akan berangkat ke Amerika bersama-sama. Kepergian mereka di antar oleh Reyhan, Katrina dan Pak Hadi."Ayah, jaga diri baik-baik ya. Obat jantung Ayah jangan lupa diminum," ucap Luwi setelah melepas pelukannya dari Hadi yang terlihat agak pucat hari ini. Sepertinya dua hari belakangan ini tubuh sang Ayah terlalu di forsir untuk bekerja. Dia terlihat lelah. Wajahnya yang terlihat mulai keriput menandakan Ayahnya kini sedang banyak pikiran. Luwi yakin sang Ayah masih terus berusaha mendapatkan maaf dari Reyhan, sang kaka
"Nggak ada suara apa-apa, Pa?" ucap Gibran yang baru saja menempelkan telinganya di depan perut Luwi yang sengaja dia buka sebagian. Saat sang Papa menyuruhnya untuk mengajak adiknya bicara.Hardin tertawa melihat tampang polos Gibran. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Kejadian menegangkan yang terjadi selepas makan malam tadi sudah berlalu. Kini waktunya mereka beristirahat di kamar masing-masing."Gibran mau aja dibohongin sama Papa," ucap Luwi seraya menutup kembali perutnya."Gibrankan mau cepet-cepet ajak dedenya ngobrol terus main kayak Gibran biasa ajak dede Yumna main di rumah Papa."celoteh Gibran. Dia terus berjingkrak-jingrakkan tubuhnya di atas kasur yang dianggapnya sangat empuk itu. Seperti sebuah pegas.
Terletak di kawasan kota Bandung Timur perumahan elit berdiri di sana. Dimana di dalam kawasan itu berdiri rumah megah di salah satu cluster utamanya.Btari Extension Resindence begitulah yang tertulis di pintu gerbang perumahan itu.Pintu gerbang besi berwarna putih dengan ornamen keemasan terlihat menghiasi pintu gerbang utama.Di halaman parkirnya yang luas terlihat beberapa mobil mewah yang kebanyakan mobil-mobil dinas kepemerintahan terparkir dan berjajar rapi di sana.Acara Ijab dan kabul baru saja selesai dilaksanakan dan sekarang pengantin pria terlihat sedang berdiri di atas pelaminan yang dibuat sederhana di taman belakang rumah itu sambil menunggu mempelai wanitanya berganti pakai
"Malam ini juga Ayah kembali ke Bandung. Besok Ayah ada pekerjaan keluar kota. Jaga Katrina baik-baik. Ayah berharap kamu bisa memaafkan Ayah, Reyhan. Dan Ayah sangat berharap kamu dan Katrina bisa tinggal bersama di rumah Ayah sekembalinya dari sini. Karena Luwi sudah setuju untuk kembali tinggal bersama Ayah nanti," ucap Pak Hadi saat dia meminta Reyhan menemuinya di Loby hotel malam itu."Aku sudah kredit rumah di Bandung. Aku dan Katrina akan tinggal di rumahku sendiri." jawab Reyhan jelas, singkat dan padat. Dia tidak mau berbasa-basi lagi."Tapi aku maunya kita tinggal bersama Ayah sementara waktu, Kak. Bagaimana?" tiba-tiba Katrina menyela dan dia juga datang dengan tiba-tiba, membuat Reyhan sedikit kaget, padahal tadi sewaktu Reyhan turun ke loby Katrina sedang di kamar mandi di dalam kamar hotelnya.