Share

CINTAKU TERGADAI
CINTAKU TERGADAI
Author: Firstly_Cute

Pacarku I Love You

"Sayang, sore ini kita ke club' ya?"

Jovan memang sangat suka dengan hiruk pikuk gemerlapnya diskotik. Sebagai pacar yang baik, aku tidak mau menolaknya, lagi pula kami baru jadian satu bulan lalu.

"Oke, Sayang!" sahutku dengan semangat.

Ya begitulah orang bila di mabuk cinta, satu jam tidak ketemu sudah sangat menyiksa, itu alasan kedua kenapa aku mau saja dibawa Jovan ke club'.

"Sayang turun yuk, aku ingin disco bersamamu," ajak Jovan.

"Aku tidak pandai berjoged Jo," ucapku.

"Ah, goyangkan saja tubuhmu," ucap Jovan.

Lagi-lagi aku menuruti kata Jovan. Entah apa yang tercampur dalam minumanku, hingga tubuhku terasa begitu enteng dan leluasa untuk menari mengikuti irama. Hingga akhirnya aku pingsan.

Matahari mulai menyusup ke sela-sela ruangan tempat aku terbaring. Aku terduduk, aku melihat sekelilingku, dan ini bukan kamarku. 

"Di mana aku?" ucapku lirih.

Ku perhatikan diriku, aku terkejut melihat tubuhku tanpa busana. Hanya selimut yang lembut membalut tubuhku yang putih mulus tanpa noda.

"Arggghh!" pekik ku. 

Air mataku terjatuh tanpa aba-aba. Aku mengumpat diriku sendiri sebagai wanita yang bodoh dan hina.

"Selamat pagi Sayang, kamu sudah bangun. Bagaimana tidur kamu malam ini, nyenyak?" 

"Jo, aku di mana? Apa yang kita lakukan tadi malam, di mana baju dan celanaku?" 

Tanpa menjawab Jovan menunjuk ke arah belakang daun pintu. Di situ aku melihat baju dan celanaku tergantung.

"Apa yang terjadi tadi malam?" tanyaku sedikit kesal.

"Ya ... yang terjadi malam tadi itu ya bukti cinta kita. Begitulah caraku mencintai kamu. Apa kamu tidak mencintai aku?"

Sesaat aku terdiam, lidahku kaku. Pesona Jovan tidak dapat aku elak, tatapannya sudah memanah dengan tepat ke hatiku, apalagi dia adalah primadona kampusku, sungguh rugi bila aku lewatkan menjadi kekasihnya.

"A-aku juga mencintaimu Jovan," sahutku gugup.

"Kalau begitu senyum dong!"

Aku pun tersenyum menatap Jovan, pria tajir dan tampan yang di kagumi para wanita. Aku merasa beruntung menjadi wanita yang terpilih, orang-orang di kampus pasti akan menghargai aku.

"Senyum kamu manis sekali Sayang, mengingatkan aku pada ibu."

"Ibu? Di mana ibu kamu, aku ingin bertemu Jo."

"Suatu hari nanti aku akan membawa kamu kepadanya."

Hatiku merasa bahagia dengan ucapan Jovan, kami pun lalu berpelukan dan terulang lagi kejadian seperti malam tadi, namun kali ini aku melakukannya dengan sukarela.

"Jo, bagaimana kalau nanti aku hamil?"

"Aku akan tanggung jawab, aku pewaris tunggal keluarga Suer, aku rasa harta itu cukup untuk menghidupi kita dan anak cucu kita."

Dering handphone ku menyerinai memekakkan gendang telinga, aku tau itu dari ayah. Aku tidak mau membuat ayah marah dengan melihat Jovan menganterku sampai depan rumah. Apalagi ayah tau jika malam ini aku tidak pulang.

"Jo, turunkan aku di sini saja, aku takut ayah akan marah bila melihat kamu."

"Oke Sayang, kamu hati-hati ya, jangan lupa kasih kabar ke aku. Besok aku tunggu kamu di kampus."

Sebelum turun dari mobil Jovan, aku beranikan mencium pipi nya dan Jovan pun membalas dengan mencium keningku.

"Selamat pagi Ayah, maaf Jeanna tidak menjawab telepon ayah sebab Jeanna takut handphone Jeanna di jambret, karena di bis kota sangat padat."

"Lalu, darimana kamu hingga tidak pulang?"

Suara ayah seperti petir di siang hari hingga membuat gendang telingaku berdengung. Ayah tidak biasanya marah seperti ini padaku, karena aku pun tidak pernah membuat tingkah yang aneh seperti hari ini.

"J-Jeanna menginap di rumah teman, kami ada tugas kelompok, Yah!"

