Share

Bab 08

Author: Dhia Dharma
last update Huling Na-update: 2025-06-29 20:00:03

Ayyana mengecupi pipi Gio berkali-kali hingga keponakannya itu memberontak kegelian minta dilepas, tapi dasarnya memang Ayyana suka mengusilinya jadi ia teruskan saja sampai sang ibu angkat suara memintanya berhenti.

“Ayaaa…” Tegur Ayu saat Ayyana kembali ingin merecoki Gio.

Ayyana nyengir. “Gemes, Bu.”

“Kalau gemes, nikah. Terus punya anak sendiri. Nanti bisa puas kamu unyel-unyel,” samber Adrie dari arah tangga yang turun membawa kopernya bersama Luna. Pagi ini mereka sudah akan kembali.

“Kak Adrie sama Kak Luna ajah yang punya anak lagi,” balas Ayyana. “Nanti kalau Gio udah punya adik, Gio bisa tinggal disini sama aku.”

Adrie mendelik. “Enak di kamu itu mah. Oh iya….”

Adrie merogoh sakunya. “Kakak titip balikin ke Fakhri,” ucapnya mengulurukan sebuah flasdisk.

“Kok aku?” Ayolah ia tak ingin berurusan dengan Fakhri lagi.

“Kakak udah bilang sama Fakhri kalau flaskdisknya Kakak titip sama kamu.”

“Kak Adrie ih. Kenapa nggak ngomong aku dulu?” protes Ayyana

“Sayang kenapa sih? Cuman kamu balikin apa susahnya?” Ucap ayah menengahi perdebatan mereka.

Senyum kemenangan terbit di bibir Adrie, ia meraih tangan Ayyana dan meletakkan benda itu dalam genggaman adiknya, tak peduli dengan tatapan kekesalannya. Bila ayah sudah angkat bicara maka permasalahan dipastikan selesai tanpa ada yang berani mendebat.

Setelah mengantar keluarga kecil sang kakak ke bandara, Ayyana segera menghubungi Fakhri lewat pesan untuk mengembalikan flasdisk milik pria itu. Namun katanya Fakhri sibuk dan akan menghubungi Ayyana kembali setelah ia senggang.

oOoOo

Ditengah aktifitas merapikan peralatan sholat yang sudah ia gunakan, ada pesan masuk dari Fakhri yang memintanya untuk bertemu. Ayyana pun mengirimkan alamat masjid tempat ia berada saat ini, ia tidak bisa memenuhi ajakan pria itu untuk bertemu di tempat yang ia sebutkan karena setelah ini Ayyana masih harus bertemu dengan klien

‘Kebetulan saya di dekat sana, kamu tunggu sebentar,’ balas Fakhri.

Setelah membenahi hijabnya, Ayyana langsung keluar menuju parkiran. Ayyana segera meraih tasnya mencari keberadaan flaskdisk milik Fakhri tapi anehnya ia tak menemukan benda itu.

Ayyana beralih mencari ke setiap sudut mobil, tapi tetap saja tidak ada. Ayyana menghela nafas, ia bahkan sudah keringatan saking paniknya. Sampai ketukan dikaca mobil menghentikannya.

“Kenapa kamu?” Tanya Fakhri melihat raut wajah pucat Ayyana.

“Eh, itu… Flasdisknya nggak ada Pak,” jujur Ayyana. “Tapi saya yakin flasdisknya nggak hilang kok, pasti keselip di barang-barang saya.”

“Isinya bukan file penting kan Pak?” tanya Ayyana khawatir.

Fakhri bersidekap. “Menurut kamu?”

“Tapi Bapak nggak butuh itu sekarang kan?”

“Kalau saya nggak butuh, ngapain saya repot-repot nyamperin kamu kesini?”

Benar juga, tapi bukannya tadi Fakhri bilang memang ada di dekat sini? “Terus gimana dong?”

Fakhri melirik jam dipergelangannya. “Saya harus balik kantor sekarang,” ucapnya. “Saya kasih kamu waktu sampai besok malam.”

