Share

Membuka Hal Istimewa

Mereka sampai sore hari tepat sebelum hujan turun. Perjalanan panjang dengan jalan bebatuan membuat tubuh mereka terasa letih. Meski sudah tidur di mobil tetap saja tubuhnya tak merasa lebih baik. Namun, senyum ramah mereka dapatkan dari pasangan suami istri yang Seto maksud. 

"Kalian ini memiliki kekuatan besar kenapa masalah sepele seperti ini harus jauh-jauh ke sini. Padahal kalian bisa menyelesaikannya sendiri," tutur Paklik Seto saat mereka sedang duduk di ruang tamu dengan asap mengepul dari gelas berisi teh yang disugukan tuan rumah. 

"Maksudnya bagaimana, Pak?" tanya Asep penasaran. 

"Sudah waktunya yang tertidur dibangunkan. Enggak baik terus-terusan tak digunakan. Sebuah keistimewaan akan tetap istimewa bila digunakan dengan benar. Namun, akan sia-sia bila tak digunakan. Kalian sudah mampu mengendalikan dan tak ada kesempatan untuk menghindarinya." Keempatnya menyerngit herat. Sementara Seto mencoba mengartikan ucapan Pakliknya. Ia pernah mendengar hal demikian sebelumnya saat dulu salah seorang kenalannya datang ke Pakliknya. 

"Sudah-sudah jangan dipikirkan. Silakan diminum, mumpung masih hangat. Nanti kalian akan paham. Jadi jangan dipaksakan untuk mengerti." Dengan wajah menaruh curiga mereka meminum teh itu. Akan tetapi, senyuman diberikan Paklik sebagai balasan atas sebuah kecurigaan. 

Hujan belum reda meski hari mulai malam. Waktu sore mereka habiskan dengan mengobrol dan mengkonsultasikan tentang kecurangan yang mereka dapat. Itung-itung untuk mereka istirahat setelah perjalanan panjanh. Tak hanya itu, Asep sangat antusias membahas hal-hal tentang kemampuan istimewanya. Ia juga mencari tahu tentang kekuatan istimewa lainnya dan menurutnya paklik Seto sangat bersahabatan karena menjawab dengan sangat ramah. 

***

Malam kian larut, hujan sudah berhenti, tetapi langit masih berselimut mendung. Selepas salat magrib mereka makan bersama. Makanan yang dihidangkan terasa nikmat di lidah mereka, terkecuali Taksa. Ia kurang menikmati karena rasanya sedikit pedas, ia tetap memakannya demi menghormati tuan rumah. Setelah makan ia dipuji oleh Asep, bukan, bukan pujian, lebih tepatnya ejekan. Namun, hal itu tak berlangsung lama ketika suara pak Kiyai menginterupsi mereka untuk kembali duduk di ruang tamu. Kali ini empat gelas berisi air putih sudah terhidang di atas meja. Keempatnya diminta untuk meminumnya hingga habis dan diminta untuk berkumpul kembali pukul sembilan malam. 

Sudah pukul sembilan malam. Mereka berkumpul kecuali Seto. Ia tak diperbolehkan ikut karena tidak ada sangkut pautnya. Keempat pemuda dan pak kiai memakai pakaian serba putih--ada yang memakai celana atau sarung dengan kaus putih sebagai atasan, kecuali pak kiai yang memakai sarung serta kurta. Keempatnya diminta untuk duduk. Pak kiai mulai membersihkan diri mereka. Satu persatu sampai tuntas. Hal tersebut berhasil membuat Mahes terbebas dan tak ada yang menempel. Namun, tanpa mereka sadari. Kekuatan istimewa yang tertidur sudah dibangunkan oleh pak Kiai. 

"Wah, kerasa lebih ringan badan." Bagas tersenyum senang menyadari badannya terasa berbeda dari sebelumnya dan lebih baik. Padahal, dibalik itu, ada sesuatu yang telah terbuka dan akan membuatnya dalam bahaya. 

Keempatnya dipersilakan duduk di kursi dan kembali disuguhkan masing-masing segelas air putih yang sudah dibacakan doa. Setidaknya itu yang dijelaskan pak Kiai. Tanpa pikir panjang dan pertimbangan mereka meminumnya. Namun, ekspresi tak mengenakkan ditunjukkan Taksa. Ia merasa akan terjadi hal besar yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya setelah meminum habis air itu. 

Sekelebat gambaran tentang sebuah pertarungan antara ia dan teman-temannya membuat Taksa terkejut. Ditambah dalam gambaran itu ia dan temannya terluka parah. Banyak darah pada badan mereka. Ada sosok perempuan yang membuatnya penasaran, sebab ia tak mampu melihat wajahnya. Hanya samar-samar yang diperlihatkan. Lalu gambaran itu langsung hilang dan kembali seperti semua. Dirinya merasa takut setelah melihat gambaran itu. Entah mengapa ada keyakinan bahwa hal tersebut akan terjadi. 

