CINTA SEPARUH JIWA

CINTA SEPARUH JIWA

Oleh:  Ugi Tambeng  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
24Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cinta Separuh Jiwa, sebuah novel percintaan yang penuh intrik. Cinta terkadang membuat seseorang jadi buta, bahkan lupa terhadap segalanya. Namun tidak bagi Rangga. Dia mencintai seorang gadis yang juga teman kuliahnya. Meski Rama mencintai gadis itu, namun perasaan cintanya tidak seutuh yang diharapkan. Dia lebih mencintai Mamanya dengan penuh kasih sayang untuk membalas budi baiknya yang telah melahirkannya. Melihat sikap Rama, diam-diam gadis itu merasa cemburu. Dia tak ingin kasih sayang orang yang dicintainya berbagi dengan orang lain. Bagaimana cerita cinta mereka? Ikuti kisahnya di Cinta Separuh Jiwa.

Lihat lebih banyak
CINTA SEPARUH JIWA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Navira Sema
yuk semangat nulisnya, yuk!
2021-08-21 12:39:19
1
user avatar
Aisyah
Teringat masa kuliah dulu
2021-08-05 00:21:09
1
24 Bab
Bab 1
Rama hanya menggeliat saat mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Ia sudah tahu siapa yang mengetuknya. Mama. Ya, dia pasti Mamanya. Cowok itu tak menggubrisnya. Dia membungkus kembali tubuhnya dengan kain selimut. Lalu kembali mendengkur.  "Rama, buka pintunya," suara Mamanya kembali berteriak dari luar kamar. Namun panggilan itu tak mendapatkan jawaban. "Ini sudah jam delapan. Kau pasti akan terlambat jika tak segera bangun," Mendengar teriakan itu, Rama tersentak. Sudah jam delapan. Lamat-lamat telinganya mendengar kalimat itu. Matanya lalu melirik jam weker di atas meja. Benar saja. Jarum pendeknya menunjuk angka delapan kurang sepuluh menit. Cowok itu kemudian beranjak dan meloncat dari atas springbednya. Dia sadar jam delapan Rama harus berada di kampusnya.  "Ya, Ma," sahut cowok itu langsung menyambar kain handuk di rak stainless. Tidak kurang dari lima menit, dia kemudian keluar dari kamar mandi. Lalu
Baca selengkapnya
Bab 2
Langkah Rama terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Feri sedang berlarian menghampirinya. "Gimana Rama, jadi dengan rencana kita?" tanyanya. Napasnya sedikit ngos-ngosan.  "Rancana yang mana?" tanya Rama balik tanya.  Rama dan teman-temannya memang mempunyai rencana untuk melakukan camping di gunung Semeru. Rencana itu memang sudah lama. Namun selalu gagal karena banyak kegiatan di kampusnya. "Apa tidak berbahaya kita memilih tempat itu," kata Feri.  Bukit Tanjakan Cinta memang cukup menantang. Namun tempat itu sudah disepakati bersama. Mereka tidak bisa merubah dengan menggantikan lokasi lainnya tanpa melalui kesepakatan bersama.  Ya, Bukit Tanjakan Cinta, sebuah bukit yang berada di dekat Ranu Kumbolo dan Oro-Oro Ombo. Konon, untuk menuju bukit itu, mereka harus melalui sebuah jalan setapak. Saat mendaki bukit itu, mereka dilarang menoleh ke be
Baca selengkapnya
Bab 3
Rama terkejut begitu mendengar suara teriakan. Begitu juga dengan Tedy, Bando dan Feri. Suara teriakan itu berasal dari tenda sebelah. Mereka saling pandang. Sementara jam sudah menunjuk angka delapan. Malam di luar gelap gulita. Hujan deras baru saja reda.  Begitu mendengar teriakan itu Rama langsung meloncat. Ia ingin memastikan suara teriakan itu apa benar dari tenda sebelah. Melihat Rama keluar tenda, yang lain pun turut mengikutinya dari belakang.  Di dalam tenda itu, Rama melihat Lastri sedang menangis. Gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya. Sedangkan mahasiswa lainnya masih tertidur pulas. Rupanya mereka kecapaian akibat menempuh perjalanan yang cukup jauh. Sehingga tidak mendengar suara jeritan Lastri.  "Ada apa, Lastri?" suara Rama terdengar panik. Dia langsung menghampiri gadis itu yang masih terisak menangis.  Lastri terdiam. Ia terlihat seperti orang ketakutan.
