Beranda / Romansa / Cinta Di Balik Tanda Tangan / Pernikahan Yang Bukan Cinta.

Share

Cinta Di Balik Tanda Tangan
Cinta Di Balik Tanda Tangan
Penulis: Pita

Pernikahan Yang Bukan Cinta.

Penulis: Pita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 09:57:52

“Aku tidak mencintaimu. Dan pernikahan ini... tak lebih dari transaksi.”

Kalimat itu menampar Aluna lebih keras daripada tamparan nyata. Ia hanya bisa memandangi pria yang berdiri di hadapannya, tinggi menjulang dengan setelan jas mahal dan ekspresi datar tak berperasaan.

Leonard Alvaro Dirgantara. CEO muda, tajir melintir, sekaligus lelaki dengan hati sedingin es.

Di hadapannya, tergeletak sebuah dokumen dengan sampul tebal: Kontrak Pernikahan. Tidak ada kata cinta di sana. Hanya angka, durasi, dan aturan yang terdengar lebih mirip penjara daripada pernikahan.

“tiga bulan. Setelah itu, kita kembali ke kehidupan masing-masing,” ucap Leonard, membalik halaman pertama. “Kamu akan mendapatkan lima ratus juta rupiah. Dibayar lunas setelah pernikahan berlangsung dan kontrak ditandatangani.”

Aluna menggenggam tangannya di atas pangkuan. Jantungnya berdetak tidak karuan. Tidak pernah dalam hidupnya ia membayangkan akan duduk di ruang kantor mewah seperti ini, ditawari pernikahan palsu oleh pria yang bahkan belum dikenalnya sehari penuh.

Namun pilihan hidupnya kini sangat terbatas.

adiknya sedang dirawat di ruang ICU. Biaya rumah sakit terus membengkak. Utangnya sudah di mana-mana. Dan tidak ada satu pun orang yang bisa ia andalkan selain dirinya sendiri.

“Kenapa aku?” tanyanya akhirnya, dengan suara nyaris tak terdengar.

Leonard menatapnya dengan tajam. “Karena kamu sangat putus asa untuk mengatakan ‘iya".

Aluna terdiam. Kata-kata itu memang menyakitkan, tapi benar. Ia memang sangat putus asa.

“Aku tidak mengerti,” ucapnya, berusaha menahan air mata. “Kenapa kamu butuh istri kontrak? Kamu bisa punya siapa saja.Banyak wanita yang pasti rela menikah denganmu."

Leonard menghela napas panjang, lalu berjalan ke jendela besar di belakang mejanya. Kota Jakarta terlihat dari sana, ramai dan tak pernah tidur. Tapi pria itu terlihat seperti hidup di dunia yang berbeda sunyi dan beku.

“Ibuku sekarat. Dia ingin melihatku menikah sebelum dia pergi,” katanya dingin. “Aku tidak ingin cinta. Aku tidak butuh drama. Aku hanya ingin menyenangkan ibuku untuk terakhir kalinya. Setelah itu, kamu bebas.”

Aluna memejamkan mata. Hatinya terasa berat.

Pernikahan tanpa cinta?apa dia sanggup?

Membiarkan dirinya menjadi ‘istri palsu’ dari pria yang bahkan tidak peduli padanya?

Tapi di sisi lain... ada nyawa adiknya yang dipertaruhkan. Ia tidak bisa duduk diam dan melihat adiknya mati hanya karena ia terlalu takut untuk membuat keputusan besar.

“Apakah... selama tiga bulan, aku akan tinggal bersamamu?” tanyanya pelan.

Leonard mengangguk. “Kita akan tinggal di Mansionku Hanya agar ibuku percaya. Di depan umum, kita akan berpura-pura menjadi pasangan sempurna. Tapi di balik pintu? Aku tidak akan menyentuhmu. Kamu bebas selama tidak membuat masalah,dan kamu bisa melakukan apapun selagi itu tidak merugikanku."

Aluna menggigit bibir bawahnya. Rasanya seperti menjual harga dirinya. Tapi saat ia teringat wajah adiknya yang lemah dengan alat bantu pernapasan di sekeliling tempat tidur, ia tahu… ia tidak punya pilihan.

Dengan tangan gemetar, ia meraih pulpen di meja.

“Kalau aku menandatangani ini... apa kamu benar-benar akan menanggung seluruh biaya pengobatan adikku?" tanyanya lagi, nyaris seperti bisikan.

Leonard menoleh. Tatapannya tajam, dingin, tapi jelas.