Ia ingin menanyakannya, tetapi melihat teman-temannya merasa lebih baik dan segar ia mengurungkan niatnya itu. Hanya diam dan bereaksi apa adanya seolah tak terjadi apa-apa adalah hal yang ia lakukan. Namun, pak Kiai yang menyadarinya pun tersenyum. Tanda-tanda keaktifan kemampuan mereka sudah terlihat. Setidaknya ia senang karena bisa menyelamatkan mereka. Meski tetap saja nyawa mereka akan dalam bahaya jika tidak segera mengasah kemampuan itu. Akan tetapi, ia yakin. Bahwa mereka akan mampu untuk menang dan mengalahkan kejahatan yang mengincar nyawa mereka. 

Malam yang kian larut membuat keempat pemuda itu diminta untuk segera beristirahat. Mengingat mereka akan kembali esok hari. Namun, salah satu dari keempat pemuda itu diam-diam menemui pak Kiai sendirian yang sedang berdiri di teras rumah. Ia tak kuat menahan rasa penasaran yang menggebu dalam dirinya. Sebenarnya, ketakutan besar tengah menghantuinya. Ketakutan bahwa ia akan membahayakan teman-temannya dan takut bahwa karenanya mereka akan kehilangan nyawa. 

"Pak, apa yang sebenarnya bapak lakukan. Kenapa saya merasa seperti ini. Terlebih, ada sekilas gambaran-gambaran aneh yang menakutkan. Ada apa dengan saya, Pak." Taksa mendekati lelaki paruh baya itu dengan perasaan campur aduk--ya, takut, ya, khawatir, ya, penasaran. 

"Saya tidak melakukan apa-apa. Saya hanya membantu kamu. Tidak lebih."

Jawaban pak Kiyai membuat Taksa semakin bingung. Membantu? Apa yang dibantu? "Maksudnya, Pak?" Taksa merasa belum puas. 

Pak Kiyai berbalik dan memandang ke arahnya. "Apa yang kamu lihat adalah kejadian di masa depan. Kamu harus bisa membiasakan hal tersebut."

Mendengar ucapan pak Kiyai membuat matanya membesar dan rasa tak percaya yang begitu kuat. Mimik wajahnya kembali ia netralkan sebelum kembali bertanya. "Jangan bercanda, Pak. Saya ingin tahu yang sebenarnya dan kenapa saya bisa menjadi seperti ini."

Pak Kiyai melangkah mendekat ke arah Taksa. Ditepuknya pundak sebelah kanan Taksa. Sekelebat gambaran kembali ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Bola matanya kembali membesar dan ekspresi syok ia tunjukkan. "Apa yang kamu lihat akan terjadi. Sekarang tugasmu menghindari sebisamu atau menghadapinya dan mengubah akhir masa depan. Bukan hanya tentang kamu, tetapi juga dengan ketiga sahabat dan keluarganya. Kalian bukan pemuda biasa, kalian dibekali kemampuan istimewa. Terlebih kamu. Saya hanya ingin mengingatkan, kuasailah sebelum dikuasai. Kamu dianugerahi kekuatan besar, tapi bukan berarti kamu akan selamat. Justru karena alasan itulah kehidupanmu akan lebih berbahaya daripada mereka. Jangan sampai kekuatanmu menjadi alasan kamu tiada."

Sebelum benar-benar meninggalkan Taksa, pak Kiai kembali berujar, "Pilihlah jalan yang benar. Jika kamu menempuh jalan yang salah, benahi jalan tersebut. Jika untuk kebaikan banyak orang, jalan yang salah terkadang akan membuatmu mengatasi segalanya. Namun, jangan lupa bahwa semua kembali kepada niatmu. Niatkan semuanya untuk jalan terang, insyaallah apa yang kamu lihat tadi bisa kamu lewati." 

"Apa maksudnya. Dan gambaran tadi, apa itu? Gue benar-benar enggak paham," gumamnya. 

***

Setelah perjalanan panjang akhirnya Asep, Taksa, Bagas, Mahes, dan Seto kembali dengan selamat. Seto kembali ke indekosnya sesampainya di distro. Begitu Seto pergi, keempat pemuda itu langsung mencari sumber masalah dan membuangnya seperti yang diberitahukan pak Kiai. 

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Mereka segera bergegas untuk membersihkan diri. Namun, ketiganya merasakan ada keanehan terhadap Taksa. Pasalnya ia jauh lebih pendiam setelah pulang dari rumah pak Kiai. Selama perjalanan pun ia hanya diam dan fokus menyetir. Ya, saat pulang, giliran Taksa yang membawa mobil. 

"Taksa kenapa? Mukanya kusut banget." Asep berujar sembari berjalan menuju kamarnya. Sementara Bagas dan Mahes yang ditanya hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. 

Berbeda dengan Asep dan Taksa yang langsung mandi. Bagas dan Mahes menunggu giliran dengan menonton drama korea kesukan Mahes. Meski terlihat paling normal di antara ketiga pria yang ada, tetapi Maheslah yang sebenarnya paling aneh. Ia amat menyukai drama korea. Sementara Bagas hanya ikut-ikutan saja. Awalnya ia tak mau diajak menonton, lambat laun seiring mata dan telinganya yang sering dikotori dengan drama korea yang ditonton Mahes. Akhirnya Bagas pun ikut menyukai, meski tak separah Mahes. 

