Derap langkah yang semakin banyak nampak mendekat ke arah Kavaya yang masih saja kebingungan saat ini dengan apa yang akan dia lakukan.
"Arghhh... Kalau gini kan aku jadi yang susah." dumel Kavaya pelan.
Dia melihat laki laki yang tergeletak dan terluka itu, karena dia sudah kebingungan akhirnya dia memutuskan untuk membawa laki laki itu dengan cara menyeretnya masuk lebih dalam ke gedung kosong itu dan menutupinya dengan berbagai kain lusuh yang ada di sana.
Kavaya sendiri segera berdiam diri dan bersembunyi di balik barang barang yang tak terpakai itu.
"Dimana dia?"
"Tapi ini mereka siapa yang menghabisi mereka semua?"
Beberapa orang itu mulai menyebar di seluruh gudang dan hampir saja Kavaya juga ketahuan. Hampir setengah jam dia duduk berjongkok untuk menghindari orang orang berpakaian hitam itu dan itu membuat kakinya mulai kesemutan."Kita pergi dari sini, dia tak ada di sini. Mungkin dia sudah kabur ke tempat yang lain."
Beberapa orang yang terlihat seperti bawahan itu mengangguk dan mereka segera pergi dari sana. Sayup sayup pun Kavaya juga mendengar tentang mereka harus menemukan orang yang mereka cari dalam keadaan apapun.
Setelah selang beberapa waktu Kavaya memastikan jika mereka sudah pergi dari sana dan itu membuat Kavaya bernapas lega. Tapi dia sudah tak kuat lagi berdiri dan hari sudah sangat malam saat ini. Kavaya memutuskan untuk tidur di gudang itu sambil berdoa semoga dia masih bisa bangun pagi besok dan pulang kembali ke rumahnya meskipun jika di rumah pun dia juga akan mengalami nasib yang tak lebih baik.
"Aku nggak berharap setelah ini, tapi aku berharap aku bahagia bersama pasanganku nanti. Aku nggak mau pulang ke rumah itu karena di sana setelah mama tiada banyak sekali yang berubah, dan mereka sudah benar benar di luar batas kesabaranku," gumam Kavaya lirih.
Tapi ternyata gumaman Kavaya itu terdengar oleh laki laki yang tengah terluka itu. Dia sempat membuka matanya sebentar meskipun akhirnya dia memejamkan matanya kembali. Tapi sesaat sebelum dia memejamkan matanya dia sempat memencet sebuah tombol yang ada pada jam tangan yang dia pakai.
Mereka berdua akhirnya tertidur di masing masing tempat tanpa tahu apa yang akan terjadi keesokan harinya.
*
*
Di pagi hari saat pagi mulai datang dan sebelum matahari mulai menampakkan wajah indahnya, laki laki yang sudah di tolong Kavaya itu sudah selesai di obati. Sesaat setelah dia memencet tombol SOS di jam tangannya dia di jemput asisten dan beberapa anak buahnya yang membawa salah seorang dokter keluarganya.
King yang sudah selesai di obati dan mulai sadar melihat Kavaya yang sedang terlelap, awalnya semua orang bingung tapi setelah King menjelaskan secara singkat mereka semua mengerti.
King mendekati Kavaya yang masih tertidur lelap dan itu di sengaja karena sang Asisten menyemprotkan sedikit cairan yang ada obat biusnya di sekitar Kavaya.
Saat King berjongkok di depan Kavaya dia melihat sebuah tatto mawar di dekat telinga belakang Kavaya dan ternyata Kavaya memakai kalung berbandul giok berwarna biru saphire yang indah. Mata Kingstone menyipit dia seperti pernah melihat di mana kalung itu berada tapi dia tak bisa mengingatnya sama sekali.
"Leo, jaga gadis ini dari kejauhan dan pastikan dia selalu baik baik saja. Karena setelah urusan kita selesai, aku sendiri yang akan menjemputnya dan menjadikannya istriku satu satunya!"
Leo membelalakan matanya saat mendengar perintah King kepadanya. Dia tak menyangka akan mendengar kata kata itu dari mulut King yang juga sahabatnya itu.
"King, kamu serius? Kamu nggak kenal dia, bagaimana mungkin kamu langsung mengatakan itu?" protes Leo tak terima.
King langsung mendengus kesal, "Lalu apa gunanya aku mempunyai kamu? Apa kamu mau mengundurkan diri saat ini?"
"Eh...."
Leo meneguk ludahnya kasar saat dia menyadari kesalahanya, itu berarti King menyuruh Leo juga mencari tahu tentang identitas gadis ini dan menyerahkan secepatnya pada King."Ah, maaf aku tahu... Akan aku kerjakan setelah kita kembali. Saudara tiri papimu membuat ulah semalam karena kamu tak pulang saat ada pertemuan membahas pernikahanmu dengan Ana. Mereka mengatakan kalau kamu sengaja membuat malu mereka karena kamu tak hadir di sana." jelas Leo.
