Share

4. Kehadiran Ida

Author: Glory Bella
last update Last Updated: 2023-10-05 15:12:08

Nayra sudah cukup sabar menghadapi ibunya selama ini. Wanita itu terus saja memperlakukan Nayra dan ayahnya semena-mena.

Nayra ingat tujuh tahun yang lalu, saat Budi yang masih bugar tiba-tiba mengajak seorang wanita dengan rambut hitam legam sebahu ke rumah tepat 40 hari kematian ibunya sendiri.

Nayra terperanjat, juga kecewa terhadap keputusan ayahnya membawa wanita tersebut.

"Posisi Ibu tidak akan pernah bisa tergantikan, Yah!" pekik Nayra yang masih berusia 16 tahun saat itu.

Budi menghela napas. Perlahan ia membujuk Nayra yang tidak menyukai kehadiran Ida. Setelah Nayra berlari ke kamar dengan berurai air mata, Budi menatap nanar ke arah Ida yang merupakan penyembuh rasa kehilangannya terhadap sang istri.

Kulit cerah kuning langsat, rambut ikal warna hitam, juga alis tebal milik Ida membuat Budi langsung jatuh hati. Manik legam kedua mata Ida menyorotkan sebuah kekhawatiran.

Budi menepuk bahu Ida pelan, berusaha menyampaikan sebuah janji bahwa ia akan mencoba berbicara dengan anaknya pelan-pelan. “Kamu tenang saja, perlahan Nayra akan luluh dan menerimamu sebagai ibu yang utuh.”

Saat itu usia Ida terbilang muda, yaitu 32 tahun. Selisih sepuluh tahun dengan Budi yang kala itu berumur 42 tahun.

Ida berasal dari desa. Ia bekerja di Jakarta demi memenuhi kebutuhan orang tua yang mulai berada di usia senja, juga ketiga adiknya.

Ida merasa sangat beruntung ketika bertemu dengan Budi yang bernotabene sebagai pegawai negeri. Ia merasa bahwa bebannya akan semakin ringan jika ditanggung oleh Budi yang baru saja menyandang status duda.

Saat itu, keluarga Budi memang sangat berkecukupan. Rumah besar tingkat dua bahkan mobil, mereka memiliki semuanya. Jadi status duda dengan anak satu yang mulai beranjak dewasa tidak akan menjadi penghambat bagi Ida untuk mendapatkan Budi.

“Aku harus bisa mendapatkannya. Jangan nyerah!” gertak Ida pada diri sendiri  suatu malam. Ia tengah terisak karena sikap penolakan Nayra dan keluarga di kampung yang kian terhimpit ekonomi.

Hingga akhirnya tepat Nayra berusia 19 tahun—saat gadis tersebut menjalani kehidupan kuliahnya, barulah ia menerima kehadiran Ida di kehidupannya. Ternyata tidak mudah menaklukkan seorang gadis di masa labilnya, sungut Ida di dalam hati.

Akhirnya Ida bisa menikmati kesejahteraan yang Budi berikan. Uang belanja, berikut uang untuk membeli skincare dan barang-barang incarannya dari dulu sudah Ida dapatkan dengan mudah.

Lalu Nayra menikah di usianya yang ke dua puluh. Nayra membawa Guna ke keluarganya dan langsung disambut baik oleh Ida. Namun beberapa bulan berikutnya, Budi justru jatuh sakit.

Sebenarnya dari awal Budi sudah mengalami gejala stroke ringan. Tetapi karena menyaksikan sendiri sebuah rahasia yang tersingkap di antara keluarganya, sakitnya semakin parah.

Budi tiba-tiba jatuh. Kaki dan tangannya tak bisa ia gerakkan. Saraf di wajahnya kaku, hingga ia tak bisa bicara lagi sampai saat ini.

Hal tersebut membuat Budi terpaksa dipensiunkan dini. Keluarganya semakin berantakan. Ditambah Ida yang tidak bisa mengatur keuangan membuat rumah dan mobilnya ludes terjual.

Raib sudah seluruh harta Budi, hingga kini mereka hanya memiliki sebuah rumah kecil nan sederhana. Bahkan untuk Nayra dan Guna pun tidak cukup luas sehingga keduanya memutuskan untuk kontrak di satu kawasan agar masih bisa membantu merawat Budi.

