Tak ada seorang pun yang akan datang pada gadis jelek penyakitan sepertiku … meskipun sudah terbiasa kesepian, rasa sepi ini tetap saja menyakitkan … rasanya seperti gagal menjadi manusia … aku sudah terlalu lelah, ini waktunya aku menyerah atas semuanya dan menerima kematian … sendirian ….
Seorang gadis berambut perak membatin. Ia terbaring tak berdaya di atas kasur dan menatap kosong pada langit-langit kamar gelapnya. Ia sesekali melirik ke arah pintu berharap seseorang akan membuka pintu itu dan menemukannya sedang terbaring sekarat menunggu kematian.
Bila seseorang melihat dari atas langit, bangunan gadis yang ditempati gadis itu terpisah dari rumah utama. Ia terletak jauh di sayap barat rumah tampak kusam dan terbengkalai tanpa ada orang selain gadis itu sendiri.
Bangunan tempat gadis itu adalah sebuah asrama khusus pelayan, tapi sekarang tak lagi digunakan dan dijadikan tempat tinggal gadis itu seorang diri. Asrama itu berbentuk persegi panjang dengan 20 kamar dan atap segitiga biasa.
Satu-satunya ruangan yang ditempati gadis itu adalah bagian paling pojok, menjauhi bangunan utama.
Uhuk-uhuk! Suara batuk menggema dalam kamar gadis bernama Xora tersebut, tapi karena tak ada satu pun orang yang datang membuat gadis itu perlahan semakin kehilangan harapan untuk hidup. Tubuhnya tampak kurus, sehingga orang lain akan mengira bahwa dia adalah mayat yang sisa tulang dibungkus kulit. Wajah pucatnya cantik, tapi redup oleh jerawat besar di mana-mana dan menutupi kecantikannya.
Sendirian dan tak ada siapapun di sisinya, itulah yang Xora alami. Kebencian dari ayah dan saudaranya, membuat ia mau tak mau hidup dalam kondisi sebatang kara meskipun keluarganya berlimpah harta.
Semenjak masih kecil tubuh Xora memang sudah lemah dan sering jatuh sakit. Tetapi ia masih bisa bertahan karena ada satu atau dua orang untuk menjadi sandaran, menjadi penguat saat ia terluka di bawah tatapan tajam dan caci maki dari ayah dan saudara lainnya.
Perlahan-lahan, orang yang peduli padanya mulai hilang entah kemana dan meninggalkan gadis kecil itu untuk bertahan sendiri. Xora berhasil bertahan hingga memasuki umur 18 tahun, sendirian, hingga akhirnya tak mampu lagi menahan rasa sepi dan kehilangan tujuan hidup.
“Aku benar-benar lelah.
“Seandainya Tuhan benar-benar ada … kuharap aku terlahir cantik dan punya keluarga yang hangat. Keluarga yang memelukku ketika aku sepi, keluarga sebagai sandaran saat lelah, keluarga sebagai tujuan.”
Gadis itu mulai kehilangan kesadaran merasa bahwa ajalnya sudah semakin dekat. Dengan kondisi tak berdaya dan tanpa semangat untuk hidup, Xora menutup mata secara perlahan untuk membiarkan kegelapan dan rasa sepi menelannya ke dalam tidur abadi.
[Anda terpilih oleh *** sebagai *** *** God of Beauty and Blood!] [Mengidentifikasi Xora Naravinata …!] [Proses identifikasi selesai …!]Tepat ketika matanya akan tertutup sepenuhnya, sebuah panel kotak muncul sambil mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata dalam kegelapan. Kelopak mata Xora itu kembali terangkat memperlihatkan manik mata hitam pekat. Sorot matanya diselimuti rasa kaget, bingung, takjub.
Tenaganya yang hilang seolah-olah terisi, tapi hanya cukup untuk memahami apa yang tertulis di panel kotak hologram transparan tersebut.
[Sistem God of Beauty and Blood meminta persetujuan. Apakah Anda ingin menjalin kontrak dengan sistem?]
