Share

PART 60: Tinkerbell

Author: Titi Chu
last update Huling Na-update: 2025-05-12 17:54:14

(Flashback)

'Princess'

Itu bukanlah sekedar panggilan biasa. Pertama kali kami berkenalan, dia memanggilku dengan sebutan yang sama.

Nada suaranya waktu itu masih terngiang di telinga—sama seperti saat ini, mengejek tapi bedanya sedikit dikombinasikan dengan nada kagum dan... hangat.

Malam itu, sebelas tahun lalu, aku baru saja selesai masa KKN dan seperti burung yang keluar dari sangkar. Akhirnya bisa menghirup udara Jakarta.

Sebenarnya aku bukan tipikal orang yang suka party-party tapi Meira sahabatku berhasil meyakinkan aku untuk datang ke sebuah bar yang berada di bilangan Jakarta Selatan. Tempat itu sedang mengadakan event party bertema 'Fairy Tale After Dark'. Semua orang berdandan seperti tokoh dongeng yang mabuk glitter.

Aku?

Setelah puas scroll IG mencari referensi, kuputuskan untuk datang sebagai Tinkerbell. Meira yang berkulit pucat memilih kostum Snow White.

Yes. Aku, mengenakan gaun hijau menyala, sayap plastik, dan glitter di pipi. Tinkerbell versi kurang tidur dan kehab
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 61: Cabai Kering

    "Mita!" Aku terenyak, mata mengerjap cepat seolah baru terjaga dari mimpi. "What are you doing?" Apa? Oh! Suara panci di atas meja stainless berbunyi nyaring. Aku segera mematikan kompor, berniat mengangkatnya turun ke island, tapi karena buru-buru, sarung tangan terlupakan. Aku memikik tertahan, menggoyangkan tangan, rasa perih seketika menjalar ke jemariku. Gun berdecak, menggeser tubuhku ke samping dan mengambil alih. "Ini yang kamu sebut kerja?" Para chef lain otomatis menghindar ke sisi kanan dapur, tahu persis bahwa Chef Gun yang terhormat sedang meledak. “M-maaf, Chef…” Aku meringis, meremas jemariku di celemek. Gun mengernyit, dia tampak sangat murka. “Saya pikir—" “Kalau kamu berpikir spaghettinya nggak bakal sematang ini dan keliatan seperti benang kusut. Ini asal rebus." Aku memejamkan mata. Oke, mungkin pastanya agak lembek. Tapi tadi timernya belum berbunyi. “Saya sudah ikuti timer. Mungkin kompor—” "Jangan menyalahkan kompor. Salah kamu yang ng

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 60: Tinkerbell

    (Flashback)'Princess'Itu bukanlah sekedar panggilan biasa. Pertama kali kami berkenalan, dia memanggilku dengan sebutan yang sama.Nada suaranya waktu itu masih terngiang di telinga—sama seperti saat ini, mengejek tapi bedanya sedikit dikombinasikan dengan nada kagum dan... hangat.Malam itu, sebelas tahun lalu, aku baru saja selesai masa KKN dan seperti burung yang keluar dari sangkar. Akhirnya bisa menghirup udara Jakarta.Sebenarnya aku bukan tipikal orang yang suka party-party tapi Meira sahabatku berhasil meyakinkan aku untuk datang ke sebuah bar yang berada di bilangan Jakarta Selatan. Tempat itu sedang mengadakan event party bertema 'Fairy Tale After Dark'. Semua orang berdandan seperti tokoh dongeng yang mabuk glitter.Aku?Setelah puas scroll IG mencari referensi, kuputuskan untuk datang sebagai Tinkerbell. Meira yang berkulit pucat memilih kostum Snow White.Yes. Aku, mengenakan gaun hijau menyala, sayap plastik, dan glitter di pipi. Tinkerbell versi kurang tidur dan kehab