Awalnya Ida marah ketika Nayra memutuskan untuk kontrak sendiri. “Apa yang kamu lakukan? Pindah dari sini?! Kamu pengen lempar tanggung jawab ke Ibu, hah?! Nggak usah pindah lah! Ibu juga nggak mau kesusahan ngerawat bapakmu sendiri!”

Padahal Nayra setiap hari selalu ke rumah mereka. Untuk kehidupan orang tuanya sendiri diperoleh dari tunjangan pensiun dari Budi, juga sebagian lagi dari gaji Guna yang memang disisihkan demi membantu mereka.

Bukan Nayra namanya kalau tidak keras kepala dan memutuskan untuk tetap kontrak sendiri. Ia tidak mau jika urusan rumah tangganya dicampuri oleh orang tuanya.

Napas Nayra memburu karena emosinya yang sudah membuncah. "Ibu boleh melakukan apapun ke Nayra, tapi jangan ke Ayah, Bu!"

Ida langsung mendelik tajam dan berkacak pinggang. "Sekarang kamu berani ya teriak-teriak!"

"Maaf, Bu. Tapi ini sudah kelewatan. Ayah juga lagi sakit. Sudah, aku tidak mau bertengkar dengan Ibu." Nayra berusaha menurunkan nada di setiap ucapannya. Ia lalu segera mendorong ayahnya ke dalam kamar.

Sebelum meninggalkan Budi, Nayra memeluknya terlebih dulu. Sementara isakan halus terdengar dari bibir keduanya.

"Maafkan aku, Ayah. Nayra berjanji akan segera bekerja demi Ayah." Nayra menempelkan kepalanya tepat di bawah dagu Budi.

Tanpa bisa bicara apapun Budi sesenggukkan. Ia sungguh menyesali semua perbuatannya setelah sang istri meninggalkan dunia. Seandainya ia merasa cukup dan hidup berdua saja dengan Nayra—anak satu-satunya, kehidupannya tak mungkin jadi seperti ini.

Nayra kemudian berpamitan kepada Budi untuk mencari pekerjaan. Wanita tersebut mengecup singkat dahi ayahnya, lantas pergi menerjang panasnya ibukota.

Nayra sudah berpakaian rapi sebelum keluar. Ia juga telah menyiapkan beberapa keperluan untuk melamar pekerjaan. Dari satu gedung ke gedung lain, ia bertanya kepada sekuriti mengenai lowongan di sana.

"Sementara belum ada, Mbak."

Nayra menelan kekecewaannya, lalu melanjutkan perjalanannya. Peluh mengalir dari dahi Nayra. Ia yakin pangkat sarjananya akan berguna.

Namun Nayra belum juga mendapat pekerjaan manakala hari sudah sore. Kakinya bahkan terlalu letih hingga membuat Nayra memutuskan untuk pulang saja.

Di perjalanan Nayra tak sengaja menangkap lowongan cleaning service di sebuah rumah makan. Nayra kemudian mengeratkan niatnya. Tidak apa-apa untuk sekarang pekerjaan tersebut akan berguna.

Tetapi di luar ekspektasinya, pemilik rumah makan tersebut menjelaskan dengan seulas senyuman sungkan.

"Maaf, Mbak. Posisi itu baru saja terisi."

Nayra hanya melempar senyum, lantas kembali kecewa. Sementara di rumah, Ida selalu menyindirnya mengenai pekerjaan.

"Mana, katanya mau kerja?! Beban ya tetap jadi beban! Nyesel kan cerai sama Guna!"

Nayra memilih tak menghiraukan ucapan ibunya yang seringkali membuat dirinya meradang.

Ini sudah hari yang ketiga sejak Nayra mencari pekerjaan. Selama itu, ia sama sekali tak mendapatkan hasil dari jerih payahnya. Nayra menghela napas, ia tidak mau putus asa sebelum mendapatkannya.

Beruntung, Nayra melewati area perkantoran yang merupakan salah satu perusahaan besar di Jakarta. Perusahaan itu fokus memproduksi mie berskala nasional.

Atmajaya Group.

Nayra membaca tulisan besar dari bahan acrylic tersebut di ruang lobi lantai pertama, sementara dirinya disuruh menunggu setelah menyerahkan berkas dokumen untuk melamar lowongan yang tersedia di sana.