[Cukup anggukkan kepala jika Anda menerima. Dan jika Anda tidak menerimanya, cukup gelengkan kepala Anda!] [Ya] [Tidak]A-apa ini?
Alisnya mengerut, membuat jerawat yang ada di tengah-tengahnya tergencet hingga mengeluarkan nanah. Rasa sakit muncul, tapi Xora segera mengabaikan hal itu karena rasa bingungnya jauh lebih besar daripada rasa sakit.
Seekor lalat terbang masuk, menyadari bahwa ada aroma nanah yang begitu tipis menyebar di udara. Lalat itu terbang masuk dan menelusuri jejak aroma, hingga menemukan kaki-kaki kecilnya hinggap di dagu Xora.
Rasa geli dan jijik muncul, Xora spontan mengangguk-anggukkan wajahnya untuk mengusir lalat itu pergi. Namun sialnya, sistem mendeteksi hal itu sebagai pernyataan setuju.
[Anda telah menyetujui kontrak dengan sistem God of Beauty and Blood!] [Sekarang, kontrak di antara Anda dan Gof of Beauty and Blood telah terjalin!][Anda menerima item tingkat Rare ‘Blood Pil’ x2.]
[Pil ini merupakan penemuan seorang tabib dari Abad Kekosongan. Ia mengekstrak herbal dan darah Monster dengan kekuatan regenerasi menjadi sebuah pil yang mampu digunakan oleh semua golongan darah. Pil ini akan meningkatkan kecepatan regenerasi luka pengguna dan memproduksi darah hingga ke tingkat maksimum selama lima menit.]
Di layar hologram, sebuah pi bulat berwarna merah gelap mengkilat diperlihatkan bersamaan dengan deskripsi kegunaan dari pil tersebut.
[Anda menerima item tingkat rare ‘Heart of Siren’.][Item ini terbuat dari ekstrak darah pita suara seorang siren yang dibunuh tragis oleh kekasihnya. Emosi saat Siren itu dibunuh menyatu dalam topeng ini : Marah, Kecewa, Sedih, Senang.]
[Pengguna dapat memilih satu dari emosi ini untuk memengaruhi area sebesar lima meter di sekitar penggunanya. Suara apapun yang ditimbulkan oleh si Pengguna akan memengaruhi target, sesuai emosi pilihannya selama 1 jam 30 menit. Emosi ini memiliki jeda waktu tiga jam sebelum dapat digunakan kembali. Selama jeda waktu tersebut, topeng akan berubah menjadi topeng biasa tanpa kekuatan apapun.]
Topeng yang menutup setengah wajah dari kening hingga hidung pun muncul di layar hologram. Topeng itu akan berubah menjadi transparan setiap kali dipakai oleh para pengguna, membuatnya tak terlihat. Ia akan berubah warna mewakilkan setiap emosi : Merah mewakilkan emosi marah; Hitam mewakilkan emosi kekecewaan; Biru mewakilkan kesedihan; Kuning mewakilkan emosi senang.
[Anda menerima 35 poin distribusi!][Stamina Anda akan disembuhkan oleh God of Beauty and Blood, bertambah +2 poin secara permanen.]
Notifikasi terus menerus berdatangan, hingga di panel terakhir. Setiap jengkal tubuh Xora mengeluarkan cahaya berwarna hijau.Panel-panel hologram terus bermunculan memenuhi ruang di depan wajah Xora. Semua panel hologram itu kemudian menyelimuti kulitnya, mengeluarkan cahaya kehijauan yang begitu menyilaukan. Bahkan dari sela-sela pintu, ventilasi udara, cahaya itu terlihat jelas. Untungnya, ruangan kamar Xora berada jauh dari bangunan utama dan bisa dibilang terbengkalai.
Gadis bermata hitam itu awalnya kaget, tapi perlahan-lahan Xora merasakan bahwa sel-sel dalam darahnya bergerak dengan cepat dan memberikan vitalitas kehidupan di setiap jengkal tubuhnya.
Keajaiban terjadi. Satu per satu jerawat yang tak kunjung sembuh di wajah gadis itu, perlahan menyusut dalam waktu 10 detik dan menghilang tanpa bekas seolah-olah tak pernah ada jerawat di sana.