King menyeringai mendengar itu, karena dia memang tak pernah suka dengan saudara tiri papinya itu yang terlalu ikut campur dengan urusan kehidupannya. King juga tahu wanita yang di jodohkan dengannya adalah suruhan dia untuk mengambil semua harta warisan milik King yang berasal dari kakeknya King.
"Biarkan saja, jika sudah saatnya dia juga akan bertemu dengan penjaga neraka nanti. Saat ini lebih baik kalian cari siapa orang yang menyerangku semalam. Jelas mereka suruhan seseorang entah itu musuh yang terlihat atau musuh dalam selimut. Kita pergi dari sini, kita pergi langsung ke kantor. Papi jelas sudah menunggu di sana."
Kingstone segera meninggalkan mereka semua tapi sesaat sebelum dia benar benar pergi dari sana dia berbalik ke arah Kavaya yang masih tertidur dengan nyenyaknya.
"Kita akan bertemu lagi setelah ini dan aku pastikan kamu akan mendapatkan semua yang kamu ucapkan semalam." bisik Kingstone pelan.
Setelah mengatakan itu Kingstone berbalik dan melanjutkan langkahnya untuk pergi ke perusahaan miliknya di mana sang papi jelas sudah menunggunya sejak tadi.
*
*
Kavaya yang di tinggalkan mulai terbangun karena efek biusnya juga mulai hilang. Dia mulai menggeliatkan badannya. Dia mulai membuka matanya perlahan dan menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk ke dalam gudang itu.
Sesaat setelah dia tersadar dia berada di mana, dia mengerjapkanya matanya berkali kali. Sedetik dua detik dia mulai ingat jika dia tak sendiri di sana. Tapi saat dia menoleh ternyata laki laki itu tak ada di sana dan dia sendirian di sana.
"Loh kok nggak ada? Dia pergi kemana?"
Kavaya segera terlonjak dari posisi duduknya dan segera mencari keberadaan laki laki itu tapi dia tak menemukan jejaknya di mana mana. Kavaya menyerah mencarinya, Kavaya akhirnya memutuskan untuk pergi dari gudang itu dengan perasaan yang tak tentu."Dia manusia kan ya? Bukan setan? Kenapa tak ada jejak dia pergi sama sekali?"
Sambil berjalan pulang ke rumahnya Kavaya terus memikirkan di mana laki laki itu pergi.
Tapi dia tak bisa berpikir sama sekali, sampai pada akhirnya dia sudah sampai di rumahnya tapi di sana sudah banyak mobil yang berjejer. Bahkan dari luar pintu terdengar banyak orang yang tertawa terbahak juga terdengar ada yang membicarakan pernikahan.
"Siapa yang mau nikah? Nggak mungkin kan anaknya mau nikah? Cowoknya kan nggak ada di sini?"
to be continued
Darrel mengumpat semakin sering saat dia sama sekali tak mengingat kenangan nya bersama Athena. Ingin sekali rasanya dia mendobrak kamar Athena tapi ternyata nyalinya tak sebesar itu. Darrel bingung harus mencoba mengingat dari mana tentang Athena. Athena yang baru selesai membersihkan dirinya keluar dari kamar. Dia pergi ke dapur untuk memasak beberapa makanan. Darrel yang memang sudah kelaparan juga turun ke dapur berniat mencari makanan. Darrel yang sampai di dapur melihat Athena sedang masak beberapa makanan hanya memperhatikan nya saja tanpa ingin mengganggunya. "Mau ngapain disini?" Darrel terkejut karena Athena bisa tahu jika dia ada disana. Padahal posisi Athena saat ini Masih membelakanginya. Tanpa berbalik pun Athena bisa tahu jika Darrel ada disana. Parfum Darrel tak ganti dan Athena selalu hapal dengan bau parfum itu karena dia yang membelikannya untuk Darrel. "Aku lapar." Hanya itu jawaban Darrel, karena dia memang benar benar lapar setelah pertarungan nya
Athena dan Darrel masih belum berhenti bertarung. Kata latihan beralih menjadi pertarungan di antara mereka. Tak ada yang kalah atau menang. Kemampuan mereka setara. Tapi detik berikutnya saat Athan dan Darrel masih bertarung sebuah belati melayang ke arah mereka yang membuat mereka saling menjauh. "Cukup!" Dari arah pintu masuk King melempar belati tepat di tengah Athena dan Darrel. "Latihan selesai. Kalian istirahat!" Perkataan King tak bisa di bantah lagi. Athena hanya melirik ke arah Darrel dan pergi dari sana tanpa mengatakan apa apa. Athena pergi ke kamarnya. Duduk termenung di dekat ranjang dengan membawa sebotol air mineral. Sedangkan Darrel masih berdiam diri di tempat latihan bersama papa nya. "Darrel, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah ingat sesuatu?" cecar King. Darrel diam tak menyahut, dia juga bingung dengan apa yang dia lakukan tadi. Tapi dengan dia bertarung dengan Athena perasaannya di hatinya yang beberapa hari ini kosong mulai terasa berbeda.