“Ya. Selama kamu mematuhi kontrak ini.”

Tanpa berkata-kata lagi, Aluna menandatangani. Tinta hitam mengalir di atas kertas putih, menyegel nasibnya dalam sebuah perjanjian yang akan mengubah seluruh hidupnya.

Saat ia mengangkat wajah, Leonard sudah memalingkan wajahnya seolah semua ini hanyalah urusan bisnis biasa. Tidak ada senyuman. Tidak ada ucapan terima kasih. Hanya ketegangan yang menggantung di udara.

“Kita menikah hari minggu ini. Siapkan dirimu."

Kalimat itu membuat lutut Aluna lemas. Hari minggu? Itu hanya empat hari lagi.

Ia bahkan belum tahu harus memberi tahu siapa. Ia tidak punya banyak teman. Keluarganya pun hanya adiknya seorang. Dan sekarang, ia harus menjadi istri dari pria yang hatinya tak bisa disentuh siapa pun.

Saat ia berdiri dan hendak keluar dari ruangan, Leonard kembali berbicara.

“Oh, satu hal lagi. Jangan pernah jatuh cinta padaku. Itu akan membuat segalanya menjadi rumit.”

Aluna berhenti di ambang pintu. Ia tersenyum pahit tanpa menoleh.

“Aku tidak cukup bodoh untuk mencintai pria seperti kamu.”

Tapi siapa yang bisa memprediksi hati manusia?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 54 Saat hati bicara

    Sudah tiga hari sejak malam itu.Mansion terasa berbeda sepi, dingin, seperti kehilangan jiwanya.Langkah kaki Aluna dan Leonard jarang bersinggungan; mereka hidup di rumah yang sama, tapi seolah berada di dua dunia yang terpisah.Andrew bisa merasakan ketegangan itu setiap kali ia melintas di antara keduanya.Leonard lebih banyak mengurung diri di ruang kerja, sementara Aluna lebih sering duduk di taman belakang, menatap kolam tanpa benar-benar melihat apa pun.---Pagi itu Aluna duduk di bangku taman dengan selimut di pangkuannya, memegang secangkir teh yang sudah mulai dingin.Ia tahu Leonard memperhatikannya dari jendela lantai dua ia bisa merasakannya. Tapi tidak ada yang mencoba bicara.Hingga akhirnya, langkah berat terdengar mendekat.Suara yang selama ini ia hindari.“Boleh aku duduk?” tanya Leonard pelan.Suara itu terdengar hati-hati, seolah ia takut mengusik.Aluna tidak menjawab. Ia hanya menatap lurus ke depan, tapi tidak menolak.Leonard duduk di sampingnya, menyisakan

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 53 luka lama yang terungkap

    Hujan turun sejak subuh, menutupi seluruh halaman Mansion dengan kabut tipis.Di balik kaca besar ruang kerja, Leonard berdiri diam, memandangi tetesan air yang berlarian di permukaan jendela.Sementara pikirannya berlari ke masa lalu ke satu luka yang selama ini ia simpan rapat, bahkan dari dirinya sendiri.Pintu ruang kerja terbuka pelan.Andrew masuk dengan langkah ragu, membawa beberapa dokumen di tangannya, Tapi ekspresinya menunjukkan sesuatu yang lebih dari sekadar urusan pekerjaan.“Tuan, saya… menemukan sesuatu.”Leonard menoleh, wajahnya datar. “Tentang apa?”Andrew menatap Leonard sejenak sebelum meletakkan amplop kecil di meja. “Tentang keluarga Nona Aluna.”Wajah Leonard berubah.“Apa maksudmu?”“Rumah sakit yang merawat adik Nona Aluna beberapa waktu lalu tempat itu…” Andrew berhenti, seolah takut melanjutkan. “Tempat itu dulu pernah menerima donasi besar dari perusahaan anda. Donasi yang… anda tanda tangani sendiri, lima tahun lalu.”Ruangan mendadak hening.Leonard men

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 52 Tawa yang hilang.