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 59: Supir

    "Signorita." Kudengar suara salah seorang karyawan laki-laki menggema di koridor di antara hiruk pikuk wangi masakan. Lalu sosok mungil Lea menyusul sambil tertawa, pipinya kelihatan merona. "Pacar kamu Lea?" tanyaku menggoda. Lea berusaha mengatur napas. "Oh, bukan Kak, itu Rey. Pelayan magang. Dia masih kuliah bidang pastry. Memang gitu anaknya Kak, rame." Alisku terangkat. "Beneran," tambah Lea. "Lagian mana boleh ada hubungan lebih antar karyawan di sini Kak. Bisa-bisa kena cut off duluan sama Chef Gun sebelum ngedate." Aku meringis. Peraturannya sama seperti di agensi. "Aku masih betah kerja di sini Kak walaupun overtime. Cari kerja sekarang susah," katanya sambil tertawa. "Kamu pulang sama siapa?" Kami sama-sama berjalan beriringan ke koridor setelah salin pakaian biasa. "Sendiri Kak." "Naik?" "Bus?" "Rumahmu di mana sih?" Lea menyebutkan alamat rumahnya, lumayan jauh dari restoran. Tapi cukup dekat dari arah yang ingin kutuju, berhubung aku harus menjemput anak-anak

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 58: Mac And Cheese

    "Aduk." Tanganku gemetar. "Lebih bertenaga." Punggung panas. "Jangan biarkan mengumpal." Kaki mulai goyah. "Cukup. Pinggirkan. Sajikan." Gun bergeser dari sampingku untuk melanjutkan plating pada bruschetta, sebuah hidangan berupa roti panggang dengan olesan bawang putih, minyak zaitun, dan garam, serta taburan topping paprika, basil, dan daging. Makanan tersebut akan disajikan sebagai appetizer karena porsinya yang ringan. Sedangkan aku melakukan hal yang sama, mempersiapkan dinner plate untuk menata Mac and Cheese yang baru saja kubuat. Sebenarnya ini menu yang tidak ada di De Luca. Tapi karena customernya adalah tamu VIP, para pejabat. Maka restoran memenuhi permintaan itu. Dan pula ini menu yang mudah, aku sering membuatnya di masa-masa kuliah. Hanya saja, jam dinding sudah menunjukkan pukul enam sore, dan aku belum sempat beristirahat sejak siang dan hanya menelan sepotong roti saat isoman. Hari pertama bekerja memang luar biasa. Gun pun tidak kalah sibuk. Untuk ukuran

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 57: Pocong

    Kepalaku langsung berputar, mata sedikit melebar. "Gimana?" "Kamu dengar Mita." "Apa nggak sebaiknya kita masak di rumah kamu aja?" "Bukannya kamu nggak mau saya ajak ke sana?" "Memang, aku cuma akan mampir buat masak sebentar," kataku praktis. "Dapur kamu lebih lengkap daripada dapur aku." "It's okay," balasnya. Lagi-lagi tersenyum. "Kamu pasti kelelahan setelah mengurus kepindahan kantor. Saya akan terima apapun yang kamu masak malam ini." Ya benar sih. Aku lelah tapi lebih banyak bahagianya, plus sedikit kesal akibat tipu muslihat Gun. Namun membawanya ke apartemen di saat sudah berjanji pada Hiro dan Naga, kurasa bukanlah pilihan yang bagus. "Kalau gitu mending kita nggak usah pulang dulu biar aku masak di De Luca." "Kamu benar-benar sudah betah di sana ya?" Jumawa seperti biasa. Kami sampai di gedung apartemenku tepat ketika hujan mulai turun. Udara lembab dan dingin menyapa begitu mobil berhasil parkir di basemant. Aku tidak tahu harus bersyukur atau sedi

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 56: Kelinci Percobaan

    Aku diperkenalkan dengan cara yang pantas persis seperti yang pertama kali. Gun bahkan memberikan seragam chef berupa apron, toque dan jacket chef lengkap dengan bordiran namaku. Paramita Ruhi. Mereka menyambutku dengan hangat terutama Lea dan Rena yang sedikit malu-malu. "Akhirnya Kakak balik lagi, setelah kita bikin tiramisu itu, aku pikir Kakak udah dipecat," seru Lea riang. Lalu melirik Gun takut-takut yang sedang berbicara serius dengan salah seorang pasta Chef yang biasa dipanggil Mas Gilman. Aku meringis, merasa terharu, tidak menyangka bahwa akan ada yang mengharapkan kehadiranku di sini. "Abis setelah seminggu Kakak nggak keliahatan masuk kerja lagi. Rena bilang mungkin aja Kakak dirumahkan." "Maaf, saya cuma menebak, nggak ada maksud untuk menjelekkan Mba Mita," kata Rena, suaranya sedikit bergetar. Aku menepuk-nepuk tangannya berusaha menenangkan. "Nggak pa-pa. Kemarin-kemarin aku cuma ada sedikit salah paham dan harus cepat diselesain." Mata Lea membelalak.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 55: Softcopy

