Share

Aneh

"Darimana saja kalian berdua? Dicariin malah menghilang nggak tau kemana." 

Nicho menatap tajam mata kedua sahabatnya Iqbal dan Bastian yang saat ini sudah ada di depan matanya.

"Kita habis dari kantin dulu tadi, kita lapar tau, lagian kamu tadi ke kantin nggak membiarkan kita makan dulu, main tinggal-tinggal ajah," balas Iqbal.

"Tau nih, lagian pacar kamu itu mana? Bukannya kamu tadi sama pacar kamu ya?" tanya Bastian membuat Nicho membolakan matanya.

"Dia lagi ke Perpustakaan sama temannya, jadi aku sendirian di sini, mangkanya kalian aku suruh datang kesini biar aku nggak sendirian lagi."

Mendengar itu Iqbal menyenggol lengan Bastian dan membisikan sesuatu di telinganya. 

"Kamu dengar sendiri kan? Kalo nggak ada pacarnya ajah kita di lupain, tapi kalo nggak ada Oliv, kita di butuhkan, beda banget kan Nicho nggak kayak dulu?" tanya Iqbal dengan suara berbisik.

"Iya kenapa dia malah jadi begini sih, aku juga bingung dengan dia," balas Bastian.

"Apa kalian bisik-bisik?" tanya Nicho melihat dua sahabatnya sedang membicarakan sesuatu tanpa mengajaknya.

"Nggak ada apa-apa Nich, lagian kamu juga kenapa nggak nemenin Oliv ke perpustakaan sih? Biar kamu nggak sendirian gitu?" tanya Iqbal mengalihkan pembicaraan.

Nicho menggelengkan kepalanya. "Aku juga udah ngomong gitu sama Oliv, tapi kata dia nggak usah gitu, yaudah aku biarin dia pergi sama temannya."

"Siapa temannya?" tanya Bastian, seingatnya teman Oliv adalah gengnya Aurel, tapi beberapa hari lalu ia dengar bahwa persahabatan mereka pecah gara-gara Oliv mengkhianati mereka.

"Iya bukannya tadi Aurel ada di kamar mandi ya? Tadi ketemu aku, terus pacar kamu sama siapa?"

"Nggak tau, dia nggak nyebutin namanya, mungkin teman yang ada di kelas sebelah." Nicho hanya mengarang saja, sebenarnya ia sendiri juga tidak tau.

"Sudahlah nggak penting juga kita memikirkan temannya Oliv," balas Bastian.

Aurel dan kedua temannya sedang berjalan menuju ke kelas, tak di sangka perjalanan mereka harus berhenti karena ada Oliv yang menghalangi jalan mereka.

"Kasihan banget sih kalian masih pada jomblo, kalian lihat aku dong, aku ajah udah punya pacar, masa kalian nggak punya sih? Nggak laku ya?." 

Pertanyaan nggak ada otak sama sekali, Melly maju dan menghampiri Oliv yang sedang bersama Vanessa anak kelas IPS.

"Mending kita nggak punya pacar, daripada kamu, punya pacar tapi hasil merebut dari sahabat sendiri."

"Apa kamu bilang? Merebut dari sahabat sendiri? Jalan pikiran kalian itu yang salah memikirkan aku..."

Melly mengepalkan tangannya sangat kuat, hatinya sudah muak mendengar itu, "Buktinya apa kalo kita salah Ha? Udah jelas-jelas kamu yang merebut Nicho dari Aurel masih tidak mau ngaku."

Saat ini mereka sedang berada di koridor kelas, keributan tercipta di sana, melihat Oliv dari arah perpustakaan, sedangkan Aurel dan sahabatnya mau menuju ke kelas.

"Kenapa harus sekarang ketemu sama Oliv sih? Hari ini masih capek hati ini memikirkan masalah yang ada hari ini," gumam Aurel dalam hati.

"Aku sudah berapa kali mengatakan kalo aku sama sekali tidak merebut Nicho dari Aurel, Nicho sendiri yang datang sama aku, jadi apa yang aku bisa lakukan?" tanya Oliv.

"Halah, udah jelas-jelas kamu yang salah masih bisa-bisanya menyalahkan orang lain," balas Ella yang tak bisa diam lagi.

