Share

Cermin Dari Nenek
Cermin Dari Nenek
Author: White Lotus

Merre Hantu Cermin 01

Semilir angin malam menghembus melewati wajah amat dingin dan lembut, aku menyukainya. Terasa aneh memang karena di mana semua orang akan merasa merinding karena itu tapi beda denganku aku menyukainya dan malah terus menginginkannya.

" Lala, hai. Lala!" seseorang memanggil namaku dari dalam rumah.

"Ya Ibu, ada apa? " sahutku sekaligus bertanya ada apa ia memanggilku.

" Ayo, masuklah dan tidur bukan 'kah kau akan sekolah besok?"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah samping, dari sana berdiri seorang wanita paruh baya atau lebih tepatnya adalah Ibuku.

" Ayo masuk! " tegasnya lagi, Ibuku sekarang menatapku dengan mata melotot.

"Nanti, Ibu ... Lala masih ingin menikmati semilir angin malam yang lembut ini," jawabku, aku menyandarkan kepalaku sambil memejamkan mata.

Dhukk (terjatuh)

"Auhkk!"

Suara seseorang terjatuh dengan keras dan disertai dengan ringisan tepat di sampingku, aku terkejut dan dengan cepat membuka mata.

"Astaga! Ibu, apa Ibu tidak apa-apa?" tanyaku panik.

Aku membantu Ibu bangun dari jatuhnya, ada sedikit luka memar di dahinya. Aku melirik Merre di samping Ibu dengan memberikannya tatapan tajam karena sudah melukai Ibuku.

"Tidak ada yang boleh mengganggumu, Lala!" Merre berkata pelan.

Aku melototkan mata padanya, Merre mengangguk lalu ia menghilang. Itu adalah kode untuknya.

Sementara Ibu terus meringis sambil memegangi keningnya yang memar akibat terbentur dengan pintu, ya, Merre yang telah mendorong Ibu ketika ingin memukul aku tadi.

"Ibu, Maaf 'kan Merre," kataku.

"Aduh, pelan-pelan Lala! Ini sangat sakit. Merre siapa?" tanya Ibu, beliau menyingkirkan tanganku yang memijit keningnya yang masih tampak memar.

"Kenapa, bu? Biar aku memijitnya," ucapku dan kembali ingin memijit kening Ibu namun kembali ia singkirkan.

"Tidak perlu Lala. Ibu baik-baik," kata Ibu.

Aku menatap khawatir kepada Ibu ini semua karena Merre, si hantu cermin yang selalu mencelakai seseorang jika ingin mengganggu atau berniat jahat padaku. Aku juga tidak tahu kenapa ia selalu begitu.

"Lala, Merre itu siapa? Dan ... kenapa kau meminta maafkan untuknya?" tanya Ibu ia sekarang menatap wajahku dengan serius.

"Oo itu, Merre adalah hantu cermin yang diberikan oleh, Nenek," jawabku lalu turun dari kursi kayu dan masuk ke dalam rumah.

Sementara Ibu tampak berfikir dengan ucapanku tadi, sengaja aku tidak menunggu ucapannya lagi.

"Merre?" gumam Ibu dengan dahi sedikit mengerut.

"Astaga!" teriak Ibu, kemudian beliau masuk dengan cepat ke dalam rumah untuk menyusul Lala.

Sementara di dalam kamar Lala ...

"Merre!" bentak Lala sambil terus mengetuk kaca cermin tempat Merre berada. Tak beberapa lama terlihat cermin itu bereaksi.

Angin yang teramat dingin dirasakan oleh tangan Lala dan sebuah bayangan putih tampak di dalam cermin.

"Ada apa, Lala?" tanya bayangan itu.

"Keluar kau!" Bentak Lala pada bayangan itu.

Cermin itu berdecit pelan dan perlahan sosok keluar secara perlahan.

Sosok menyeramkan sudah berdiri tepat di hadapan Lala sosok itu menatapnya dengan kedua bola mata yang hitam pekat seperti mata burung hantu, serta mulutnya yang terbuka lebar dan dua taring di sisi mulutnya.

" Merre, bisakah kau tidak melukai seseorang hanya karena hal yang kecil?" tanya Lala dan balas menatap Merre dengan mata melotot.

"Tidak, karena itu adalah tugasku untuk melindungimu!"

Lala memutar bola mata ke arah samping, bosan dengan jawaban itu.

"Ya, aku tahu itu adalah tugas untuk menjagaku. Tapi ... tolong jangan menyakiti, Ibuku!"

"Aku tidak menyakitinya!" Bantah Merre, sifatnya memang begitu.

"Argh, sudahlah!" Lala frustasi.

Lala menaiki kasurnya lalu menarik selimut tebalnya dan mulai menutup mata, ia merasa putus asa untuk terus berbicara dengan Merre karena hantu cermin itu sangat banyak alasan.

Cermin kembali berdecit, bunyi yang dihasilkan oleh Merre ketika ia memasuki cerminnya.

Di luar kamar Ibu Lala mulai beranjak pergi dari depan kamar Lala setelah ia selesai mendengar semua dialog Lala dan Merre.

Lampu rumah sudah dimatikan oleh Ibu dan semua orang sudah terlelap di kamar masing-masing.

Krieeettt....

Bunyi jendela kamar Lala yang di congkel paksa dari luar dan seorang laki-laki melompat masuk ke dalam kamar Lala.

Seseorang itu mendekat ke arah tempat tidur Lala dan kemudian membelai wajah putih mulus Lala, laki-laki itu menggunakan penutup wajah semacam topeng.

"Malam ini kita akan bersenang-senang, Lala Sayang," kata laki-laki itu dan ia tertawa kecil di balik topengnya.

Keadaan tiba-tiba sunyi, tidak ada bunyi jangkrik malam dan bahkan suara nyamuk pun tidak terdengar. Hawa yang tadinya sedikit penggap menjadi dingin yang menusuk tulang. Sedikit heran yang laki-laki itu rasakan namun tidak dia pedulikan.

Di saat laki-laki itu ingin berbuat lebih kepada Lala sebuah tangan yang berkuku panjang menyentuh pundaknya lalu tangan itu mencengkram nya hingga kuku-kuku panjangnya menembus pundak laki-laki itu.

"Arghh, apa ini?!" tanya laki-laki itu lalu berdiri sambil tangan kanannya memegang pundaknya yang terus mengeluarkan darah dan terasa sangat sakit.

"Eghh!" nafas laki-laki itu tercekat karena sebuah tangan yang berkuku panjang dan sangat tajam mencekik lehernya lalu mengangkatnya hingga kaki laki-laki itu tidak menapak lagi di lantai kamar.

Laki-laki itu melototkan matanya terkejut karena tepat di depannya berdiri sosok wanita dengan rambut panjang hingga kaki dan kedua mata hitam pekat sedang menatapnya, sosok itulah yang telah mencekik lehernya.

" Tidak ada yang boleh berniat jahat kepada, Lala jika ada maka seseorang itu akan kehilangan nyawanya! " sosok menyeramkan itu yang tak lain adalah Merre mengeratkan tangannya pada leher laki-laki itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status