A-apa yang terjadi padaku? Tangan yang tadi bagaikan tulang berbungkus kulit, kini mulai terisi oleh daging-daging sehat dan tampak normal. Rasa sakitnya di perut, dada, kaki dan kepalaku mulai menghilang!Xora duduk di kasur dan bersandar pada dinding. Jari-jemarinya meraba setiap jengkal tubuhnya dengan rasa tak percaya. Butuh waktu sepuluh menit baginya untuk menyadari bahwa semua kejadian tadi benar-benar nyata. Semua dimulai semenjak panel hologram kotak itu muncul di hadapan wajahnya dengan warna biru tua, lalu menyelimuti tubuhnya dengan warna hijau untuk memulihkan ia.
“Apa yang terjadi?” Gadis itu memiliki banyak pertanyaan, tapi hanya kalimat itu yang terlontar dari bibirnya.
[Anda terpilih sebagai *** untuk menerima *** dari *** … The God of Beauty and Blood]Panel hologram tiba-tiba menjadi error dan dipenuhi garis-garis putih. Warna yang awalnya biru, berubah menjadi merah. Kalimatnya dipenuhi oleh tanda bintang dan tak tertulis sampai selesai, membuat Xora mengerutkan alisnya semakin dalam.
Aku terpilih? Sebagai apa? Untuk apa? Dari apa? Pertanyaan muncul dalam benaknya.
[*** … Dungeon!]
"Dungeon? Apa itu?" tanya Xora.[Dungeon adalah sebuah ruang tempat kemunculan para Monster. Ia muncul dalam bentuk retakan di udara kosong sebelum retakannya melebar dan membuat para monster berhamburan keluar, membunuh setiap makhluk hidup yang ada.]
[Retakan itu disebut sebagai sebuah Gate.]
[Pada saat ini, Gate akan segera muncul dalam waktu yang tak dapat ditentukan.]
[Tetapi, begitu Gate muncul dan membuka celah yang bisa memuntahkan Monster. Peradaban umat manusia akan runtuh dalam sekejap.]
[Salah satu eksistensi yang mampu menutup Gate adalah para Hunter. Dengan kemampuan masing-masing, para Hunter harus melewati Gate dan masuk ke dalam Dungeon untuk menutupnya secara permanen.]
Peradaban umat manusia akan runtuh dalam sekejap ….Kalimat itu menggema dalam kepala Xora, membuat ia tiba-tiba seperti merasuki sebuah novel dengan genre fantasi. Ia bahkan mulai meragukan bahwa dirinya masih hidup sebelum ia mengambil tindakan untuk menggigit bibir dan menimbulkan rasa sakit.
“Ini nyata …” Xora bergumam sambil meringis, mengusap yang merembes dari sudut bibirnya.
Aku masih tak bisa percaya kalau peradaban umat manusia akan hancur dalam sekejap. Salah satu eksistensi yang dapat menyelamatkan mereka adalah para Hunter.
Tanpa sadar, ia mengepalkan tangannya dan merasa shock.
Ia melirik ke arah sistem, lalu bertanya, “Bukankah umat manusia memiliki senjata super canggih sekarang? Seharusnya kami bisa mempertahankan diri dari serangan tak masuk akal dari Monster yang keluar dari Gate.”
[Ya. Tetapi para Monster kebal terhadap senjata manusia, bahkan sangat sulit untuk dibunuh hanya dengan mengandalkan senjata-senjata itu.]
“Bagaimana Hunter bisa muncul, apa itu Hunter?” Ia kembali bertanya.
[Hunter muncul secara otomatis dengan kemampuan acak dan sebuah sistem untuk mengetahui prinsip kemampuan, kekuatan dan level seseorang. Semakin tinggi level seorang Hunter, semakin kuat pula ia.]
[Hunter adalah manusia yang berevolusi secara acak dan mendapatkan sebuah sistem untuk mengetahui kekuatan, kemampuan, serta hal-hal pribadi terkait Hunter. Semakin tinggi level Hunter, semakin kuat pula ia.]