“Kalau nggak ketemu?”

Fakhri menatap intens kearahnya, senyum licik terbit dari bibir pria itu. Tidak ada salahnya kan memanfaatkan kesempatan? “Kamu harus turutin permintaan saya.”

“Tidak ada penolakan,” tegas Fakhri saat Ayyana ingin melayangkan protes.

“Saya akan kembalikan.”

Ayyana yakin benda itu tidak akan tercecer jauh, kemungkinannya kalau bukan di rumah ya di kantor, atau kemungkinan paling buruknya di tempat-tempat yang sudah ia datangi untuk miting. Setidaknya dimana pun itu, semoga ia bisa menemukannya.

“Ya sudah, saya duluan,” pamit Fakhri segera berlalu.

“Pak?” panggil Ayyana pelan membuat Fakhri berbalik.

“Kenapa?”

“Pak Fakhri sudah sholat?”

Pandangan Fakhri beralih menatap bangunan masjid yang menjulang kokoh nan indah disampingnya, ia tertegun sejenak tapi tak lama pria itu berdehem, melempar senyum tipis pada Ayyana lantas melanjutkan langkahnya menuju tempat mobilnya terparkir.

oOoOo

Sesuai prediksi, flasdisk milik Fakhri, Ayyana temukan pada tumpukan berkas di meja kerjanya. Entah bagaimana ceritanya benda itu bisa ada disana, yang paling penting Ayyana bisa bernafas lega karena ia tidak perlu lagi memikirkan soal hal apa yang akan diminta pria itu.

Senyum manis terpatri diwajah Ayyana, bahkan sebelum Fakhri duduk dengan sempurna di kursinya, ia sudah mengulurkan benda itu.

“Yang penting itu bukan flasdisknya, tapi file yang ada di dalamnya.”

“Saya nggak pernah ngapa-ngapain benda itu, jadi udah pasti file Bapak aman.”

“Oh ya?” Tampak sekali Fakhri meragukan hal itu.

Di samping Ayyana, Dita yang hadir sebagai peneman hanya bisa geleng-geleng kepala melihat interaksi mereka.

“Kalau Bapak nggak percaya, cek ajah sendiri,” Ayyana mengulurkan laptop miliknya ke hadapan Fakhri.

“Kenapa bukan kamu saja yang cek?”

Menghela nafas kasar, Ayyana meraih kembali laptop dan flasdisk itu. Berdebat dengan Fakhri hanya akan membuang buang waktu. Pria keras kepala itu tidak akan pernah mau mengalah darinya.

“Loh?” alis Ayyana bertaut, ia melirik Dita membuat perempuan itu sontak mendekat ikut melihat tampilan pada monitor.

Dan ternyata hasilnya kosong, tidak ada file apapun disana “Kok bisa?” tanya Dita.

Ayyana angkat bahu, lalu menatap Fakhri dengan raut curiga. “Bapak nggak ngibulin saya kan?” Ayyana memutar laptop itu menghadap Fakhri. “Flasdisknya kosong.”

“Kenapa bisa kosong?” Mata Fakhri membola namun sama sekali tidak menyiratkan kekhawatiran. “Isinya file penting loh itu.”

“Yang bener ajah pak? Nggak mungkin kan filenya bisa ilang sendiri.” Ayyana tak terima disalahkan.

“Kenapa jadi nanya saya?”

Ayyana memijat keningnya. “Terus gimana?”

“Berarti kamu harus turutin permintaan saya.”

Pandangan Ayyana memicing, bukannya mengkhawatirkan soal filenya yang hilang, pria itu malah menagih hal yang tidak penting

“Bapak nggak sengaja menjebak saya kan?” Rasanya mustahil jika file dalam flashdisk itu bisa hilang tanpa disentuh siapapun

“Khem.” Dita berdehem.