Baca selengkapnya
Bab 4
Dari balik sorotan cahaya itu, Rama melihat dua orang sedang berjalan. Mereka menyusuri di antara kelebatan pepohonan. Nampaknya, mereka sedang menuju ke tempat perkemahan Rama dan kawan-kawannya. "Apa kalian tahu ini kawasan larangan?" ujar salah satu dari mereka. Melihat dari baju yang dipakainya, kedua orang itu sepertinya petugas pos jaga gunung Semeru. Rama dan kawan-kawannya hanya diam. Sementara kedua orang itu memandangi mereka satu persatu."Kami baru saja datang, Pak. Setelah itu terjadi hujan lebat, sehingga kita tidak sempat meminta ijin," sahut Rama memberanikan diri. "Kalian tahu kawasan ini kan? Kami tidak ingin terjadi apa-apa. Sehingga kita nanti yang akan menanggung resiko," kata petugas itu yang mengaku bernama Misbah. Pria itu menatap Rama yang berdiri tak jauh darinya. Benar, daerah itu memang termasuk kawasan larangan. Rama sendiri seringkali mendengar banyak pendaki yang hilan
Baca selengkapnya
Bab 5
Rama tidak menyangka betapa indahnya puncak Mahameru. Dia benar-benar merasa takjub. Panorama keindahan alamnya membawa daya tarik tersendiri. Tak heran, jika selama ini banyak pendaki yang ngiler ingin menaiki gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu.  Embun pagi masih menetes. Udaranya yang segar membuat cowok itu merasa betah duduk berlama-lama di tepian danau Kumboro. Dia tidak menyadari kehadiran Niken yang sedari tadi sudah berdiri di dekatnya.  "Apa kita tetap melanjutkan mendaki bukit itu, Rama," tanya Niken.  Cowok itu menoleh. Dia sedikit terkejut ketika melihat kehadiran cewek itu yang datang secara tiba-tiba. "Kenapa tidak? Itu tujuan kita datang kemari," sahutnya.  Rama kembali menikmati keindahan alam danau Kumboro. Dia melempar sebuah batu krikil ke tepian danau. Lemparan itu menimbulkan riak kecil yang membentuk sebuah lingkaran.   "
Baca selengkapnya
Bab 6
Niken tidak ikut mendaki Bukit Tanjakan Cinta. Ia memilih menunggu di tenda bersama Lastri. Di dalam tenda itu, dia merebahkan diri. Entah mengapa dia tidak bisa menghilangkan ingatannya soal peristiwa tadi pagi. Kejadian itu benar-benar membekas. Tatapan matanya seolah menyentuh dalam kalbunya hingga ia menjadi luluh.  Berada di dalam pelukan cowok itu, hati Niken seolah bergetar. Getaran itu begitu kuat seolah menembus kisi-kisi kalbunya yang paling dalam.  "Emangnya kenapa kok kamu senyum-senyum sendiri," Suara Lastri mengejutkan Niken. Lamunan impiannya buyar seketika.  Niken hanya mengangkat bahunya. Ia tak menjawab pertanyaan sahabatnya itu. "Aku sudah tahu apa yang ada dalam pikiranmu," kata Lastri.  "Maksudmu?" "Tentang Rama bukan?" tebak Lastri. Matanya mengerling menatap Niken yang beranjak dari tempat rebahannya. "Aku juga dapat merasakan
Baca selengkapnya
Bab 7
Senja mulai turun. Langit di puncak Mahameru semakin tebal. Sore ini tampaknya akan turun hujan. Di tenda perkemahan, Niken dan Lastri terlihat panik. Kedua cewek itu nampak mondar-mandir. "Bagaimana ini, Lastri?" tanya Niken. Ia tak bisa menyembunyikan rasa paniknya. "Seharusnya mereka sudah kembali ke perkemahan," sahutnya. Sesekali ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah jam lima. "Kita tunggu saja mereka," katanya. Kedua cewek itu kemudian masuk ke dalam tenda saat mendung kelam itu pecah menjadi hujan. Sesekali  terdengar kilat menyambar. Niken semakin terlihat panik. "Aku sudah mencoba menghubungi mereka, namun telpon mereka tidak ada yang aktif," kata Lastri. "Lalu apa yang harus kita lakukan, Lastri?" tanya Niken. "Mau bagaimana lagi. Kita harus tetap menunggu mereka kembali. Semoga saja mereka tidak terjadi apa-apa," jawab Lastri. Pandangan matany