"Emang benar, tidak sepenuhnya ini salah dia, tapi salah aku juga yang sama mencintai dia jadi apa salahnya, kita sama-sama mencintai." Oliv sudah berhasil menyakiti hati Aurel lagi hari ini.

Aurel merasa muak dengan semua ini, "Sudah cukup Oliv, Jangan katakan itu lagi, aku muak mendengar semua ini."

Aurel bergegas pergi dari sana dan meninggalkan kedua sahabatnya akibat tidak kuat mendengarkan lebih lanjut cerita dari Oliv.

"Aurel..." Bahkan teriakan Ella dan Melly pun tidak bisa memberhentikan langkahnya.

"Awas ajah ya urusan kita belum selesai," Melly menunjuk tepat di wajah Oliv.

"Silahkan saja," balas Oliv begitu santainya menanggapi meraka semua yang sedang di landa oleh kemarahan.

"Dasar wanita nggak tau diri," setelah Ella mengatakan itu, ia langsung pergi dari sana dan mengejar Aurel yang sudah pergi dari sana.

"Terserah kalian mau ngomong apa, yang penting hubungan ku sama Nicho aman dan aku nggak akan membiarkan kalian bisa merebut Nicho dari aku," ujar Oliv dalam hati.

"Udahlah Ness, kita lanjutin ajah ke kelas yuk," ajak Oliv dan mereka pun langsung masuk kedalam kelas mereka masing-masing.

Aurel duduk di dalam kelas, tak peduli di dalam kelas saat ini ada banyak orang, rasa sakit hati dalam hati Aurel tidak bisa memendamnya lagi.

Aurel meletakan kepalanya di atas meja, tak di sadari sebuah butir bening keluar dari mata Aurel, terlalu sakit dalam hati Aurel sehingga tak bisa menahan rasa sakit hatinya.

"Aurel..." Panggil Melly yang baru saja masuk kedalam kelas dengan tatapan mata panik, sehingga semua orang yang ada di dalam kelas ikut merasakan kepanikan itu.

Melihat Melly berjalan menuju ke mejanya Aurel dengan tergesa-gesa membuat isi semua kelas menjadi bingung.

"Eh ada apaan tuh Nich?" tanya Iqbal menatap kearah Nicho dan juga Bastian.

"Nggak tau kenapa Aurel tiba-tiba nangis gitu ya?" tanya Bastian dan membuat mereka semua menggelengkan kepalanya.

"Gimana? Bagus kan apa yang udah aku lakukan sama Aurel?" Tiba-tiba ada seorang wanita yang bergabung dengan mereka, itu adalah Oliv.

Nicho bangkit dari duduknya dan menatap kearah Oliv, "Apa yang kamu lakukan Beib? Jadi kamu yang membuat Aurel seperti itu?" tanya Nicho melihat Aurel seperti menangis.

Oliv menganggukan kepalanya. "Iya kenapa? Bagus kan? Aku melakukan itu demi menyelamatkan hubungan kita beib," balas Oliv sedikit manja di pundak Nicho.

"Kamu nggak bisa gitu dong beib, memangnya apa yang dilakukan sama Aurel sampai-sampai kamu melakukan itu?" tanya Nicho membuat Oliv menatap serius mata Nicho.

Sedangkan Iqbal dan Bastian hanya bisa memandangi mereka saja. 

"Iya karena itu si Melly tadi bilang, kalo mereka berusaha memecahkan hubungan kita Beib, jadi kamu harus percaya sama aku ya? Kalo mereka ngomong apa-apa masalah aku, kamu tolong jangan percaya sama mereka ya?" Pertanyaan itu hanya di balas anggukan kepala oleh Nicho.

"Iya Beib, baut kamu dan buat hubungan kita, aku pasti akan menjaganya."

Iqbal yang mendengar itu menatap kearah Bastian. 

"Kamu percaya dengan yang dikatakan sama Oliv? Mana mungkin Aurel sama teman-temannya merebut Nicho dari dia? Mereka kan anak baik," ujar Iqbal berbisik.

Bastian menggelengkan kepalanya, "Kenapa aku merasa kayak ada yang aneh ya sama sikap Oliv saat ini?" tanya Bastian.

"Maka dari itu, aku juga merasa kayak gitu."

"Kita harus cari tau apa penyebabnya," Iqbal mengaggukan kepalanya setuju dengan yang dikatakan sama Iqbal.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status