Home / Romansa / Cinta Dalam Sangkar Rahasia / yang tak pernah dilukis

Share

yang tak pernah dilukis

Author: Syahhsyy
last update Last Updated: 2025-07-05 12:39:49

Pagi di Florence turun dalam keheningan yang tidak canggung. Langit seperti dicuci warna abu abu lembut, dan aroma roti panggang menyusup dari dapur tua hotel.

Untuk pertama kalinya sejak hari pernikahan mereka, Averine dan Darian duduk bersama di meja sarapan tanpa protokol. Hanya dua manusia dengan cangkir kopi dan croissant mentega yang hampir hangus.

“Kau tahu,” kata Averine sambil memutar sendok dalam cangkirnya, “ini pertama kalinya aku sarapan dengan seseorang yang kusebut suami, dan tidak merasa sedang berperan.”

Darian menoleh dari koran yang belum benar benar ia baca. “Dan ini pertama kalinya aku merasa tidak sedang berdiri di panggung.”

Mereka saling pandang. Ada jeda panjang, tapi tidak berat.

Averine menyesap kopi pelan. “Kalau tidak ada Valente, kalau tidak ada lukisan atau warisan ini... kamu kira kita masih akan duduk di sini seperti ini?”

Darian diam sesaat. “Kalau tidak ada semua itu, mungkin kita hanya dua orang asing yang bertemu di lorong hotel. Tapi a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Cermin yang tak retak

    Matahari pagi menyusup pelan, menelusup di antara celah-celah dinding beton atap. Udara masih sejuk, tapi tidak menusuk seperti malam tadi. Averine menggeliat pelan di bawah selimut, matanya masih setengah tertutup. Tubuhnya lengket oleh udara lembap dan sisa kehangatan yang menempel dari malam sebelumnya.Di sampingnya, Darian masih tertidur, satu lengannya melingkari pinggangnya. Nafasnya teratur, damai, dan entah kenapa, bunyinya lebih menenangkan dari lagu apa pun yang pernah Averine dengar.Ia menatap langit yang perlahan berubah warna. Lalu menatap Darian.Dan ia tersenyum. Ringan sekali. Seperti seseorang yang akhirnya selesai berlari dan boleh duduk sebentar.Lambat-lambat, ia mencium pipi Darian. Sekali. Lalu bergerak pelan untuk bangkit. Tapi baru beberapa detik ia duduk, Darian bergumam dengan suara berat karena baru bangun, “Mau kabur?”Averine menoleh. “Mau bikin teh.”“Kamu aja yang bikin. Aku masih... butuh pemulih

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   (21+)

    Malam itu, atap bangunan tua tempat mereka pertama kali bicara tentang pernikahan terasa berbeda. Dulu dingin, asing, kaku. Sekarang... terasa seperti satu-satunya tempat yang bisa merangkul mereka tanpa menuntut apa-apa.Averine duduk lebih dulu, membentangkan selimut di atas lantai. Ia hanya memakai sweater longgar dan legging tipis. Angin malam merambat di kulitnya, tapi ia tak bergeming. Darian datang menyusul dengan anggur dan dua gelas, lalu duduk di sebelahnya. Dekat sekali. Terlalu dekat untuk pura-pura hanya teman tidur.“Kamu masih ingat... kamu pernah bilang gak akan pernah jatuh cinta sama aku?” tanya Darian pelan, matanya tak lepas dari wajahnya.Averine menoleh, senyum kecil muncul. “Dan kamu jawabnya, ‘Gak apa-apa. Asal kamu gak jatuh cinta ke orang lain.’”“Dan kamu akhirnya jatuh juga.”Ia tak membalas. Hanya memeluk lengan Darian dan menyandarkan kepalanya ke bahu pria itu. Ada sesuatu yang menggantung di udara kerinduan yang ditahan terlalu lama. Ketika akhirnya ia