[Level Hunter dibagi dari level terendah, yaitu E dan D; level menengah yaitu C dan B; hingga ke level tinggi, A.]
[Level yang dimiliki para hunter sangat beragam, begitu pula dengan kemampuan yang mereka miliki. Bila digambarkan sebagai sebuah piramida, level hunter puncak adalah A, sementara level Hunter paling bawah dan umum adalah E, sesuai dengan huruf abjad A ke E.]
[Item para Hunter dibagi dengan level yang berbeda, mulai dari level Basic sebagai yang paling rendah, tak ada bedanya dengan senjata biasa.]
[Lalu ada item tingkat menengah Common yang memiliki kemampuan khusus.]
[Kemudian ada item tingkat rare yang jarang sekali didapat. Ia memiliki kemampuan yang lebih baik daripada item level Common.]
[Item dengan level Epic adalah yang paling mustahil untuk didapat. Hanya ada peluang sekitar 1:100.000.]
“Ingatlah Nona, apabila suatu saat nanti Nona sudah lelah untuk berusaha … Anda bisa segera pergi, mencari tempat di luar sana yang akan segera menerima Nona apa adanya.”
Sebuah bayangan terproyeksi dalam benak Xora, membuatnya memejamkan mata untuk melihat dengan jelas. Ia masihlah seorang gadis kecil berumur lima tahun yang tak tahu apa-apa waktu itu. Seorang perempuan paruh baya berpakaian pelayan berlutut di depannya, berlinang air mata dan berkata dengan tulus. Wajahnya buram, tak jelas, tapi suaranya benar-benar menggema dan tertanam dalam hati Xora.
“Bibi Nammy,” gumamnya menyebutkan nama wanita dengan wajah buram itu. Satu dari sedikit orang yang tulus dan peduli padanya.
Rasa rindu, sedih, pilu dan bingung meleleh menjadi satu dalam bentuk air mata, mengalir dari sudut mata Xora dan bergelantungan di rahang sebelum jatuh membasahi selimut usangnya. Suara tangisan perlahan menggema dalam kamar yang sepi.
Sinar mentari fajar jatuh ke atas kulit Xora yang putih, menyinari dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rambut putih peraknya jatuh dan tergerai hingga pinggang, matanya sedikit bengkak karena habis menangis semalaman, wajah yang kemarin kurus, kini menjadi bulat dengan hidung mancung yang membuatnya tampak imut.
Kain yang melekat di tubuhnya adalah baju lengan pendek bergaris-garis putih biru vertikal, serasi dengan celana bergaris-garis biru putih vertikal. Keduanya tampak begitu sempit dan memprihatinkan dengan berbagai robekan di mana-mana, membuat siapapun tahu bahwa gadis itu tak pernah diperhatikan.
Di tangannya Xora, terdapat sebuah kotak hitam yang diikat dengan pita merah. Matanya terpejam. Ia mengingat apa yang Bi Nammy katakan sewaktu memberikan kotak pada dirinya yang berulang tahun ketujuh ….
“Nona Muda yang tersayang … Ibu Nona pernah berkata kepada saya, apabila umur Anda telah berumur 18 tahun, barulah Anda boleh membuka kotak ini.
“Saya tak tahu apa isinya, tapi yang saya tahu, hadiah ini disiapkan dengan penuh kehati-hatian dan kebahagiaan sewaktu Anda masih berada dalam kandungan.
“Jadi, jangan pernah meragukan kasih sayang dari Ibu Anda. Meski Ibu Anda telah tiada, beliaulah yang paling menyayangi Anda.
“Semisal suatu hari nanti saya tiba-tiba hilang dan tak ada yang menjadi sandaran Anda, silahkan pandangi kotak ini dan ingat betapa sayangnya Ibu Nona, kepada Nona.”