"Tapi apa tidak bisa kamu memberi kabar dulu kepada ayah?"

"M-maaf Yah, pulsa Jeanna habis."

Ayah memaklumi alasanku, dengan cepat ayah menyuruhku masuk dan sarapan. Sejujurnya aku tidak lapar, karena aku sudah makan bersama Jovan di tempat yang mahal. Tetapi aku tidak ingin membuat ayah kecewa karena dia sudah memasakkan makanan untuk ku.

"Bagaimana kuliah kamu?"

Uhuk ... uhuk .... Aku tersedak mendengar pertanyaan ayah, rasanya aku tidak ingin berbohong pada ayah, tapi ayah tidak akan mengizinkan aku pacaran sebelum kuliahku selesai.

"Kuliah Jeanne lancar kok Yah," sahutku datar.

Ayah hanya mengangguk-anggukkan kepala saja. Dering handphone ku kembali menyerinai, aku lirik layar yang bertuliskan Jovanther.

"Siapa itu? Diangkat dong, kali aja penting."

"Em ... tidak Yah, nanti saja. Jeanna masih ingin menikmati masakan ayah," sahutku beralasan.

Aku tidak ingin ayah tau kalau aku telah memiliki pacar yang tampan dan kaya, sebab itu adalah sebuah mimpi yang tidak pernah aku bayangkan bisa menjadi nyata. Dan kini semua itu nyata, sehingga aku tidak ingin putus pas lagi sayang-sayangnya, pas lagi mesra-mesranya dan pas lagi berbunga-bunga.

Handphoneku tidak juga mau berhenti berdering. Aku yang sibuk mematikan handphone ku, takut kalau-kalau ayah akan curiga.

"Kenapa tidak kamu angkat teleponnya Jeanna? Apa kamu memiliki rahasia?"

"T-tidak ayah, Jeanna hanya malas saja mengangkatnya, Jeanna bosan bila membahas tentang pelajaran terus."

"Jangan begitu, namanya juga mahasiswi ya harus selalu aktif dan tanggap dong!"

"Baiklah Yah, Jeanna ke kamar dulu ya!"

Aku mulai beranjak setelah ayah memberikan izin. Sesampai di kamar, aku campakkan tas berisi buku-buku yang tebal dan berat. Aku bantingkan tubuhku ke tilam ukuran sedang dengan seprei berwarna pink, warna kesukaan aku.

Dengan cepat aku buka handphone ku dan memberi pesan kepada Jo. Aku tidak mau membuatnya marah, tapi kali ini mungkin dia akan marah, karena teleponnya selalu aku rejek.

[Jo, maaf. Aku terpaksa menolak panggilan kamu, sebab tadi ayah sedang duduk di hadapanku.]

Pesan yang ku kirim langsung di baca oleh Jo, dan hanya hitungan detik, teleponku berdering dan dengan segera aku mengangkatnya.

'Halo Jo, maaf ya?'

'Tidak masalah Sayang, sekarangkan kamu sudah mengangkat telepon dari aku.'

'Kamu tidak marah Jo?'

'Tidak Sayang.'

"Syukurlah, terimakasih atas pengertiannya.'

'Iya Sayang. Sayang, tapi aku sudah kangen lagi sama kamu, nanti malam kita bobok bareng lagi ya?'

Aku berpikir keras untuk menerima ajakan Jovan, sebab aku tidak mungkin keluar malam dan tidak pulang. Jika aku sering melakukan itu, lama-lama ayah pasti berang padaku.

'Sayang?!' Suara Jo mengagetkan aku.

'I-iya Jo, t-tapi sepertinya malam ini aku tidak bisa keluar, ayah pasti melarang ku.'

'Tenang Sayang, kamu tidak usah kemana-mana, biar aku saja yang datang ke rumah kamu.'

'Ayah pasti akan mengusir kamu Jo!'

'Tenang Sayang, ayah kamu tidak akan tau bila aku berada di dalam kamar kamu. Kamu cukup membuka jendela kamar kamu saja, dan malam ini kita akan bersama.'

'T-tapi aku takut Jo, bagaimana jika ketahuan ayah?'

'Sttt! Ayah kamu tidak akan tau. Aku jamin.'

Mendengar jawaban Jo yang sangat meyakinkan ku bahwa semua kan baik-baik saja, akhirnya aku pun setuju. Sebab aku juga merindukannya. Pesona Jo, kejantanannya, sungguh membuat aku tergila-gila, karena dialah lelaki pertama yang membuat aku jatuh cinta dan membuat aku mengerti nikmat dan indahnya surga dunia yang selama ini diomongin teman-temanku, saat mereka bersama kekasih mereka.

"Jeanna ...."

Suara ayah memanggil namaku, aku segera menemui ayah di ruang keluarga.

