LOGINDi hari pernikahan Ririn dan Bayu, Ayyana dan Dita hadir dengan pakaian senada sebagai bridesmaid, namun tentunya mereka juga tidak melupakan tanggung jawab untuk tetap memantau para karyawan WO-nya untuk melakukan tugas dengan baik.
Di atas pelaminan sana, Ayyana memeluk Ririn erat, saling menyalurkan rasa bahagia yang sulit dilukiskan, ia bahkan menangis haru menyaksikan Ririn yang tampil memukau dengan gaun pengantinnya. Melepas pelukannya, kini Dita yang berhamburan memeluk pengantin wanita itu. Jika Ayyana menitihkan air mata tanpa suara, Dita lain lagi. Ia justru menangis heboh, wajahnya banjir air mata seolah tak terima Ririn melangkahinya menikah duluan. Jika ikut alur yang sudah mereka sepakati, Dita yang paling dulu mengajukan diri untuk menikah. Namun beberapa bulan yang lalu Ririn tiba-tiba saja dilamar oleh Bayu yang merupakan temannya sedari kecil. “Udah ih, malu tau diliatin orang,” Ayyana menginterupsi Dita. “Ntar lo malah dikira mantan yang gue tinggal nikah lagi,” celetuk Bayu yang seketika dihadiahi cubitan maut oleh sang istri. “Kak Bayu harus bayar denda pokoknya,” ucap Dita disela tangisnya. “Denda apaan?” Tanya Bayu mengernyit. Dita meredam tangisnya lalu menatap kedua pengantin itu dengan senyum jahil. “Gue sama Ayyana harus ikut kalian honeymoon.” Ayyana dan Ririn tergelak, sementara Bayu sudah membelalakan mata. Yang benar saja? oOoOo Sebagai rekan kerja sekaligus sahabat, Fakhri tentunya turut hadir di moment bahagia Bayu bersama keluarga lengkap dengan Kayla dan Daffa. Bukan hanya mereka, bahkan Ilham pun turut hadir bersama dengan Anggi. Setelah pertemuan mereka di cafe waktu itu, Ayyana memang belum pernah bertemu dengan Ilham atau pun Anggi sampai hari ini. Rasanya masih sedikit sesak, tapi Ayyana sudah berusaha menata hatinya. Ayyana akui rasa yang ia punya pada Ilham tak bisa ia peliharan terus menerus, terlepas dari pria itu sudah memilih perempuan lain atau tidak, yang jelas rasa itu tidak seharusnya ada. “Boleh gabung?” tanya Ilham mendekati meja mereka. Keduanya sontak mengangguk, menyambut mereka dengan hangat. Ilham memimpin obrolan yang kebanyakan ditanggapi oleh Dita. Namun tak lama, Dania ikut menghampiri mereka. “Jadi ini calonnya?” tanya Dania mengerling ke arah Ilham setelah melihat Anggi di sampingnya. Ilham berdehem, mengalihkan topik kearah lain. “Tante sama siapa?” tanyanya balik. “Sama keluarga, itu disana.” Dania menunjuk ke arah sebuah meja yang hanya berpenghunikan Kayla dan Maya. “Oh ya, gimana kalau gabung sama Tante ajah disana?” Ajak Dania. “Boleh Tante,” setuju Dita dengan semangat yang langsung dihadiahi cubitan oleh Ayyana sebagai protes. “Dari pada makan hati lihat pasangan dokter disini,” bisiknya. “Kita disini ajah deh Tante,” tolak Ilham. “Mau berduaan?” “Ini kan ramai Tante nggak berdua.” Dania terkekeh pelan, “Ya sudah, kalau gitu kita kesana yah,” pamitnya diikuti Dita yang segera menyeret Ayyana. “Kenapa dokter nggak mau gabung? Kan disana nggak ada pak Fakhri,” tanya Anggi mulai usil. Ilham mendelik. “Nggak ada hubungannya sama Pak Fakhri.” “Oh ya?” tatap Anggi tak percaya. Namun Ilham memilih bungkam, jika ia menanggapi sepatah kata saja sudah dipastikan ocehan perempuan di sampingnya itu akan semakin menjadi. Disisi lain, Dita yang melihat Ayyana masih tak nyaman setelah bergabung dengan Dania berbisik. “Tenang ajah, kan cuma ada mbak Maya sama Kayla.” Ayyana mendengus pelan, ia benar-benar tidak ingin bertemu Fakhri sekarang. Kekesalannya pada pria itu masih belum hilang semenjak ia memaksa Ayyana untuk liburan berdua dengannya hanya karena menghilangkan file yang Ayyana sendiri bahkan tidak pernah melihat wujudnya. “Kalian kira-kira ada waktu kosong nggak weekend ini?” “Memangnya kenapa Tante?” Tanya Dita balik, sementara Ayyana sejak tadi lebih banyak diam. “Tante rencananya mau ngajakin liburan.” Sebelum Dita, Ayyana buru-buru angkat suara. “Maaf tapi kayaknya kita nggak bisa deh Tante.” “Kalau weekend depan gimana?” tanya Alma. “Bisa mbak,” jawab Dita tak ingin kalah cepat, namun saat Ayyana kembali ingin angkat