Share

Bab 7

Senja mulai turun. Langit di puncak Mahameru semakin tebal. Sore ini tampaknya akan turun hujan. Di tenda perkemahan, Niken dan Lastri terlihat panik. Kedua cewek itu nampak mondar-mandir. 

"Bagaimana ini, Lastri?" tanya Niken. Ia tak bisa menyembunyikan rasa paniknya. 

"Seharusnya mereka sudah kembali ke perkemahan," sahutnya. Sesekali ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah jam lima. "Kita tunggu saja mereka," katanya. 

Kedua cewek itu kemudian masuk ke dalam tenda saat mendung kelam itu pecah menjadi hujan. Sesekali  terdengar kilat menyambar. Niken semakin terlihat panik. 

"Aku sudah mencoba menghubungi mereka, namun telpon mereka tidak ada yang aktif," kata Lastri. 

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Lastri?" tanya Niken. 

"Mau bagaimana lagi. Kita harus tetap menunggu mereka kembali. Semoga saja mereka tidak terjadi apa-apa," jawab Lastri. Pandangan matanya menatap ke luar. Hujan di luar sana semakin deras. Sementara senja mulai gelap. 

Sudah dua jam lebih, keduanya menunggu di dalam tenda. Namun, teman-temannya masih belum juga kembali. "Kita harus berbuat sesuatu, Lastri. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan mereka," 

"Berbuat apa? Kita tidak mungkin menyusul mereka dengan kondisi gelap seperti ini," katanya. 

Niken duduk termangu. Matanya menerawang jauh di kegelapan sana. Entah mengapa, dia kepikiran dengan Rama. Perasaan khawatirnya seperti terus menghantui bathinnya. Tiba-tiba Niken menyambar sebuah jas hujan. Tanpa berkata apa-apa, cewek itu menerobos lebatnya hujan. Ia berlarian di tengah kegelapan yang semakin pekat. 

****

Di tengah kelebatan hutan itu, Niken terus menyusuri sebuah jalan setapak. Ia sudah semakin jauh meninggalkan tendanya. Dengan bekal lampu senter, cewek itu nekat menembus kegelapan. Niken tak bisa menunggu tanpa adanya sebuah kepastian. 

Entah berapa kilo meter, Niken terus berlarian. Tubuhnya basah kuyup diterjang derasnya hujan. Tubuhnya mulai menggigil kedinginan. Namun dia terus merangsak menyusuri jalan setapak yang licin. 

Dari kejauhan, dia melihat sebuah bangunan kecil. Niken harus ke pos penjagaan itu untuk mencari tahu tentang keberadaan teman-temannya. Siapa tahu dengan radio HT milik mereka bisa mendapatkan kabar. 

Namun harapan Niken kandas. Petugas pos jaga itu tak bisa berbuat apa-apa. Pesawat radio HT-nya mengalami gangguan sinyal, sehingga tidak bisa terhubung. 

"Seharusnya mereka turun tadi sore, namun sampai sekarang belum juga kembali," ujar Niken pada seorang petugas pos jaga. 

Petugas jaga itu memandangi Niken yang terlihat basah kuyup. Tubuhnya nampak menggigil. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status