"Ya Yah?"

"Sudah malam, ayah lihat jendela kamarmu belum tertutup, tutuplah Jeanna, nanti kamu ketiduran dan lupa menutupnya."

"Iya Yah, Jeanna sedang mengerjakan tugas Yah, jadi Jenna buka jendelanya sebab kamar Jeanna panas."

"Kasihan kamu, tapi apa kipas angin itu tidak cukup menghilangkan rasa panas itu?"

Aku pun menggelengkan kepalaku.

"Ya sudah, nanti kalau ayah gajian, ayah akan pasangkan AC di kamar kamu ya?"

"Terimakasih Yah," ucapku sambil mengangguk.

Sebenarnya aku kasihan pada ayah, gaji ayah sebagai seorang pegawai tidaklah banyak, dan sebenarnya aku tidak butuh AC itu, ini semua karena aku ingin bersama Jovan malam ini.

Malam semakin larut, aku dan Jovan masih bertukar pesan. Aku hanya ingin bilang pada Jovan, jika ayah masih berada di ruang keluarga dan menonton tv.

'Sayang, apa ayah kamu sudah tidur?'

'Belum Jo, sabar ya!'

'Aduh! Aku sudah kangen banget sama kamu nih!'

'Iya, aku juga Jo, tapi bagaimana caranya aku menyuruh ayah tidur?'

'Yah, bilang dong, jangan tidur malam-malam nanti sakit, gitu!'

'Baiklah, aku coba.'

Aku pun keluar dari kamarku. Dan menghampiri ayah yang masih asik dengan acara tv nya.

"Yah, kenapa ayah belum tidur?"

"Ayah belum ngantuk Jeanna."

"Tapi Yah, jika ayah kurang tidur, itu akan membuat kesehatan ayah menurun. Atau ayah ingin Jeanna buatkan sesuatu gitu, agar ayah mengantuk?"

"Tidak usah, nanti juga ayah ngantuk."

"Ayah ...," bujukku.

Ayah akhirnya mengalah dan mematikan tv nya, lalu masuk kedalam kamarnya. Aku pastikan ayah sudah mematikan lampu kamarnya.

'Jo, berhasil! Sekarang sudah aman.'

'Oke, tunggu aku Sayang!'

Hanya dalam sekejap Jo sudah berada di kamarku, padahal baru saja kami bicara lewat telepon, tetapi kini kami sudah bisa saling tatap, saling peluk dan bahkan berciuman.

Tok ... Tok ....

"Jeanna!"

Teriak ayah di depan pintu kamarku, membuat jantungku hampir copot. Aku dan Jo panik mencari tempat persembunyian.

"Gawat Jo, bagaimana ini? Aku takut!"

"Sttt! Tenanglah!"

Jo masih saja memintaku untuk tenang, sementara jantungku sudah berdegup kencang. Aku tidak pernah melakukan hal gila seperti ini sepanjang hidupku. Ini adalah kali pertama, aku bisa segila dan senekat ini.

"Jeanna, buka pintunya? Kamu dengan siapa di dalam?"

Mendengar ucapan ayah dengan tembakkan yang tepat dan tidak meleset, tubuhku semakin gemetar. 

"I-iya Yah, sebentar."

Karena Jo sudah menemukan tempat persembunyiannya, aku pun mencoba menarik nafas dan membuangnya perlahan dengan teratur, aku tidak mau ayah melihatku gugup.

Cekreaaak ....

"Ada apa Yah?" ucapku saat pintu telah ku buka.

Tanpa menjawab pertanyaanku, ayah langsung menerobos masuk kedalam kamarku, dia memperhatikan setiap sudut kamarku, bahkan sampai di kolong tempat tidurku.

"Ayah, apa-apaan sih! Ayah mencari apa?"

"Kamu dengan siapa di kamar ini? Jawab!"

"Jeanna sendiri Ayah, coba ayah lihat memangnya Jeanna dengan siapa?"

"Tetapi ayah mendengar ada suara laki-laki, dan ini juga tercium parfum laki-laki."

"Ayah! Apa ayah kira Jeanna senekat pikiran ayah? Suara laki-laki itu bersumber dari handphone Jeanna. Jeanna nonton sinetron Yah. Jeanna bosan memikirkan tugas-tugas Jeanna, jadi Jeanna ingin mengistirahatkan otak Jeanna sebentar dengan menonton."

Aku terus memberikan alasan agar ayah tidak melulu curiga, aku yakin bila ayah mendapati Jo ada di kamarku, bisa melayang kepala kami berdua.

"Ya Tuhan, bagaimana ini, Jik ayah tidak percaya padaku, bisa-bisa Jovan kehabisan nafas di dalam lemari."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status