    "Jauh-jauh dari aku." Matanya memicing. "Dilarang menyentuh tanpa izin." Dahinya terlipat. "Aku nggak mau kejadian di apartemen terulang lagi. Dan ini..." Mataku memindai keadaan kami yang sangat dekat. "Aku nggak mau kamu begini." "Bukannya dulu kamu suka?" Sialan dia. "Ketiga..." Bibirnya memberengut. "Banyak sekali." "Nggak ada pembahasan tentang masa lalu," kataku mengabaikan protesnya. "Ingat, kamu sendiri yang bilang kamu nggak mau hubungan kita terendus orang lain. Jadi tolong jaga batasan." "Itu nggak berlaku kalau kita sedang berdua, nggak ada yang mendengar kita di sini." "Ed bisa aja masuk." "Permintaan kamu nggak masuk akal." Apanya yang tidak masuk akal? Justru ini adalah permintaan paling sederhana dan manusiawi dibandingkan permintaannya yang tidak memberikan libur. "Kamu tau gimana keadaan di kitchen, menyentuh tanpa izin sama saja kamu menyuruh saya memasak udara atau memiliki keahlian poltergeist." "Maksud aku di luar yang berhubungan dengan pekerjaan.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 54: Kontak Fisik

    Aku tidak ingin salfok bagaimana Gun menolak menyebutkan nama Zara. Tapi wow.... Ini di luar prediksiku! Sebuah dokumen terulur, aku berdiri dan menariknya hati-hati. "Apa ini?" "Surat pemecatan," kata Gun, kemudian menambahkan. "Secara terhormat." Di sana tertulis aku berhak menerima pesangon berdasarkan lama bekerja bahkan dihitung dengan seminggu terakhir diliburkan. Mataku membulat ketika menemukan sebuah nominal yang juga diberikan perusahaan sebagai kompensasi karena sudah menuduhku mencuri. Luar biasa aku mendapatkan surat PHK. "Jadi sekarang nggak ada halangan lagi kenapa kamu nggak boleh bekerja menjadi asisten Chef saya." Dia mengempas punggung di kursi dengan tatapan puas. Aku tidak mau munafik, aku membutuhkan uang dan nominal yang tertera di sana sangat menguntungkan. Bayangan melunasi hutang Mama seketika melintas di kepala. Setidaknya aku bisa mencicil bunganya dulu supaya tidak ada teror dari debt collector lagi. Selalu ada pelangi setelah hujan, selalu ada se

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 53: Old Money

    "Pagi." Nyaris tidak ada yang membalas sapaanku ketika melenggang memasuki kantor keesokan paginya. Ternyata terbukti tidak bersalah setelah huru-hara drama kantor tidak serta merta membuat keadaan kembali seperti semula. Beberapa karyawan masih memandangku skeptis, ada yang hanya tersenyum tipis kemudian kembali memusatkan perhatian pada layar komputer. Ada yang hanya melonggokkan kepala dari kubikel. Ada yang menjawab tapi dengan suara yang pelan. Sisanya tidak repot-repot mengangkat kepala. Lusi di seberang kubikel bahkan menunduk dalam-dalam seolah sedang khusyuk berdoa. Tidak apa-apa, aku mengerti, bagaimana pun juga berita kemarin lumayan dar-der-dor, pasti perlu waktu untuk mereka mencerna apa yang terjadi. Kujatuhkan tubuh di kursi, lalu memadang kursi di sebelahku yang kosong. Mba Niken tidak terlihat. Kemungkinan dia ada jadwal syuting bersama para selebriti di bawah naungannya. "Sssttt..." Sebuah suara mendesis terdengar dari balik punggungku. "Mita..." Aku menoleh, m

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status