suara, kehadiran Rama menghentikannya. “Jadi gimana, bisa ikut liburan sama kita?” tanya Rama yang langsung mendapat anggukan dari Dita dan helaan nafas pelan dari Ayyana yang seolah tak diberi kesempatan untuk bersuara oleh temannya itu. “Tapi mereka bisanya weekend depan Pi.” beritahu Dania. “Nggak masalah, yang penting Dita sama Aya nggak keberatan.” “Kita malah senang banget om diajakin liburan,” sahut Dita lagi, Ayyana sendiri sudah pasrah, lagi pula liburan bersama mereka akan lebih baik bukan dibandingkan opsi liburan berdua yang ditawarkan Fakhri. oOoOo “Gio udahan yuk, Tante capek,” keluh Ayyana pada keponakannya yang masih asyik bermain trampolin. “Gio masih mau main Tante,” cemberutnya. Namun setelah itu ia tersenyum manis. “Nanti Gio traktir Tante Aya es krim deh.” “Bener ya?” “Janji.” Karena hari ini salah satu rekan kerja sang ayah juga Adrie yang berada di Bandung sedang menggelar hajatan dan mereka berdua kompak mengajak istri masing-masing untuk mendampingi, jadilah Ayyana yang dibebani tugas menjaga Gio. Berbekal uang lima puluh ribu yang diselipkan ayah Ayyana pada saku baju cucu tunggalnya. Awalnya Gio anteng-anteng saja bermain di kantor sembari menunggu Ayyana bekerja, tapi lama kelamaan ia mulai berulah. Berawal dari mengeluh lapar dan ingin makan ayam goreng sampailah mereka berakhir di tempat ini. “Udah?” tanya Ayyana saat Gio mendekatinya. Gio mengangguk. “Ayo, Gio beliin Tante es krim,” ucapnya memamerkan uang berwarna biru itu dari kantongnya. Ayyana tertawa pelan, ia mengacak rambut ponakannya gemas dan keluar dari sana, mencari penjual es krim tentu saja. Ayyana tidak mau melewatkan kesempatan ditraktir bocah itu. “OM FAKHRI!!” Teriak Gio tiba-tiba sambil melambaikan tangan dengan semangat. “Gio manggil siapa?” tanya Ayyana menghentikan aksi Gio, takut jika ponakannya itu salah mengenali orang. “Om Fakhri,” beritahu Gio seraya menunjuk ke arah sebuah cafe yang berada tak jauh dari posisi mereka saat ini. Dan benar saja, ada Fakhri di sana. Pria itu tampak terlibat obrolan dengan dua orang pria yang sama-sama mengenakan pakaian formal. Ayyana tebak mereka baru selesai miting, hal itu ia simpulkan setelah dua pria tadi menjauh lebih dulu. “OM FAKHRI!!” Seru Gio lagi, bahkan ia kini sudah setengah berlari menghampiri Fakhri. Keduanya memang cukup akrab lantaran sudah beberapa kali bertemu. Ayyana sendiri menyusul di belakangnya dengan langkah berat, di pernikahan Ririn kemarin ia berhasil menghindari pria itu dengan mengajak Dita pamit tak lama setelah mereka menyetujui ajakan untuk liburan tapi baru selang dua hari, ia malah dipertemukan lagi dengan pria itu ditempat seperti ini lengkap dengan kehadiran Gio lagi."Aku selalu percaya sama kamu selama ini Mas, bahkan saat Dita gencar minta aku selidiki pekerjaan kamu pun, aku tetap ada di pendirian yang sama. Tapi apa? Ternyata yang Dita bilang selama ini itu benar. Tega ya kamu bohongin aku selama ini."Melihat Ayyana histeris, Fakhri segera menarik Ayyana kepelukannya. "Sayang dengerin aku dulu. Kamu tadi janjikan bakal denger penjelasan aku. Please.""Dia itu bukan siapa-siapa, namanya Jihan. Dia adik teman aku dan aku kesana cuma buat jenguk dia sayang.""Terus kenapa harus bohong kalau kamu kesana buat kerja?""Aku minta maaf.""Kamu bilang ini salah paham kan? Jadi jangan minta maaf.""Kamu tenang dulu, kita bicara baik-baik."Ayyana menggeleng pelan, ia berusaha menjauhkan diri. "Kita nggak akan bisa bicara baik-baik dalam keadaan kayak gini.""Oke kita pulang ke rumah, aku jelasin semuanya.""Kenapa nggak jelasin disini?""Sayang, tenang dulu. Ing
'Assalamu'alaikum, Mas.' "Wa'alaikumussalam. Sayang tolong lihat di kamar, kayaknya ada berkas aku yang ketinggalan." 'Map biru bukan?' "Iya bener. Aku minta karyawan aku kesana buat ambil, kamu tolong kasih ya." 'Nggak usah Mas, ini aku udah di jalan buat nganter berkasnya.' "Kamu kesini? Ya Allah, kan tadi aku bilang jangan kemana-mana." 'Aku bosen, lagian cuman nganter ini kan. Boleh ya?' "Kamu udah di jalan, baru nanya boleh." Ayyana cengengesan di seberang telpon, ia memang sengaja tidak mengabari sejak awal karena ia tahu Fakhri pasti tidak akan mengizinkannya pergi. Kalau sudah begini kan, suaminya itu tidak akan bisa melarang lagi. 'Maaf.' Ucap Ayyana kemudian. "Kalau gitu kamu hati-hati nyetirnya, nggak usah buru-buru. Mitingnya juga masih lama." 'Iya Mas.' Ayyana mengulas senyum penuh kemenangan lalu memutuskan panggilan setelah mengucap salam. "Aya udah nganter berkasnya ke sini, nggak usah suruh karyaw
