Kontrak Tanpa Cinta

Kontrak Tanpa Cinta

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-08-01
Oleh:  GywneeBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
18Bab
122Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran, Alinea menikahi Leon Rayendra — CEO dingin tanpa hati, dalam pernikahan kontrak tanpa cinta. Tapi ketika ancaman misterius mulai memburunya, Alinea sadar… dunia suaminya jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan. Di tengah sandiwara pernikahan dan rahasia keluarga yang kelam, bisakah cinta benar-benar tumbuh? Atau semuanya hanya permainan berbahaya yang berujung luka?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 : Kontrak tanpa Cinta

“Aku bukan suamimu. Aku hanya pria yang menandatangani kontrak dengan keluargamu.”

---

Hujan turun tanpa jeda, mengguyur tubuh Alinea Putri yang berdiri kaku di depan gerbang besar bercat hitam. Tangan kecilnya menggenggam koper tua yang sudah basah, sementara rambut panjangnya menempel di pipi karena air hujan. Suaranya tercekat. Tak ada payung. Tak ada sambutan. Hanya dingin—dan perasaan asing yang mencekik.

Ia menatap papan nama di depan rumah mewah itu.

Rayendra Mansion.

Rumah suaminya. Atau… pria yang dipaksa menikahinya demi menyelamatkan perusahaan keluarganya yang bangkrut.

Dengan napas berat, Alinea mengangkat tangannya dan menekan bel.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Seorang pria tinggi menjulang berdiri di ambang. Setelan jas hitam mahal melekat sempurna di tubuhnya, wajahnya tajam seperti dipahat. Dingin. Mata itu… bukan mata yang ingin ia lihat di malam pertamanya sebagai seorang istri.

Leonhart Rayendra.

“Masuk,” ucapnya tanpa emosi.

Alinea ragu sejenak, tapi melangkah masuk. Sepatu basahnya menyentuh lantai marmer putih yang mengilap, meninggalkan jejak air. Rumah itu megah, luas, tapi terasa lebih dingin dari hujan di luar sana.

“Ruanganmu di lantai dua. Kamar paling ujung,” ucap Leon tanpa menatapnya. “Atur barangmu sendiri. Dan satu hal—aku tidak suka wanita cerewet. Jangan ganggu hidupku.”

Alinea menunduk, jantungnya berdebar.

“Baik, Tuan...”

“Jangan panggil aku ‘Tuan’. Panggil aku Leon. Tapi jangan pernah berpikir kita akan hidup seperti pasangan sungguhan.”

Ada jeda. Suara detak jam dinding terdengar begitu nyaring di tengah keheningan.

“Pernikahan ini hanya kontrak. Setelah satu tahun, kau bebas pergi.”

Satu tahun. Waktu yang ditentukan ayahnya dalam perjanjian.

Satu tahun menjadi istri pura-pura.

Satu tahun tinggal bersama pria yang bahkan tak ingin menatap matanya.

Alinea mengangguk perlahan. “Aku mengerti.”

---

Malam itu, ia tidur di kamar asing, sendirian, dengan gaun pengantin yang belum sempat diganti. Tanpa ciuman pernikahan. Tanpa pelukan. Tanpa ucapan “selamat malam”.

Hanya satu kalimat yang terus terngiang di kepalanya:

"Aku bukan suamimu. Aku hanya pria yang menandatangani kontrak dengan keluargamu."

...

Alinea duduk di tepi ranjang empuk, matanya menatap kosong ke arah jendela yang masih basah oleh hujan. Gaun putih itu sudah kusut, rambutnya acak-acakan, dan kakinya dingin karena belum sempat berganti pakaian. Tapi tubuhnya terasa terlalu berat untuk bergerak.

Perlahan, ia meraih bingkai foto kecil dari dalam kopernya—foto ibunya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit.

“Ma, aku sudah menikah…” bisiknya pelan, suara itu nyaris pecah. “Aku tahu Mama pasti kecewa karena aku tidak menikah karena cinta… tapi ini cara satu-satunya.”

Air mata mengalir diam-diam. Bukan karena pernikahan kontrak ini, tapi karena ia harus memilih: menjual hidupnya demi memperpanjang hidup ibunya.

Tak ada bunga. Tak ada pesta. Tak ada satu pun ucapan selamat. Bahkan gaun ini pun ia beli sendiri, dari hasil menjual kalung kenangan dari almarhum ayahnya.

Tangannya meraba cincin kawin di jari manis. Dingin. Seperti hubungan mereka.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar. Alinea segera menyeka air matanya dan menahan napas. Tapi langkah itu tak berhenti di depan kamarnya. Langkah itu terus menjauh… menuju kamar Leon di sisi berlawanan.

Dia tidak akan datang. Bahkan di malam pertama ini pun… dia memilih tidur sendiri.

Alinea menunduk, bibirnya bergetar. “Aku tidak akan mengganggumu, Leon… Tapi tolong, jangan perlakukan aku seperti aku tak ada…”

Dalam heningnya kamar itu, hanya suara detik jam yang menjawab.

Detak demi detak, seperti sisa harapan yang perlahan habis…

...

Leon berdiri membelakangi pintu kamarnya yang tertutup rapat. Lampu kamar menyala redup, dan segelas wine di tangan kanannya nyaris tak disentuh.

Di balik dinding itu, dia tahu Alinea pasti sedang duduk dalam sepi.

Gadis itu… terlalu tenang, terlalu diam—dan itulah yang paling mengganggu pikirannya malam ini.

Ia menghela napas panjang, menatap kaca jendela besar yang memperlihatkan langit malam. Hujan belum juga reda. Tetesannya turun pelan-pelan, mengiringi gelisah yang tak ingin ia akui.