Seolah mengerti dengan situasi yang ada sekarang ini, Dita berucap “Kalau flashdisk itu kosong, gue rasa Kak Adrie nggak akan nitip itu sama lo kan? Dia bisa kasih lain kali kalau dia kesini lagi”

Merasa ucapan Dita ada benarnya, Ayyana mengalah. “Kalau gitu, sebagai bentuk pertanggung jawaban saya akan minta file itu sama Kak Adrie.”

"Urusan file, memang bisa diminta ulang, tapi ini soal ketidak bertanggung jawaban atas amanah yang diberikan kepada kamu," tandas Fakhri.

"Lagi pula, bukan itu kesepakatan kita,” lanjutnya.

Ayyana mendengus. “Oke fine, jadi apa hal yang menurut Bapak sesuai untuk mempertanggung jawabkan kelalaian saya?”

Fakhri tersenyum penuh kemenangan. “Liburan sama saya. Berdua!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 72

    Sabtu pagi, Ibu dan Ayah Ayyana sudah bersiap untuk kembali ke rumahnya sendiri. Kondisi Ayyana sudah jauh lebih baik dan rumah mereka pun sudah cukup lama ditinggal.Apalagi, Hendra, Ayahnya cukup kerepotan setiap hari jika harus bolak-balik saat akan pergi atau pulang kantor untuk berganti pakaian."Kaau ada apa-apa, langsung telfon Ibu ya?" Pesan Ayu saat beranjak ke depan rumah."Iya, ada kejadian kecil pun nanti aku telfon Ibu, barang pecah saat aku cuci piring pun nanti aku lapor ibu." Tanggap Ayyana bercanda."Hm, bukan gitu juga." Seru Ayu mencolek pelan hidung sang putri.Keduanya lantas saling terkekeh pelan menghampiri Hendra dan Fakhri yang juga sedang mengobrol di depan."Sudah selesai manja-manjanya?" Tegur Ayahnya saat mereka datang."Ihhh... Ayah mah." Berengutnya beralih memeluk tubuh pria paruh baya itu.Hendra melayangkan satu kecupan di puncak kepala sang putri sebelum melepasnya, "Ingat, jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran."

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 71

    "Sebelumnya Mami minta maaf kalau Mami terkesan ingin ikut campur dengan persoalan rumah tangga kalian." Kata Dania tak ingin membuat kesalahpahaman diantara mereka semakin melebar."Kamu tau kan, pernikahan kalian adalah hasil perjodohan dari keluarga, meskipun kami sama sekali tidak memaksa.Tetapi bagaimana pun juga Mami sebagai orang yang paling menginginkan pernikahan kalian merasa harus angkat bicara dan meluruskan kesalahpahaman ini."Alasan utama Dania melakukan ini karena ia tahu, Fakhri bukan tipikal yang akan dengan mudah membicarakan semua masalahnya secara terbuka.Pria itu cukup tertutup bahkan pada orangtuanya sendiri sejak dulu, apalagi ia bisa melihat bahwa Fakhri sudah sangat menyayangi Ayyana. Maka jelas pasti dalam hati anaknya itu, Fakhri tidak ingin membuat Ayyana kecewa.Padahal sebenarnya, semakin lama fakhri tertutup maka semakin lama pula masalh ini tidak kunjung selesai berakhir kesenjangan jangka panjang. dan itu yang ingin Dania cegah

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 70

    "Tidur sama Ayah aja, sempit di situ.""Nggak, aku akan tetap jagain kamu disini." Kata Fakhri mantap. "Aku izinin kamu tidur sama Ibu sama Gio, tapi syaratnya aku tetap di kamar yang sama.""Tapi__""Kalau kamu keberatan ya udah, Ibu nggak usah tidur disini."Ayyana memberengut kesal dan menarik tangannya, "Terserah kamu lah."Senyum kemenangan terbit dibibir Fakhri, "Sekarang tidur gih, liat itu Gio udah pulas banget."Diliriknya Gio disamping Ayyana yang sudah terlelap, Fakhri kembali bangkit, kali ini sebelum beranjak ia membantu Ayyana berbaring dan mengecup keningnya sebagai penutup.Selesai wudhu, ia lantas mematikan lampu dan mengganti dengan lampu tidur sebagai pencahayaan lalu memposisikan diri untuk berbaring di sofa.Merebahkan tubuhnya yang seakan remuk setelah duduk berjam-jam menghadapi tumpukan dokumen setelah ia tinggal beberapa hari karena tidak masuk kantor.Semua aktivitas itu diam-d

