Dengan muka jengkel, Kirana duduk di samping Mamanya. Tatapan tajam mengarah pada sosok di depannya, yang masih bisa tersenyum dengan manis.
"Nak, Allaric bilang dia ingin meminta kamu untuk bekerja di kantornya lagi dan dia juga sudah meminta maaf untuk masalah kemarin," ungkap Ayu panjang lebar menjelaskan pada putrinya.Kirana hanya diam dan memutar matanya malas, saat mendengar penjelasan sang Mama.
"Bagaimana, Nona Kirana? Apa kamu mau bergabung kembali bersama kami?" tanya Alan.
"Tidak!" tolak Kirana.
"Kalau begitu, kamu harus melihat ini," sela Allaric.
Alan mengeluarkan sebuah map, yang sudah Kirana tahu isinya.
"Kamu masih ingat dengan ini?" tanya Allaric.Kirana menyipitkan matanya. Ia tahu, Allaric kembali mengingatkan akan hutangnya.
"Ma, Nana ingin bicara pada mereka," ucap Kirana.
Mama Ayu mengangguk dan pergi masuk meninggalkan mereka. Allaric juga memerintahkan Alan untuk membiarkan mereka berdua. Sele
Kirana membulatkan matanya, saat melihat Allaric ada di hadapannya. Ia pun teringat akan nama rekan bisnis dari atasannya. Kirana pun menyesali langkahnya untuk ikut menemani Boss nya hari ini."Perkenalkan, Tuan. Ini sekretaris saya," ucapnya, memperkenalkan Kirana pada Allaric.Kirana hanya mengangguk pelan dan kembali menunduk. Ia tidak berani menatap mata Allaric yang sedari tadi menatapnya."Berikan berkas yang telah kita siapkan tadi, pada Tuan Allaric," ucap atasan Kirana.Kirana memberikan berkas itu pada Alan. Namun, malah Allaric yang menerimanya."Kami akan mempelajari berkas perjanjian ini, sebelum menandatanganinya," Alan berkata dengan tegas. Alan tahu, saat ini Allaric menginginkan Kirana untuk berada di sampingnya.Setelahnya, mereka pun memutuskan untuk makan siang bersama. Setelah semuanya selesai, mereka pun membubarkan diri. Kirana pamit ke toilet, sedangkan Boss nya telah pulang lebih dahulu.Allaric meminta Alan me
Dengan lesuh, Kirana kembali ke kantornya. Ia tidak berhasil membuat Allaric melanjutkan proyek kerja sama mereka. Kirana pun meminta maaf pada atasannya."Maafkan saya, Tuan," sesal Kirana."Tidak apa-apa, mungkin kita tidak bisa melanjutkan proyek ini," ucapnya.Kirana benar-benar merasa bersalah. Ia merasa ini semua gara-gara dirinya, yang menolak permintaan Allaric untuk kembali bekerja di perusahaannya."Karena proyek itu gagal, maka ada beberapa karyawan yang akan di berhentikan," lanjut atasan Kirana."Apa?" Kirana terkejut."Yah! Mau bagaimana lagi," lanjutnya.Kirana semakin merasa bersalah. Kirana keluar dari ruangan Bossnya."Kirana, apa aku boleh bertanya sesuatu yang pribadi padamu?" tanya Boss nya.Kirana mengenggukkan kepalanya."Ada hubungan apa, antar kau dan tuan Allaric?"Kirana terkejut mendapat pertanyaan itu."Apa maksud Anda?""Kemarin, tuan Allaric menghubungiku dan m
"Aku setuju, untuk bergabung kembali di sini. Tapi, Anda harus mengabulkan beberapa syarat dari saya," ucap Kirana."Baik, katakanlah," sahut Allaric."Pertama, Anda harus menandatangani kerja sama kemarin," ungkap Kirana."Baiklah, aku akan mengutus Alan untuk mengirim berkasnya," sahut Allaric."Kedua, Anda harus tetap memotong sebagian dari gaji saya untuk hutang biaya pengobatan mama. Saya tidak mau, terus-terusan terikat dengan Anda. Jadi, jika hutang saya lunas. Saya akan segera mengundurkan diri," lanjut Kirana.Allaric sempat terkejut mendengar persyartan kedua dari Kirana. Namun, Allaric tetap saja mengiyakannya."Aku setuju. Tapi, aku juga punya beberapa peraturan yang juga harus kau ikuti," timpal Allaric.Kirana menatap bingung ke arah Allaric."Mulai saat ini, kau adalah asisten sekaligus sekretaris pribadiku. Itu, artinya kau akan selalu ada untukku dan mendampingiku ke manapun aku pergi," lanjut Allaric.