Baca selengkapnya
Bab 8
Niken merasa lega melihat teman-temannya sudah kembali ke perkemahan. Mereka dibawa mobil polhut setelah petugas melakukan pencarian keesokan harinya.  Melihat Rama turun dari kendaraan, Niken langsung menghampirinya. Raut muka cowok itu terlihat sedih. Dia tak bicara apa-apa. Di dalam kendaraan mobil itu, Niken tidak melihat Tedy dan Bando. Niken penasaran, lalu menuju sebuah kendaraan lainnya yang berada di paling belakang. Namun dia juga tidak melihat kedua cowok itu.  "Tim SAR masih melakukan pencarian. Kita memang berada di tempat yang terpisah," kata salah seorang petugas. Dia menatap Niken yang masih diselimuti perasaan panik.   Niken lalu kembali. Ia menuju ke dalam tenda, dimana teman-temannya berada disitu. Di dalam tenda itu, Rama beserta ke empat teman lainnya terlihat lemas. Mereka tak ada yang bicara. Wajah-wajah mereka seperti diselimuti rasa takut yang luar biasa.  
Baca selengkapnya
Bab 9
Terjadinya cuaca buruk yang tidak menentu membuat Rama dan kawan-kawannya terpaksa diungsikan. Mereka diungsikan ke kantor balai desa. Bahkan pencarian terhadap dua orang mahasiswa yang hilang itu dihentikan sementara. Karena dengan cuaca buruk yang tak menentu itu, badai pasir bisa terjadi setiap saat. Dengan alasan itulah Tim SAR tidak berani melakukan pendakian.  "Kita harus mematuhi imbauan pusat Vulkanologi. Meskipun badai pasir ini merupakan fenomena yang sudah lazim terjadi," ujar salah seorang Tim SAR saat menemui Rama dan teman-temannya.  "Lalu sampai kapan ini terjadi, Pak?" tanya Rama menyela.  "Kita tidak bisa memastikan sampai kapan. Yang jelas, aku minta pada kalian jangan ada yang melakukan pendakian sebelum ada pemberitahuan," kata petugas itu lagi. Pria itu kemudian pergi meninggalkan rombongan Rama dan kawan-kawannya.  Mendengar jawaban petugas itu, mereka terdia
Baca selengkapnya
Bab 10
Berhari-hari tinggal di posko perasaan jenuh itu mulai terasa. Niken tidak tahu harus kemana. Ia tidak bisa tinggal diam menunggu sesuatu yang tidak ada kepastian.  Siang itu, entah mengapa cewek itu punya keinginan untuk bermain di ruang pustaka desa. Meski literaturnya tidak selengkap di kampusnya, setidaknya dengan membaca buku bisa mengusir perasaan jenuhnya.  "Niken, aku ikut ya?" Suara Lastri mengejarnya.  Niken menoleh ke belakang. Ia hanya menyahutnya dengan sebuah anggukan kepala.  Di ruang pustaka, cewek itu melihat-lihat rak yang terpajang bermacam-macam judul buku. Dia hanya melewatinya. Dilihat dari judulnya saja, Niken sudah malas untuk membacanya.  Tiba-tiba mata Niken tertuju pada sebuah buku. Buku novel itu tergeletak di atas meja. Sampul bukunya sudah agak kusam. Rupanya buku itu sudah berganti-ganti pembaca. Meski agak kotor, namun nama
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status