Seorang resepsionis berseragam dengan rambut yang disanggul rapi berdiri menerima telepon. Wanita itu terlihat mendengarkan lawan bicara di seberang telepon secara khidmat dengan sesekali mengangguk.

Setelah meletakkan teleponnya, resepsionis tadi memanggil Nayra. Sontak Nayra berdiri dan mendekat ke arah meja besar tersebut.

"Mbak, silakan masuk ke dalam. Anda ditunggu." Wanita itu menunjuk ke arah pintu pertama di ujung lorong. Nayra mengangguk paham lantas pamit undur diri.

Nayra melangkahkan kaki mengikuti arahan wanita tadi. Keringat kedua tangannya basah saking gugupnya. Ia juga merapalkan doa dalam hati agar bisa diterima bekerja di sini.

Membuka pintu perlahan, Nayra tercekat melihat seorang pria berkacamata duduk di belakang meja besar. Ia menunduk lantas bergerak tak nyaman.

Bersambung..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   110. Susulan Harapan (TAMAT)

    Ida mengusap perlahan perutnya yang mulai membesar sembari menunggu bus yang tengah ia tumpangi menepi. Kedua matanya lebih sayu dari enam bulan yang lalu. Ida memutuskan kembali ke kampung halamannya dan mulai hidup baru di sana sejak peristiwa pengarakan yang membuatnya tak ingin ia ingat.Meski begitu, gosip di tengah masyarakat desa ternyata lebih kejam menggunjingnya. Apalagi berita mengenai perselingkuhannya viral dan menguar ke berbagai media sosial nasional. Ia sangat malu, tapi kehidupan di desa lebih menjamin dibanding di kota jika menyangkut masalah pekerjaan. Di kampungnya sendiri, asal ia gerak, maka ia dapat upah juga dengan membanting tulang di ladang milik tetangga kaya atau tuan tanah.“Pak, turun di sini, Pak!” Dari belakang, Ida mengingatkan sang sopir.Ia mulai melangkahkan kaki perlahan dengan mencangking sebuah kresek lumayan besar, lantas turun dari kendaraan besar beroda empat tersebut selagi orang-orang menatapnya. Tanpa menunggu waktu, Ida lekas melanjutkan p

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   109. Berada di Tempat Tertinggi

    Banyak orang tengah mengerumuni rumah kontrakan Guna pagi ini. Salah satu dari mereka ketua RT di wilayah tempat tinggal Guna, sementara sebagian besarnya merupakan warga yang kepo dengan penggerebekan kali ini.“Maaf, Bu. Saya selaku ketua RT di sini terpaksa harus mengamankan Ibu dan Mas Guna dulu. Hal ini dikarenakan banyak aduan dari warga bahwa di rumah ini sering disalahgunakan untuk kumpul kebo. Benar begitu, Mas Guna?” papar sopan seorang pria paruh baya secara lugas.Ida menegang. Kedua matanya menyapu orang-orang yang berada di belakang pria tadi sedang antusias memotret maupun merekamnya. Tampaknya mereka sangat penasaran dengan kondisi di rumah ini. Apalagi ternyata tersiar kabar bahwa wanita yang dibawa Guna ke kontrakannya memiliki selisih usia yang tak wajar.Guna mendengus keras. Hasil lab dari penyakitnya masih menghantui dirinya. Bagaimana tidak, di dokumen tersebut tertulis jelas bahwa Guna terjangkit virus HIV. Guna tiba-tiba menggelengkan kepala sambil menatap ke

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   108. Diagnosis Penyakit Guna

    Nayra terpaksa melakukan hal ini. Memasukkan semua barang Ida ke tas besar, lalu melemparnya ke luar rumah selagi ibunya itu memohon agar tidak diusir.Budi yang menyaksikan adegan ini sesenggukan. Perasaannya campur aduk antara kecewa karena merasa gagal menjadi sosok kepala rumah tangga, sedih, marah, menyesal dan tentu sejujurnya ia tak mau akhirnya jadi begini."Nay, maaf! Jangan usir Ibu!" Berkali-kali Ida memohon kepada Nayra, namun nyatanya Nayra sudah tak sudi mendengar semua penjelasan atau sekadar mengasihani ibunya.Nayra tidak keberatan menjadi anak durhaka sekarang. Ia amat kecewa, dan jijik dengan Ida. "Perceraian kalian biar nanti aku yang urus!" gertak Nayra sembari memasukkan barang Ida dan mendorongnya ke tubuh wanita dewasa tersebut.Ida menekuk wajahnya. Percuma. Sepertinya apa pun penjelasannya, Nayra tetap bersikukuh mengusir dirinya."Oke! Urus aja! Hidupmu bakal lebih buruk setelah ini! Lihat aja!" ancam Ida kemudian. Ia sudah tak sudi memohon.Tapi, setelahnya