"Apa yang kau harapkan dariku, gadis kecil?" gumam Leon pelan, lirih.

Ia masih mengingat wajah Alinea saat berdiri di depan pintu rumahnya. Basah kuyup, tetapi tetap berdiri tegak. Tatapan matanya tidak memohon—namun penuh luka. Luka yang entah kenapa membuat dadanya terasa sesak.

Tapi dia tak bisa memperlihatkannya. Tidak boleh.

Pernikahan ini hanya permainan bisnis. Dan dia sudah cukup hancur oleh cinta di masa lalu.

Tidak akan ada perempuan lain yang bisa masuk ke dalam hidupnya, apalagi hatinya. Tidak lagi.

Leon meneguk seteguk wine lalu berjalan ke arah jendela. Dari celah gorden, ia bisa melihat cahaya samar dari kamar Alinea.

"Jangan berharap apa pun dariku," bisiknya lagi. "Karena aku tak punya apa pun untuk diberikan. Bahkan hatiku pun sudah mati."

Namun, bahkan ketika ia berkata demikian, matanya masih tetap tertuju pada cahaya kamar Alinea—lama, terlalu lama, hingga ia sendiri tak sadar kapan matanya mulai berat.

..

Di dalam kamar gelap yang hanya diterangi lampu meja kecil, Alinea menggulung tubuhnya di atas ranjang seperti anak kecil. Angin malam menyelinap masuk dari jendela yang belum sepenuhnya tertutup, membuat tubuhnya menggigil.

Hujan di luar sana terus turun. Deras. Sama seperti malam itu—malam ketika hidupnya berubah untuk selamanya.

Perlahan, bayangan masa lalu menyeruak. Ia kembali menjadi gadis kecil berusia tujuh tahun, berdiri di depan ruang UGD sambil memeluk boneka rusak. Pintu berayun terbuka, dan dua perawat keluar sambil menunduk.

“Maafkan kami, Ayahmu tidak bisa diselamatkan.”

Suara itu masih bergema jelas di telinganya.

Tangisan ibunya.

Suara pelan boneka yang jatuh dari pelukannya.

Dan dirinya, berdiri kaku, tidak tahu harus merasa apa.

Sejak malam itu, ia tahu hidup tak akan lagi sama.

Ia belajar untuk kuat.

Ia belajar untuk tersenyum meski hatinya retak.

Dan malam ini—saat tidur di kamar orang asing, sebagai istri kontrak yang tak diinginkan—rasanya seperti mimpi buruk lama yang kembali menggerogoti hatinya.

Air mata mengalir lagi. Tapi Alinea tak menghapusnya. Ia hanya berbisik pelan, nyaris tak terdengar.

"Ayah… maaf kalau anakmu harus menyerahkan hidupnya demi menyelamatkan Mama. Aku harap… Ayah bisa mengerti."

Hujan masih turun.

Dan seperti masa kecilnya yang penuh luka, malam ini pun sama sunyinya.

..

Satu minggu sebelum pernikahan.

Di ruang kerja mewah kantor Rayendra Corporation, langit sore menggelap oleh awan mendung. Di balik jendela kaca setinggi langit-langit, Leon Rayendra duduk bersandar dengan kedua tangan terlipat, menatap tajam pria paruh baya yang duduk di depannya—Arya Putri, pemilik grup perusahaan yang kini terancam bangkrut.

Wajah Arya tampak lelah, matanya sembab. Namun tatapannya tetap tenang.

“Aku tidak meminta simpati, Tuan Leon. Aku hanya minta satu hal—selamatkan anak perempuanku. Selamatkan keluargaku,” ucapnya lirih. “Alinea tidak tahu bahwa perusahaanku hampir jatuh… dan aku tidak ingin dia tahu.”

Leon tidak menjawab. Ia hanya menatap pria itu dengan sorot mata yang sulit dibaca.

“Sebagai imbalannya,” lanjut Arya, “aku serahkan saham mayoritasku ke tanganmu. Anggap saja ini merger. Tapi... syarat dari keluargaku—kami ingin Alinea menikah dengan pria yang bisa menjaganya.”

Leon mendengus. “Dan Anda pikir saya pria yang cocok untuk itu?”

“Bukan karena cocok. Tapi karena kau pria yang tidak akan pernah menyakiti dia. Aku tahu reputasimu, Leon. Dingin, brutal, tak tersentuh. Tapi aku juga tahu… kau bukan monster.”

Diam. Sunyi.

“Anakmu bukan mainan,” kata Leon akhirnya, suaranya rendah. “Apa kau yakin dia bisa menjalani hidup dengan pria yang tidak mencintainya?”

Arya tersenyum sendu. “Aku tidak yakin. Tapi aku percaya satu hal—lebih baik dia bersama orang yang tidak mencintainya, daripada dia kehilangan segalanya sendirian. Aku mungkin ayah yang buruk… tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup istri dan anakku.”

Leon menatap pria itu cukup lama. Lalu ia bangkit berdiri, mengenakan jasnya kembali.

“Satu tahun. Setelah itu, kontrak berakhir.”

Arya berdiri perlahan, mengangguk. “Itu lebih dari cukup.”

Saat Leon berjalan menuju pintu, Arya sempat berkata satu kalimat terakhir yang berhenti di langkahnya.

“Jika suatu saat kau mulai merasakan sesuatu untuk Alinea… jangan buang waktu seperti aku dulu. Jangan tunggu sampai semuanya terlambat.”

Leon tidak membalas. Tapi untuk pertama kalinya, sorot matanya terlihat… goyah.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
18 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status