    Sudah tiga hari sejak malam itu malam di mana batas antara kewajiban dan perasaan akhirnya lenyap. Tapi yang tersisa justru keheningan.Bukan keheningan canggung, tapi keheningan yang menggantung di antara dua hati yang sama-sama takut.Leonard kembali bersikap seperti semula dingin, teratur, seolah tak ada yang pernah terjadi di antara mereka.Setiap pagi, ia berangkat lebih awal, pulang lebih malam, dan menghabiskan waktu di ruang kerja tanpa banyak bicara.Sementara Aluna… hanya bisa pura-pura tidak peduli.Ia tertawa di depan Andrew, menghabiskan waktu di taman, bahkan mencoba membuat sarapan untuk semua orang di mansion sesuatu yang jarang ia lakukan. Tapi di balik semua itu, ada rasa hampa yang tak bisa ia sembunyikan.Tawa yang dulu muncul tanpa sadar saat melihat Leonard tersenyum kecil… kini hilang entah ke mana.---Pagi itu, Andrew memperhatikan Aluna dari jauh.Ia melihat gadis itu duduk di teras belakang, menatap kolam kecil sambil memegang cangkir teh yang sudah dingin.

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 51 Pertaruhan Rasa.

    Dari balik jendela besar ruang kerjanya Leonard menatap derasnya air hujan yang jatuh. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang sulit ia kendalikan perasaan yang kini tumbuh semakin dalam pada Aluna.Perasaan yang seharusnya tidak ada sejak awal.Ia menegakkan tubuhnya, menarik napasnya panjang, dan mencoba kembali fokus pada dokumen di meja. Tapi setiap kali menatap tinta hitam di atas kertas, pikirannya justru kembali pada wajah Aluna senyum hangatnya pagi tadi, tawa kecilnya saat menggoda Andrew, bahkan cara ia memandang dunia dengan berani meski hidupnya penuh luka.Sial, pikirnya.Ia sudah terlalu jauh."Apa yang harus aku lakukan?sulit untuk menahan perasaan ini terlalu lama."gumam Leonard sembari terus menghela nafasnya.---Sementara itu, di kamar, Aluna duduk di tepi ranjang sambil menatap ke arah pintu yang tertutup rapat. Hujan di luar seperti menggambarkan isi hatinya yang kacau.Sejak beberapa hari terakhir, perhatian Leonard terasa berbeda lebih lembut, lebih

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 50 Awal perubahan.

    Pagi itu berbeda.Bukan karena matahari lebih cerah dari biasanya, tapi karena ada sesuatu, sesuatu yang membuat Aluna sadar bahwa hari-hari mereka tak lagi sama.Ia menatap dirinya di cermin, rambutnya tergerai lembut di bahu, wajahnya tampak sedikit lebih segar. Tapi yang paling terasa adalah hatinya tidak lagi sesesak dulu.Entah sejak kapan, rasa takut dan canggung yang dulu selalu muncul setiap kali melihat Leonard, perlahan menghilang.Mungkin karena kini, di antara mereka sudah tidak lagi ada jarak yang begitu tebal.Mungkin karena semalam, lewat tatapan dan kejujuran yang tak terucap, mereka sama-sama tahu: ada sesuatu yang berubah.---Leonard menunggu di ruang makan.Ia jarang terlihat santai pagi-pagi begini, tapi hari itu ia hanya duduk sambil membaca koran, tanpa ekspresi tegang yang biasa menghiasi wajahnya.Begitu Aluna datang, ia menurunkan korannya pelan dan tersenyum.“Pagi,” sapanya lembut, berbeda dari biasanya.“Pagi juga,” jawab Aluna, agak kikuk tapi berusaha te

  • Cinta Di Balik Tanda Tangan   bab 49 Rasa yang tak bisa ditolak.

    Pagi datang dengan cahaya lembut yang menembus tirai kamar.Aluna membuka matanya perlahan ia menyadari udara di ruangan itu terasa lebih hangat dari biasanya. Ia menoleh ke samping dan Leonard masih tertidur di sofa kecil di ujung kamar, dengan posisi tubuh setengah miring, kemejanya sedikit kusut.Ia tidak tahu sejak kapan pria itu tertidur di sana.Yang ia tahu, semalam hujan tak berhenti, dan mereka berdua berbicara di balkon sampai larut. Tentang masa lalu, tentang ketakutan, dan sedikit… tentang perasaan.Aluna tersenyum kecil. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.Dulu, hanya melihat wajah Leonard saja bisa membuatnya merasa gugup karena jarak yang tak terjangkau. Sekarang, hanya dengan memandangnya, dadanya terasa tenang tapi sekaligus berdebar.Ia berusaha menepis perasaan itu, tapi hati tak bisa dibohongi.Rasa itu ada, dan semakin hari semakin sulit diabaikan.---Leonard perlahan membuka matanya ia menatap langit-langit sebentar sebelum menyadari Aluna memperhatikannya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status