Share

CURHAT DONG, MA!?
CURHAT DONG, MA!?
Author: Beyouna

Bab 1. Komentar Netizen

***

"Curhat dong, Ma!?"

"Iyaaa, doong!"

"Begini, Ma. Aku punya menantu, awalnya sih setuju, tapi lama-kelamaan, jadi gak suka sama dia. Aku kepinginnya dia diceraiin aja deh sama anakku, gimana itu Ma?"

Demikian, penggalan pertanyaan dari seorang Ibu-ibu Pengajian di sebuah Acara Dakwah di sebuah stasiun televisi yang menuai banyak komentar dari Warganet, yang setelah viral ternyata dinyatakan settingan.

Kuusap dadaku membaca satu per satu komentar di sebuah akun gossip yang kufollow di akun Instagramku. Aku, seorang Ibu dari anak-anak laki-laki yang semua sudah menikah, berdoa agar dijauhkan dari sikap seorang Ibu yang menginginkan perceraian terhadap rumah tangga anak menantunya.

Komentar-komentar yang kubaca kebanyakan adalah dari para menantu yang memiliki mertua serupa, dan ada pula yang beradu nasib di sana. Aku sebagai 'silent Rider' hanya bisa mengelus dada. Apa iya, di luar sana banyak sekali menantu yang terzolimi? apa iya, para Mertua kebanyakan adalah penzolim karna merasa anak laki-lakinya adalah hak kuasanya? karna merasa, menantunya tak layak untuk anaknya?

Baiklah, aku kembali mencoba scroll ke bawah tentang komentar-komentar di akun gossip itu. Entah kenapa, aku sedikit terusik dengan pertanyaan, apa kira-kira yang diinginkan oleh para Menantu dari Mertuanya. Kupikir, dengan membaca komentar-komentar mereka, aku bisa sedikit memahami para menantuku pula.

[Mertuaku malah terkesan munafik sih, lagaknya aja mengasihi, sok bijak. Padahal dia sama aja sama peserta itu, menginginkan anaknya pisah dengan istrinya.]

Kudapati komentar yang mengunci mataku, komentar itu berasal dari seorang wanita dengan akun @miraSehatIrwan. Aku memang tidak saling follow dengan akun itu, kubukapun, akunnya privat. Namun, nama akun itu seperti nama Menantu dan Anakku.

Deg! jantungku berhenti berdetak, kemudian berdesir kencang ke ubun-ubun saat kubaca satu per satu balasan dari komentar-komentar netizen untuk mengomentari 'keluhan' TS tersebut.

[Munafik gimana?]

[Ya, berlagak mengayomi padahal busuk hati]

[Busuk hati bagaimana]

[Dia memintaku untuk selalu bersabar menghadapi anaknya yang hobi main game mulu, tapi dia sendiri gak pernah menegur anaknya. Dia juga selalu ngantar makanan setiap jam makan siang atau malam, seolah masakanku tak layak untuk anaknya. Atau dia takut kali ya, anaknya jadi suka sama masakanku?]

[Ya udah, bilang aja sama mertuamu, jangan sering antar makanan di jam makan.]

[Aku tak berani, dia tipe Mertua yang punya power terhadap anak-anaknya, suaminya aja takut sama dia.]

Sungguh, aku seperti yakin kalau akun itu adalah akun milik Mira menantuku.

Akupun penasaran dengan berapa Like komentar itu, ada enam puluh delapan Like. Entah kenapa, kucoba menekan siapa saja yang ada dalam Like itu, terkejutlah aku. Di sana ada akun-akun milik orang-orang yang kukenal bahkan kami saling follow.

Hp kugenggam erat, tiba-tiba nofikasi berbunyi. Sebuah chat WA dari Irma.

[Ma, boleh minta tolong?]

Kujawab, [ya.]

[Irma mau ke Pasar nih, Ma. Boleh titip Dion dulu ya.]

[Boleh, antar aja ke rumah.]

Sekitar lima menit kemudian, kudengar suara motor metik milik Irma sudah berhenti di depan rumah. Kubuka pintu, cucuku Dion langsung meloncat ke gendonganku.

"Dion sama Nenek dulu, ya! Mama mau beli Pempers Dion dulu."

"Loh, katanya mau ke Pasar?" tanyaku sambil menggendong Dion.

"Iya, Ma. Sekalian."

"Irwan belum pulang jam segini?"

"Udah Ma, habis mandi dia langsung keluar tu ke Warung tetangga. Biasalah, mabar."

"Mabar?"

"Main bareng, Ma. Ituloh game online."

Aku menghirup nafas dalam, tak dipinta untuk memahamipun, aku sudah paham bagaimana perasaan Irma menghadapi suami seperti Irwan.

"Irma, nanti suruh Irwan datang ke sini ya! Mama perlu bicara sama dia."

"Kalau Irma boleh tau, mau bicarakan apa ya, Ma?

"Tentang kebiasaannya itu, kayaknya setiap nasehat Mama dari dulu, dianggapnya kayak angin lalu saja."

"Ah, Ma. Udahlah, gak bakal berubah tu dia. Ya udah ya, Ma. Irma pamit dulu."

Irma tak menghadapkan wajahnya ke arahku, mengalihkan pandangan seolah menyembunyikan pandangan kesalnya.

"Oh ya, Irma!"

"Ya, Ma."

"Kamu, punya akun I*******m?"

________________

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status