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   surat tetakhir

    Hening menyelimuti ruang kerja Averine pagi itu. Langit mendung, dan daun-daun kering di halaman belakang seperti ikut menunduk, seakan memahami bahwa hari ini berbeda. Sejak subuh, Eira belum keluar dari kamarnya. Biasanya suara piano atau bunyi sendok dari dapur jadi pertanda pagi dimulai. Tapi kali ini, semuanya diam.Di atas meja marmer, terletak sebuah amplop coklat tua. Tinta di ujungnya mulai pudar, tetapi tulisan tangan itu Averine kenal betul. Tulisan Benedetta. Nenek pengganti. Perawat setia. Pelindung diam-diam. Dan, seperti akhirnya semua cerita manusia, ia telah pergi.Averine membuka amplop itu dengan pelan. Di dalamnya hanya satu lembar surat, ditulis dengan goresan pelan namun tetap tegas. Udara di sekitar Averine seolah berubah ketika kalimat pertama dibaca.“Averine, jika surat ini sampai padamu, artinya aku sudah berpulang. Aku tidak tahu apakah aku masih punya hak untuk mengatakan ini, tapi aku merasa harus. Bukan sebagai pengasuh. Tapi seba

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Lukisan tanpa bingkai

    Siang itu, cahaya menyelinap pelan ke dalam ruang kerja, menari di atas lantai kayu dan menyentuh pinggiran kanvas kosong yang berdiri di tengah ruangan. Averine membuka jendela lebar-lebar, membiarkan angin masuk bersama aroma pagi dan suara dedaunan.Eira masuk sambil membawa dua cangkir cokelat hangat.“Kita mulai dari mana?” tanyanya, menatap kanvas besar tanpa bingkai di depannya.Averine mengambil kuas, lalu menyerahkannya pada Eira. “Kamu dulu. Aku ikut alurnya.”Eira tersenyum kecil. Ia mencelupkan kuas ke warna hijau gelap dan membuat satu sapuan menyilang dari kiri bawah. Tangannya ragu, tapi matanya mantap.“Hijau?” tanya Averine lembut.“Biar adem,” jawab Eira pelan. “Kayaknya kita butuh adem setelah semua yang dilewatin.”Averine hanya mengangguk. Ia mengambil warna kuning madu, lalu membuat garis melingkar yang mengitari hijau itu. “Aku tambahin cahaya.”Mereka tidak bicara banyak setelah itu. Hany

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Warna yang bertahan

    Sorot lampu galeri memantul lembut di dinding putih, menyinari lukisan-lukisan baru bertanda Valente. Beberapa tamu berdiri terpaku di depan salah satu karya terbaru kombinasi warna gelap dan semburat emas yang tampak seperti semburat fajar di tengah badai.“Ini karya siapa?” tanya seorang kolektor setengah berbisik.“Kolaborasi,” jawab Darian sambil mengedip ke arah Averine yang berdiri di sisi ruangan.Averine tersenyum, tangan kirinya menggenggam gelas kecil champagne. Ia mengenakan gaun hitam sederhana, rambut diikat rapi. Tapi sorot matanya hangat, tidak lagi terlindung kabut jarak seperti dulu.Galeri malam itu tidak ramai. Mereka tidak mengundang siapa pun selain beberapa sahabat dekat dan rekan seni. Tapi itu cukup.Yang paling penting Valente telah dikenal dunia. Tapi bagi mereka, yang lebih penting dari pengakuan adalah kebenaran. Dan kini, keluarga itu mulai membentuk ulang dirinya sendiri.Beberapa jam kemudian.

  • Cinta Dalam Sangkar Rahasia   Eira: Pameran perdana

    Suara langkah sepatu tumit rendah bergema di lantai marmer galeri, menyatu dengan suara rendah pengunjung yang tengah berkeliling. Bau ringan cat akrilik masih terasa di udara. Lampu sorot diarahkan ke kanvas-kanvas muda yang berjajar rapi masing-masing memiliki nyawa, masing-masing membawa potongan jiwa dari seseorang yang baru belajar menyampaikan pikirannya lewat warna.Di antara semua itu, satu lukisan kecil berdiri sendiri. Judulnya: Fragment. Ukurannya hanya separuh dari karya-karya lain, tapi aura lukisan itu… menuntut perhatian.Orang-orang berhenti. Mereka membaca papan nama kecil di bawahnya.Eira Valente.Tidak ada nama belakang lain.Tidak ada embel-embel “anak dari” atau “hasil kolaborasi dengan”.Hanya dia. Berdiri sendiri, sebagai seniman. Untuk pertama kalinya.Averine berdiri agak jauh, di balik kerumunan. Ia mengenakan gaun hitam panjang sederhana, rambut disanggul rapi. Tapi tak ada yang mencolok darin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status