“Tolong jaga adik gue dengan baik.”Tangan Fakhri bergetar hebat, cairan darah bertebaran dimana-mana, bahkan kini pakaian putihnya pun sudah setengahnya berwarna merah.Pria di pangkuannya saat ini terus saja menggumamkan satu kalimat yang sama, pesan untuk ia menjaga adiknya.“Lo harus kuat Za, sebentar lagi ambulans datang. Lo harus bertahan.” Ucapnya sesak.Air matanya sudah tak terbendung, tak kuasa menyaksikan sahabatnya kesakitan dan tak berdaya.“Gue titip Jihan, ya.”“Jaga dia baik-baik.”“Reza… Lo harus kuat.” Tubuh Fakhri bergetar hebat memeluk tubuh berlumur darah itu. Keringatnya bercucuran, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai Reza kenapa-kenapa.“Dia udah pergi Fakhri, kita harus bisa ikhlas.” Ucap Daffa memegangi pundaknya dari belakang.“NGGAK! NGGAK MUNGKIN.” Fakhri berteriak histeris, sosok Reza yang tadi berbaring dengan lumuran darah di pangkuannya kini sudah berada diatas brangkar rumah sakit dengan kondisi pucat pasi bersama kedua orang tuany
“Lah, pengantin baru bangunnya cepat banget?” Ujar Adrie mendekati Ayyana yang sudah bergelut di dapur bersama Luna, keduanya tengah sibuk membuat sarapan.“Emang ada aturannya kalau pengantin baru harus bangun siang?” Tanya Ayyana balik.“Ya kan kasian suaminya tinggal, minimal tungguin kek sampai bangun.”“Apa sih? Dia tuh udah gede, Gio ajah kalau bangun langsung keluar kamar sendiri.”“Ya beda lah.”“Terus Kak Adrie sendiri gimana? Kak Alma udah dari tadi disini.”“Kita mah udah lama nikahnya Aya.”“Sama ajah.”Luna yang mendengar perdebatan mereka hanya geleng-geleng kepala, syukurnya Ayu datang dan segera melerai mereka berdua. “Heh? Ini kenapa pagi-pagi udah pada ribut sih?”“Tuh Bu, Kak Adrie yang mulai.”“Ya kan kasian Bu, suaminya ditinggal.” Bela Adrie. “Teman Kakak tuh, harus kamu layani dengan baik.”“Iya tau, nanti aku kasih pelayanan bintang lima buat Pak Fakhri.”“Eh, kok manggilnya gitu?” Sela Ayu. “Masa suami masih dipanggil Pak sih, belajar panggil Mas mulai sekara
“Dia gadis yang lucu,” Ucap Fakhri tanpa mengalihkan pandangnya.Bayangan sosok gadis dengan seragam khas anak SMP tengah menggebuki seorang siswa SMA dengan ransel putihnya terlintas dalam benak Fakhri, pelan tapi pasti senyum di bibirnya pun kian mengembang.“Katanya nggak pernah menjalin hubungan karena terlalu sibuk tapi kayaknya Bapak punya kenangan indah soal cinta pertama.” Ejek Ayyana.“Mungkin lebih baik tidak saya ceritakan, takutnya kamu malah cemburu sama dia.”“Enak ajah.”“Jadi mau dengar?”Ayyana angkat bahu seraya menegakkan badan, bersiap mendengar cerita asmara seorang Fakhri.“Dia cantik.” Kata pertama yang menggambarkan sosok gadis itu, namun cantik relatif jadi Ayyana tak terlalu antusias.“Usianya empat tahun lebih muda dari saya, namanya sering saya dengar dari obrolan teman-teman di tongkrongan, tapi karena kata mereka dia punya kakak yang galak, jadi sulit untuk mendekatinya.”“Awalnya saya biasa ajah, sampai akhirnya kita pertama kali bertemu di depan sekolah
“Makasih.” Ucap Dita begitu mobil Daffa berhenti di depan rumahnya.“Sama-sama Kak,” jawab Kayla dan Vano di bangku belakang, sementara Daffa hanya berdehem singkat.Begitu Dita keluar dari mobil, Kayla dan Vano kompak mengulurkan buket yang tadi ditangkap Daffa dan mendorong pria itu ikut keluar.Daffa hanya menghela nafas pelan, kesal dengan diri sendiri yang tak bisa menolak permintaan kedua bocah SMA itu.Dita menautkan alis, heran mengapa Daffa ikut keluar, “Kenapa?” Tanyanya.Dengan canggung, Daffa berjalan mendekat. Suasana malam yang terasa sejuk tiba-tiba saja berubah panas dan gerah. Daffa kembali berdehem, berusaha menormalkan perasaannya sendiri.Ia heran, kemana perginya rasa percaya diri yang ia punya dan bangga-banggakan selama ini? Bahkan ia mengakui dirinya sebagai pria yang mudah memikat hati perempuan mana pun. Tapi kenapa ia justru gugup berhadapan dengan Dita yang sudah jelas pernah ia taklukkan dulu.“Buat lo,” ucapnya mengulurkan buket tersebut.“Ngapain ngasih
"SAH!"Ucapan para saksi yang duduk di sisi Fakhri membuat pria itu menghembuskan nafas lega."Alhamdulillah," lirihnya bersama beberapa orang yang lain termasuk Adrie, Raka dan orang tua mereka yang turut menyaksikan akad nikah tersebut.Hilman bahkan meneteskan air mata haru setelah berhasil menjadi wali nikah untuk putri satu-satunya.Setelah itu, Ayyana dengan pakaian pengantin putihnya keluar bersama Luna dan Alma sebagai pengiring pengantin.Fakhri menatap lamat perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya, perempuan yang pernah mengatakan bahwa takdir kadang suka melempar lelucon. Dan kali ini ia kembali membenarkan hal itu, nyatanya Ayyana yang dulu sempat ia sukai diam-diam saat perempuan itu masih berstatus siswa SMP, ternyata kini berhasil ia persunting sebagai istri meski dengan berbagai drama pelik.Begitu mereka berhadapan, Ayyana lantas diarahkan untuk menyalami tangan sang suami dan Fakhri sendiri membacakan doa pernikahan pada sang istri, lalu ditutup dengan mengecu
Dita sejak tadi hanya mengaduk makanannya tanpa minat, perasaannya masih belum membaik sejak hubungannya dan Alvin kandas terhalang keyakinan Hal itu sebenarnya sudah jadi pertimbangan sejak awal, namun pengakuan Alvin yang bersedia untuk pindah meluluhkan hatinya. Tapi semua tak semulus yang mereka rencanakan, nyatanya untuk menyatu dalam ikatan pernikahan bukan hanya melibatkan dua orang tapi dua keluarga "Obat sakit hati tuh apa sih Ayy?" Lirih Dita frustasi Ayyana yang sedang asyik menyantap makanannya berhenti sejenak, memperhatikan sahabatnya yang seolah kehilangan semangat hidup Sesakit itu ya putus cinta? "Temukan cinta yang baru" Jawab Ayyana "Cinta yang abadi" "Nggak segampang itu" Keluh Dita "Lagian mana ada cinta yang abadi. Dunia aja fana kok" "Ada kok. Cinta pada Allah dan Rasulullah" Dita terdiam, ia bersandar pada kursi lalu tertunduk "Gue udah melenceng terlalu jauh kayaknya" Selama ini, Ayyana selalu mengingatkannya, Ayyana selalu memberinya nasehat bahkan s