Terima kasih, Bi. Sekarang aku sudah cukup umur untuk membuka dan melihat, apa yang telah ditinggalkan oleh Ibu kepadaku. Sebuah senyum mengembang dari sudut bibir Xora, sementara tangan kiri menopang hadiah dan tangan kanan mengelus permukaan kotak dengan hati-hati. Ia mengelusnya seolah sedang mengelus wajah sang Ibu yang berada dalam bayangannya.
Dalam posisi duduk, tepat di bawah sinar matahari yang jatuh dari jendela, Xora melepas pita yang mengikat kotak dan membuka tutupnya. Ia tertegun sejenak saat melihat isinya.
Trangg! Saat pedang Xora menyentuh bulu Poison Tongue Bird, pedang itu langsung terlempar jauh dari tangan Xora. "Apa yang terjadi? Kenapa aku tak bisa menebasnya?" lirih Xora dengan mata terbelalak. Di saat yang bersamaan, Poison Tongue Bird di hadapan Xora bergerak cepat untuk mencengkram tubuh Xora. Boom! Poison Tongue Bird itu mencengkram tubuh Xora, dan menghempasnya ke atas tanah dalam waktu singkat. Rasa sakit luar biasa pun menyerang punggung Xora. 'Sakit,' keluh Xora di dalam hati. Mata Xora melirik ke arah Poison Tongue Bird yang menghempasnya ke tanah. Ada kebencian yang tersorot jelas dari tatapan Xora. Dia kemudian beralih menatap pedangnya yang tergeletak cukup jauh. Xora berusaha mengabaikan rasa sakit pada punggungnya, lalu bangkit dan meraih pedang itu. Xora menatap Pedang Kutukan di genggamannya. 'Kenapa aku tidak bisa menebas mereka dengan mudah, seperti Flyor?' batin Xora bertanya-tanya. Dia merasa kecewa karena kemampuannya tidak seperti Flyor."Miss. U!" Teri
Flyor meraba bibirnya yang tengah tersenyum lebar."Akhir-akhir ini ... aku banyak tersenyum," gumam Flyor yang merasakan perbedaan drastis pada dirinya, setelah Xora datang. "Tapi sebelum itu, lebih baik aku segera menentukan latihan apa yang perlu diberikan kepada Miss. U," sambung Flyor sambil mencuci piring. ***Mentari mengangkasa dengan angkuh dan terik. Suasana sekitar terasa begitu panas, tapi tak berlaku bagi Xora yang duduk di bawah rindangnya pohon ketapang. Gadis itu mengangkat telapak tangannya ke depan wajah, lalu memandang mereka dengan ekspresi tak percaya. "Baru saja, aku mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali." Dia bergumam lirih dengan napas terengah-engah. [Notifikasi! Anda menyelesaikan Quest Tambahan!][Notifikasi! Anda mendapatkan item rahasia berupa 'Kalung Usang'.][Notifikasi! Anda mendapatkan bonus berupa 5 distribution point!]Kening Xora mengerut melihat panel di hadapannya. Dia berlatih sampai 3000 kali ayunan sampai setengah mati, tapi hanya mendapa
"Mengayunkan pedang sebanyak 2000 kali saja perlu waktu sampai sore. Apalagi 3000 pedang?" sambung Xora dengan intonasi tak percaya diri. Dia merasa tak yakin bisa menyelesaikan misi besok. Xora membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela napas. "Jika seperti itu, aku harus bangun lebih pagi lagi," lirih Xora. Xora mulai menutup mata, dan mulai terlelap dalam mimpi.Pagi menjelang .... Flyor yang ada di kamarnya mulai terbangun. Dia segera beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur. 'Aku harus segera memasak, sebelum Miss U bangun,' batin Flyor. Dia dengan cepat berkutat di dapur, memasak menggunakan teknik dan bumbu dari tumbuhan di Dungeon. Menu utamanya adalah sup Jamur Dore. Jamur Dore adalah jamur Dungeon, yang bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh. 'Ini cocok untuk dia yang akan berlatih mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali,' pikir Flyor.Flyor tersenyum kecil di sudut bibirnya, sambil meletakkan sup Jamur Dore itu di atas meja. Tak hanya sup Jamur Dore yang
Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai
Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p
Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"