"Mau di pijit nggak?" Tanya Fakhri mendekati Ayyana yang duduk setengah berbaring di kasur."Enggak usah, Mas juga pasti capek kan.""Kalau cuma buat mijit kamu sih, masih kuat sayang."Ayyana tetap menolak, ia lebih memilih menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Keduanya duduk bersandar di kepala ranjang sambil menikmati tayangan televisi."Belum ngantuk?" Tanya Fakhri setelah beberapa lama.Ayyana mendongak menatap Fakhri yang tampak menguap, "Mas tidur duluan ajah." Katanya mengangkat kepala namun Fakhri menahannya."Aku temenin sampai kamu tidur."Ayyana yang memang inginnya di temani, segera mengulas senyum manis. "Makasih." Ucapnya lantas mengecup singkat pipi pria itu.Fakhri balas mengecup bibirnya, "Sama-sama."Ayyana buru-buru menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Fakhri. Meski sudah lama bersama tapi entah kenapa Ayyana merasa masih malu saja setiap kali Fakhri melakukan hal itu."Ingat, bumil nggak baik begadang.""Baru jam
"Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam." Jawab semua yang ada diruangan itu serentak saat Fakhri masuk."Nah, datang juga ini anak Mami." Seru Dania dengan nada kesal, percayalah jika tidak ada Ayu disana, ia sudah menjewer kuping Fakhri sampai merah.Fakhri menyalami tangan keduanya sebelum mendekati Ayyana yang sedang duduk bersandar menikmati sarapannya."Maaf sayang." Ucap Fakhri mengecup kening perempuan itu.Raut wajah pria itu jelas menampilkan kekhawatiran dan rasa bersalah yang besar, saat Dania memberitahunya terkait kondisi Ayyana, ia tidak berpikir dua kali dan segera berkemas pulang.Tak peduli bagaimana Jihan merengek memintanya tinggal lebih lama."Aku nggak apa-apa Mas.""Kirain Mami udah lupa jalan pulang kamu." Seru Dania lagi.Ayu mencolek lengan perempuan itu, "Itu mantu laki-laki aku satu-satunya loh, jangan di marahin.""Emang harus dimarahin sekali-kali Yu.""Udah ah, lebih baik kita keluar cari angin. Aya kan udah a
'Gimana keadaan kamu sayang?' "Alhamdulillah Mas, udah mendingan." Ayyana tidak berbohong, ia merasa sudah jauh lebih baik sekarang. 'Aku minta maaf ya, aku belum bisa pulang.' Kondisi Jihan kembali drop setelah perayaan ulang tahunnya dan ia memaksa Fakhri untuk tetap tinggal sampai ia dibolehkan pulang dari rumah sakit. Dan seperti biasa Fakhri tidak punya pilihan, ia takut membuat Jihan semakin parah. "Iya, lagian ada Mami sama Kayla kok yang nemenin." 'Mami nggak marahin kamu kan?' "Enggak dong, Mami kan sayang sama aku. Justru kamu nanti yang siap-siap kena semprot pas pulang." Canda Ayyana. 'Aku mah udah biasa. Yang penting bukan kamu ajah yang marah.' "Kalau aku ikutan marah juga?" 'Emm... Aku ciumin sampai marahnya ilang.' "Apaan banget mainnya begituan." Fakhri terkekeh pelan, "Udah
Bukannya membaik, kondisi Ayyana justru semakin parah. Suhunya meningkat sejak semalam, karena itu pula Dania memutuskan untuk ikut bermalam bersama Kayla. Ia tidak tega meninggalkan Ayyana dengan kondisi seperti itu, tadinya Dania hendak menghubungi Ayu tapi Ayyana melarang dan setelah dipikir-pikir ia tidak ingin ada kesalahpahaman berlebih kalau sampai orang tua Ayyana tahu Fakhri pergi meninggalkan istrinya dalam keadaan sakit. Sepanjang hari, tubuh Ayyana lemas, tidak nafsu makan dan sering muntah. Namun ia tetap bersikeras untuk tidak kerumah sakit, Dania sampai bingung sendiri bagaimana membujuknya. "Sayang." Panggil Dania masuk setelah mengetuk pintu kamar. Ayyana yang bergelut didalam selimut membuka mata sedikit. "Ada Ririn sama Dita nih." Beritahu Dania. "Iya Mih." "Kalian masuk gih, Tante bikinin minum dulu." Ucap Dania mempersilahkan keduanya masuk. "E