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 69

    Di ruang tengah, Dania hanyut dalam pikirannya sendiri. Ada beberapa hal yang terasa menggajal dalam hatinya, tapi juga tidak bisa memecahkan kejanggalan itu.Dari arah tangga, Rama yang melihatnya mendekat dan memecah keheningan yang menyelimuti sang istri."Mami lagi mikirin apa? Serius banget." Ia mengambil duduk di tepat disamping Dania.Malam ini mereka memang sudah tidak menginap di rumah Ayyana lagi, Dania kembali sore tadi bersama Kayla yang menjemputnya setelah selesai kuliah.Helaan napas terdengar pelan dari Dania, diubahnya posisi duduk menjadi sepenuhnya menghadap Rama."Papi ngerasa ada yang janggal nggak sih sama Fakhri dan Aya?"Kerutan tipis tercetak di wajah pria paruh baya itu, "Janggal gimana?" Tanggapnya santai menyesap kopi yang memang sudah disiapkan Dania saat ia mandi tadi."Masa Papi nggak ngerasa sih?" Herannya. "Mami lihatnya interaksi mereka tuh kayak kaku ajah Pi.""Ya wajarlah Mi,

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 68

    Diruang makan sedang berkumpul semua para perempuan untuk menikmati sarapan, para laki-laki pula sudah sarapan lebih dulu dan tengah bersiap ke kantor.Termasuk Fakhri, setelah beberapa hari tidak masuk ia memutuskan untuk berangkat kerja hari ini.Begitu selesai mengenakan pakaiannya Fakhri pun kembali turun, dilihatnya kini Ayyana sudah berada di ruang tengah bersama yang lain.Ia pun mendekat, "Udah makan sayang?""Udah." Singkat Ayyana.Lalu Fakhri bergerak berlutut di hadapannya sambil mengulurkan dasi yang memang belum dia pasang, Ayyana diam sejenak melihat tindakan pria itu.Tatapan mereka beradu dalam diam beberapa waktu tapi tak urung Ayyana menerima dasi tersebut dan memasangkannya paa kerah baju Fakhri."Kamu tuh, istri masih sakit udah minta diurusin." Keluh Dania tak habis pikir dengan tingkah anaknya.Lain halnya dengan Ayu yang justru mengulas senyum, "Ya enggak apa-apa, toh juga cuman minta dipakaikan dasi."Ayu menepuk pelan lutu

  • Calon Istri Untuk Klien WO   BAB 67

    Hari ini, Ayyana sudah diizinkan untuk pulang dan ia begitu bahagia saat sampai di rumah karena semua keluarganya berkumpul disana.Yang paling antusias menyambutnya adalah Gio, ia hanya pernah menjenguk Ayyana sekali jadi rasanya begitu bahagia saat tantenya itu bisa pulang.Gio memeluk Ayyana yang duduk di kursi roda dengan erat, membuat Ayyana mengulas senyum."Tante Aya kangen banget sama Gio.""Gio juga." Katanya lalu melepaskan diri. "Tante tenang ajah, Gio akan rawat Tante sampai sembuh.""Bener ya?"Gio mengangguk pasti, tapi sedetik kemudian ia melirik Adrie dan Luna. "Bolehkan Ayah, Bunda?""Boleh dong sayang." Seru Luna.Tapi Adrie justru memberi tanggapan lain, "Gio udah harus pulang lusa, kamu izinnya udah kelamaan.""Yaahhh..." Bocah yang kini sudah masuk sekolah dasar kelas satu itu memberengut."Kalo udah sekolah SD tuh nggak bisa keseringan izin lagi." Tambah Adrie."T

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status