Allaric mengantar Kirana pulang, setelah pesta selesai. Kirana tampak berdiam diri, ia larut dalam pikirannya. Sesekali Allaric melirik ke arah Kirana, yang memalingkan wajahnya ke arah kaca. Hingga tiba di komplek perumahannya, Kirana masih enggan membuka mulutnya untuk bicara."Terima kasih," ucap Kirana, saat ia mobil Allaric berhenti di depan rumahnya."Kembali," balas Allaric.Kirana tersenyum dan turun. Mobil perlahan bergerak meninggalkan perkarangan rumah Kirana. Gadis itu pun melangkah masuk.Keesokan harinya, setelah sarapan. Kirana berpamitan pada Mamanya. Saat Kirana akan berangkat. Kirana di kejutkan dengan sebuah mobil yang berhenti di depan rumah. Kirana tahu betul, siapa pemiliknya?"Davi!" desis Kirana.Davindra turun dan segera menghampiri Kirana sembari tersenyum."Hai, Na. Apa kabar?" sapa Davindra."Baik," jawab Kirana singkat. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Kirana."Aku kebetulan lewat dan a
"Ada hubungan apa, antara kau dan laki-laki itu?" tanya Davindra, saat melihat Kirana diantar pulang oleh Allaric."Bukan urusanmu," jawab Kirana cuek, sembari berlalu.Davindra menahan lengan Kirana. "Jawab pertanyaanku, Na," sambung Davindra."Pertanyaan apa? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," sahut Kirana."Kau tau apa yang aku maksudkan," timpal Davindra."Aku sudah katakan, ini bukan urusanmu," balas Kirana dengan nada kesal."Tentu saja, ini urusanku. Kau masih menjadi kekasihku," ungkap Davindra."Apa?" Kirana menahan tawanya. "Apa kau tidak malu mengatakan itu?" lanjut Kirana.Davindra terdiam."Asal kau tau, hubungan kite telah berakhir. Sejak kau di jodohkan oleh orang tuamu, sejak saat itu pula aku bebas menentukan dengan siapa aku menjalin hubungan," cecar Kirana."Tapi, mengapa harus dia? Mengapa harus Allaric? Apa tidak ada pilihan yang lebih baik?" kata Davindra kesal."Apa yang sala
Kirana merasa kesal pada Allaric. Pasalnya, Mamanya terlihat lebih memberikan perhatiannya pada laki-laki itu dari pada dirinya. Sepanjang acara makan malam, Mama Ayu selalu mendahulukan Allaric dari pada putrinya. Allaric hanya tersenyum tipis dengan tatapan mengejek ke arah Kirana.Hingga makan malam berakhir, Mama Ayu tidak hentinya memberikan perhatian pada tamunya. Allaric merasa senang, ia merasa seperti menemukan sosok mendiang ibunya. Kelembutan dan perhatian Ayu, membuat Allaric merasa nyaman dan menerima semua perlakuan dari wanita paruh baya itu."Terima kasih," ucap Allaric."Terima kasih untuk apa?" tanya Kirana bingung."Untuk semua, pada malam hari ini," jawab Allaric."Hemm... Sama-sama," jawab Kirana tersenyum."Anda akan langsung pulang?" tanya Kirana lagi."Mungkin!" seru Allaric."Mungkin?" Kirana menatap Allaric."Ada banyak urusan yang harus aku selesaikan. Ingin membawamu ikut serta, kau pasti akan
Hubungan Allaric dan Kirana semakin membaik, keduanya menjalani hubungan layaknya pasangan pada umumnya. Allaric selalu memberikan kejutan kecil untuk Kirana dan sebaliknya, Kira memberikan perhatian yang lebih untuknya. Meskipun Allaric hanya pura-pura, dengan perasaanya terhadap Kirana. Nyatanya Allaric mulai terbiasa dan nyaman dengan semua perhatian yang ia terima dari kekasihnya.Keduanya sedang berada di apartemen. Allaric membawa Kirana ke sana, untuk mengambil sebuah dokumen yang tidak sengaja tertinggal. Keduanya hari ini akan bertolak ke luar negeri, untuk menghadiri seminar. Allaric membawa serta Kirana, untuk mengajarinya dan mengenalkannya pada semua rekan bisnisnya."Tunggu di sini, aku akan ke ruang untuk mengambil dokumennya," ucap Allaric tersenyum. Kirana mengangguk pelan. Allaric pun meninggalkan Kirana di ruang tamunya. Kirana mengitarkan matanya, melihat sekeliling ruangan. Kirana beranjak dari duduknya dan berdiri di depan jendala. Pandangan matan
Allaric kesal dengan sikap Kirana, yang akhir-akhir ini selalu menghindarinya. Ia selalu pulang lebih dahulu dan menolak jika Allaric ingin mengajaknya keluar walau hanya makan malam."Kirana, tolong periksa ini. Setelahnya, serahkan pada Boss, ya!" pinta Maya."Letakkan saja, setelah ini aku akan memeriksanya," sahut Kirana.Maya meletakkan map berwarna merah di atas meja dan segera berlalu. Kirana kembali sibuk dengan pekerjaannya. Allaric dan Alan memperhatikan semua gerak-gerik Kirana dari dalam ruangannya."Aku tidak melihat keanehan pada diri Kirana, Tuan," ucap Alan."Dia berubah Alan, dia menghindariku," kata Allaric kesal.Saat keduanya sedang berdebat tentang Kirana, terdengar seseorang mengetuk pintu. Alan segera memerintahkannya masuk."Maaf, Tuan. Ini berkas dari Nyonya Maya dan telah di periksa oleh Kirana," ucap salah satu staff."Mengapa kamu yang mengantarkannya?" tanya Alan. "Di mana, Kirana? Biasanya dia