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   107. Berburu Bukti

    Sontak keduanya memalingkan perhatiannya kepada satu titik. Nayra terperangah.“Marsella? Ada apa, Sel?”Aldo yang ada di samping Nayra kini mengacak rambutnya frustasi. Wanita di depannya sekarang datang pada waktu yang tidak tepat.“Mbak, aku mau bicara sebentar. Ini penting.” Raut wajah Marsella tampak terdesak. Tapi, Nayra tak dapat menebaknya sama sekali.Nayra akhirnya menoleh ke arah Aldo dengan segan, kemudian berkata, “Maaf, Ko. Kita bicara lagi nanti, ya.” Ekspresi Nayra sungkan.“Ya, Nay. Aku pulang dulu kalau begitu.” Aldo mau tak mau mengangguk, lalu melangkahkan kaki pergi meski sebenarnya enggan.Kedua netra Nayra mengikuti gerakan Aldo hingga pria itu hilang dari pandangannya. Nayra menghela napas, lantas kembali menaruh perhatian pada Marsella yang sudah tampak tak sabar.“Lanjut, Sel. Kamu mau ngomong apa?”Marsella bergerak meraih ponsel yang ada di dalam tasnya. Dengan gerakan cepat, ia memutarkan video berdurasi tak kurang dari satu menit tersebut. Tangannya terju

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   106. Setiap Wanita Berharga

    Kedua netra Marsella melebar tatkala taksi yang ia tumpangi meluncur perlahan dikarenakan efek macet sore ini. Secara kebetulan ia menangkap sosok menyebalkan Guna justru berjalan beriringan bersama wanita dewasa yang pernah mengolok-ngoloknya usai video perselingkuhannya viral ke mana-mana."Pak, bentar. Kita berhenti dulu, ya," ungkap Marsella cepat sementara dua manik hitamnya terus mengikuti jejak mereka.Marsella mula-mula meraih ponselnya, lalu memberanikan diri untuk menghubungi Guna lagi. Dari balik kaca mobil, ia memperhatikan gerak-gerik Guna yang mengerutkan kening sewaktu ponsel miliknya berdering.Guna terpaku menatap sebuah nama yang terpampang di layar selama sekian detik sebelum memutuskan untuk menjawab."Halo?" Guna akhirnya menempelkan benda persegi panjang tersebut ke telinga."Gun, kamu ada di mana?"Wajah Guna memerah. Selain masih terbawa emosi, ia agaknya kesal karena Marsella tak bisa dihubungi selama ini. Marsella juga tidak ada sewaktu dirinya berada di titi

  • Cerai dengan Suami, CEO Kunikahi   105. Tunggu Karmamu Datang!

    Rianty menggertakkan gigi sewaktu menyaksikan sosok yang ia benci beberapa tahun lalu malah muncul kembali di hadapannya. Mukanya merah padam. Kini amarah Rianty berkembang menjadi dua kali lipat.Stefanny tersenyum simpul, berdiri, kemudian berderap mendekat demi menyambut kehadiran Rianty yang sengaja ia tunggu-tunggu.“Halo, Tante. Akhirnya kita bertemu, ya.” Sambil mempertahankan senyumnya, tangan Stefanny terulur untuk berjabat tangan dengan Rianty.Rianty mengatupkan rahang, sementara Nugroho yang ada di sisinya kebingungan menyaksikan situasi di depannya. Rianty mendengus, mengabaikan tangan yang terlihat menunggu di hadapannya.“Ternyata kamu anaknya Rachel. Tahu begitu aku tidak akan sudi menghubungi Rachel demi anak sepertimu,” ketus Rianty langsung menghunjam dada Stefanny.Stefanny tergelak. Ia memandang tangannya yang tak dianggap, lantas menariknya kembali. Ia tersenyum miring sembari mengibaskan rambut pendek hitamnya yang cemerlang.“Begini. Tante saya nggak salah sih,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status