Di depan kaca yang ada di sudut kamar. Taksa bertelanjang dada. Ia memperhatikan dengan saksama tanda di dada kirinya. Ia tak pernah mendapat luka atau tanda lahir di sana. Namun, sekarang terdapat sebuah sketsa--seperti tato--keris yang sama seperti di bandul kalungnya. Aneh. Kenapa tiba-tiba muncul. Gue rasa emang ada yang enggak beres. Saat sedang bermonolog dengan dirinya sendiri. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sesosok pria berperawakan tinggi besar. Meski badannya terlihat segar, tetapi terlihat jelas ada uban pada rambutnya yang dibiarkan terurai--rambutnya cukup panjang sebagai seorang lelaki.

"Siapa lo? Kenapa bisa di sini?" tanya Taksa dengan nada sedikit tinggi. Ia tak memperdulikan bila suaranya didengar oleh yang lain. Sebab ia sangat terkejut dengan hadirnya sosok itu. 

"Saya sudah memperkenalkan diri semalam kepada anda, Tuanku." Pria yang menjadi lawan bicara Taksa menunduk memberi hormat di akhir kalimatnya. 

Taksa menatapnya dari atas sampai bawah. Berpakaian kuno berwarna cokelat dengan keris di pinggang sebelah kiri, serta rambut panjang dengan beberapa uban menghias menegaskan bahwa usianya tak lagi muda. Meski begitu Taksa merasakan energi yang cukup kuat berasal darinya. Ia mengingat-ingat, sepertinya ia pernah melihatnya--selain dari semalam saat di rumah pak Kiai. Namun, untuk waktu pastinya ia lupa. 

"Sa, ada apa?"

"Kenapa teriak?"

"Ngomong sama siapa?"

Begitulah pertanyaan yang terlontar dari ketiga sahabatnya itu. Taksa berucap setelah menyadari bahwa sosok yang dilihatnya telah hilang entah ke mana. "Enggak. Maaf ngagetin. Tadi cuma kaget liat sesuatu di HP." Taksa berbohong dengan cukup baik. Suaranya tak bergetar dan terdengar tegas. Begitu pula dengan raut wajah yang ditunjukkan. Tak menunjukkan kebohongan sama sekali. 

"Beneran? Tapi gue ngerasa aneh. Hawanya beda," ujar Asep curiga. Ia masuk dan melihat sekeliling. Setelah memastikan tidak ada hal aneh, ia keluar dan segera berpakaian. Sebab ia masuk ke kamar Taksa hanya dengan handuk yang membelit bagian bawahnya. 

"Semoga Asep enggak curiga. Gue belum siap ngasih tau semuanya." 

Setelah semua pergi. Sosok itu kembali muncul dan membuat Taksa kembali menatapnya tak suka. Kali ini sosok itu lebih dekat dengannya. "Sebenarnya siapa anda?" tanya Taksa dengan nada bersahabat dan formal. 

"Saya sudah mengatakan semuanya kemarin malam, Tuanku."

"Itu enggak masuk akal. Mana bisa gue punya begituan," ujar Taksa dengan nada frustrasi. 

Kemarin malam, setelah obrolannya dengan pak Kiai selesai. Ia memilih tetap berada di teras. Lalu tiba-tiba angin berembus pelan menerpa dirinya. Menit berikutnya sosok yang sama muncul dan mengangetkan Taksa. Saat itu Taksa langsung mundur beberapa langkah karena terkejut. Setelah sosok itu memberi salam, barulah ia membuka suara dan bertanya siapa sebenarnya sosok itu. Namun, satu lagi kebenaran terkuak dan membuatnya terkejut. Sosok itu mengatakan bahwa ia adalah penjaga yang selama ini bersemayam dalam keris yang ada sebagai bandul kalung Taksa. 

"Bagaimana bisa. Itu tidak mungkin," elaknya saat itu. Bagaimanapun juga ia tak pernah membayangkan hal demikian. 

"Bukankah, Tuanku, sudah mendapat kalung itu sejak kecil? Di sana lah saya bersemayam. Sudah sejak lama, bahkan sudah ratusan tahun. Kalung itu adalah barang yang diberikan secara turun-temurun. Dan sekarang tugas saya adalah menjaga Tuanku. Sudah lama saya ingin menampakkan diri. Hanya saja saat itu Tuanku belum bisa melihat saya. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri dan memberikan ada pemahaman tentang kemampuan istimewa yang Tuanku miliki."

Taksa tak mampu berbicara. Ia terperangah setelah mendengar hal yang disampaikan sosok itu. Ia tak ingin mempercayai. Baginya hal seperti itu tidak ada, tetapi ia juga tak bisa menganggap hal yang terjadi hanyalah mimpi saja. Bagian mengejutkan lainnya adalah fakta dia memiliki kemampuan istimewa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status