Semua rahasia di bongkar oleh Ane yang menurut King tak masuk akal. Kenapa dia bisa sampai kecolongan tentang apa yang terjadi pada Leon dan Ayumi. King mengira jika semuanya baik baik saja selama ini. Tapi nyatanya King dan Kavaya kecolongan dengan sangat parah. Mereka benar benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Leon dan Ayumi yang bertindak melenceng sejauh itu. "Apa kamu bisa mempertanggung jawabkan semua perkataan mu?" Suara King menghentikan apa yang Ane lakukan pada Yesi. "Ya tuan King. Hidup ku sudah hancur jadi apa lagi yang aku cari? Tak ada yang perlu aku cari lagi. Semua sudah selesai. Jika tuan masih ragu dengan ku, semua bukti itu ada di apartemenku. Ku simpan rapi di brangkas milikku tuan. Begitu juga dengan uang milik Raihan yang selama ini dia berikan kepadaku. Tak pernah aku sentuh sama sekali!" King memberi perintah pada Kairo dan anak buahnya untuk mencari semua bukti itu. Kairo bergerak cepat ke arah apartemen Ane. Sedangkan Yesi menggelengkan kepal
Ane merengek meminta ampun pada Kavaya, tapi Kavaya tak peduli karena dia benar benar kesal dengan kebodohan Ane yang katanya seorang dokter. "Aku tak perduli dengan kalian. Jika aku mengampuni kalian, aku akan di remehkan orang lain. Semua kesalahan kalian jadi tanggung jawab dengan apa yang sudah kalian perbuat!" Ane terus menggelengkan kepalanya. Dia lalu melihat Yesi, menarik lengan Yesi keras. "Ini semua karena kamu, jika bukan karena hasutan kamu, aku nggak mungkin sampai seperti ini!!" teriak Ane keras. Kavaya tersenyum samar melihat itu, pancingannya berhasil. Dia bis menyaksikan drama di depannya mungkin bisa sampai saling menghabisi. Tak hanya memaki Yesi, tapi Ane sudah menarik rambut Yesi keras yang membuat Yesi menjerit kesakitan. Yesi kalah tenaga karena Ane lebih muda dari padanya sedangkan dia sudah paruh baya. "Ane apa yang kamu lakukan hah? Kita melakukan ini semua karena mencintai Leon dan Raihan. Mereka berdua korban keluarga Kavaya dan King. Kenapa
Sudah beberapa hari setelah kejadian Darrel kembali jatuh pingsan karena mencoba mengingat. Beberapa hari itu juga Athena berubah menjadi gadis yang pendiam dan juga lebih dingin. Dia tak pernah bicara kepada orang lain selain Kavaya atau King yang bertanya. Darrel yang awalnya terbiasa dengan semua itu tak terlalu peduli. Tapi lama kelamaan Darrel merasa kosong. Ada yang hilang dari hatinya. Denzel yang melihat Darrel terdiam pun menepuk pelan pundaknya. "Ada apa?" Darrel hanya diam, tapi tatapan matanya terarah pada Athena yang sedang berlatih bersama Azura. Dia terus mengamati Athena dari lantai atas yang terhalang oleh dinding kaca. Athena sendiri yang merasakan ada yang memperhatikannya menoleh ke arah itu. Tatapan Darrel dan Athena bertemu. Mereka saling tatap, tapi kemudian Athena memutus tatapan mereka dan melanjutkan latihannya dengan acuh. "Kenapa lihatin Athena terus? Kamu udah ingat sama dia?" tanya Denzel. Darrel menggeleng, dia meraba hatinya. "Seperti ad
Wanita itu berteriak saat mendengar perintah Kavaya tentang nasibnya. Dia meraung keras ingin di bebaskan tapi anak buah Kavaya sudah membawanya pergi dari sana. Mereka sudah seperti buaya kelaparan yang lama tak makan makanan yang enak. "Jadi Tante, bagaimana keputusan yang lain?" tanya Kairo lagi. "Aku nggak akan melakukan apa apa, hanya akan melihat sejauh mana mereka berusaha untuk membuat kacau semua yang ku punya." jawab Kavaya acuh. Kairo menggaruk pelipisnya bingung. Dia tak mengerti dengan jalan pikiran tantenya saat ini. "Huft ...." "Suka suka Tante lah mau gimana sekarang." Kairo lebih memiliki duduk di sana sambil memeriksa ponselnya siapa tahu dia menemukan sesuatu yang menarik. Kavaya sendiri berdiri di dekat jendela melihat ke bawah dimana masih banyak orang yang belum pergi dari sana karena mereka ingin protes dengan Kavaya dan perusahaannya. Tapi saat wanita yang berhasil menerobos masuk tadi di seret anak buah Kavaya dengan terus berteriak seperti oran