Share

Cinta Maid Belok Kanan
Cinta Maid Belok Kanan
Author: Lia Dee

Majikan Terbaik

Author: Lia Dee
last update Last Updated: 2024-02-14 16:19:30

“Bos, sakit, Bos!”

“Kamu berisik banget sih, Sof!”

Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Daniel menarik tanganku untuk membersihkan luka di jariku. Gara-gara dia datang tiba-tiba, aku yang tengah memotong sayuran pun kaget dan tergores pisau.

“Kuliah kamu udah selesai?” tanya Daniel kemudian.

Dia adalah majikanku. Dulu, aku sempat cuti kuliah karena tidak memiliki biaya, sedangkan aku hanya seorang yatim piatu sejak SMP.

Aku tinggal bersama paman dan bibi yang juga serba kekurangan. Tapi berkat Daniel, aku dapat melanjutkan kuliahku lagi.

Dia mencabut masa cutiku ditengah-tengah semester. Aku beruntung bisa melanjutkan kuliahku yang hanya tinggal dua semester.

​“Udah Bos. Hari ini saya pulang cepet. Soalnya, dosen yang masuk siang nggak bisa dateng. Bos juga tumben jam segini udah pulang?”

Biasanya Daniel pulang kantor jam 05.00 sore hari.

​“Aku lagi pengen kerja di rumah.”

Daniel membuka jas dan mengendorkan dasi di lehernya.

Daniel memang punya wewenang untuk keluar masuk kantor sesukanya. Tapi dia selalu disiplin, dia berangkat dan pulang tepat waktu. Mungkin itu sebabnya dia bisa sukses di usia muda.

Sambil sesekali melirik Daniel yang bekerja di meja makan, aku kembali memasak. Luka kecil di jariku tidak mengganggu sedikit pun, karena sudah terbiasa berurusan dengan pisau seperti ini. Tidak sampai lima belas menit kemudian, masakanku pun selesai.

​“Bos, mau makan?” Aku meliriknya sambil menuangkan makanan yang baru saja matang ke piring.

​“Emangnya udah selesai masaknya?"

“Udah, Bos.”

“Boleh deh. Saya ganti baju dulu.”

Aku mengangguk.

Daniel menutup laptop, lalu berjalan menuju kamarnya, sementara aku menata makanan di atas meja mini bar. Menyiapkan piring dan sendok, juga menuangkan air untuk Daniel.

Selagi Daniel masih di atas, aku buru-buru mencuci alat-alat masak yang sudah aku gunakan. Aku tidak mau Daniel melihat dapurnya berantakan.

“Udah, Sof?“

Daniel sudah keluar dari kamarnya dengan kaos hitam bertuliskan hard worker. Dia selalu manis dengan kaos hitamnya.

“Udah, Bos.”

Aku mengeringkan tanganku dengan tissue setelah selesai mencuci piring. “Selamat makan. Semoga masakannya enak ya, Bos.” Aku berjalan menjauhinya.

“Sofi.” Daniel memanggilku.

Aku menoleh ke arahnya.

“Kamu gak ikut makan?”

Kring.. Kring...

Ponselku berbunyi sebelum aku sempat menjawab Daniel.

“Izin angkat telepon dulu, bos,” ucapku.

Daniel mengangguk. Aku mengambil ponselku di atas meja ruang tamu dan menjawabnya.

“Hallo, Bang Salman?" sapaku.

Ternyata teman kuliahku. Seorang teman laki-laki yang selalu memperhatikanku. Aku tidak menyukainya, tapi aku tetap berusaha menghargainya.

Terkadang, aku merasa dia terlalu mengganggu. Karena perlakuannya terlalu berlebihan. dia seringkali membuatku malu di kampus.

“Hallo juga, Sofi. Maaf ganggu.” Suara Salman dari seberang.

“Enggak kok, Bang. Ada apa, Bang?”

“Aku tadi liat, kamu berangkat kuliah naik taxi?”

“Iya, Bang. Kenapa?” jawabku sedikit acuh tak acuh.

“Gak apa-apa. Kamu besok berangkat kuliah naik taxi lagi?”

“Iya, Bang.”

“Mau bareng aku, gak? Nanti aku samperin kamu. Kebetulan aku ngelewatin rumah kamu.”

“Hah? Rumah? Dari mana Bang Salman tahu tempat tinggalku?”

Aku kaget. Karena tidak ada teman yang tahu di mana aku tinggal dan apa pekerjaanku selain Rena, teman kuliahku sekaligus sepupu Daniel. Dia juga yang mengenalkan aku pada Daniel.

“Kemaren aku liat kamu turun dari taksi di depan rumah. Kamu tinggal di situ, kan?”

Aku terkejut mendengar Salman bak stalker. Jangan bilang kalau laki-laki itu mengikutiku sampai rumah Daniel?

“Maaf, Bang. Aku... Aku bareng kakakku.” Aku gelagapan menjawab tanpa berfikir panjang.

Biarlah. Dengan siapapun aku berangkat ke kampus, sendirian sekalipun, tak apa. Yang penting kali ini aku punya jawaban untuk meghindarinya.

“Oooh.. Ya udah deh, kalo gitu!”

Salman langsung menutup ponselnya tanpa pamit. Nadanya kesal. Tidak seperti awal pembicaraan tadi yang sopan dan lembut.

Aku meletakkan ponselku dan menatap majikanku yang tengah makan dengan perlahan.

“Siapa yang telepon?” tanya Daniel tanpa menolehku.

“Temen, Bos.”

Aku duduk di sofa ruang tamu. Menyandarkan tubuhku di sofa tersebut.

“Oooh... Mau apa dia?”

“Ngajak ke kampus bareng besok.” Aku menoleh ke arah Daniel, tapi dia tetap tidak mau menoleh.

“Terus kamu mau?”

Aku merasa Daniel mulai cerewet.

“Enggak, Bos.” Jawabku singkat.

“Bagus, deh.”

“Hah? Kenapa bagus, Bos?” tanyaku heran.

“Gak apa-apa," Daniel menjawab dengan cepat, lalu menyuap makanan lagi. "Dah tuh duduk! Temenin saya makan. Biar nggak kosong tuh perut! Biar nggak masuk angin!” Dia menunjuk kursi di sampingnya.

Aku masih enggan mendekatinya.

“Gak apa-apa, Bos. Saya makan nanti aja. Bos makan aja.”

Aku beruntung. Mendapatkan majikan seperti Daniel. aku tidak pernah dianggap rendah, meski aku hanya seorang maid. Tidak hanya soal kuliah, hal-hal sepele seperti ini pun dia sangat baik.

“Saya udah kenyang. Cepet makan. Abis itu mandi. Biar nggak bau asep!” ucapnya kemudian sambil meletakkan sendok dan garpunya. Aku bisa melihat ujung bibirnya sedikit naik.

Mataku menyipit, tidak percaya Daniel mengatakan itu.

“Masa sih, Bos?” Aku mencium bajuku, aku tersinggung dengan ucapan Daniel.

“Saya bercanda! Nggak usah diambil hati. Cepetan makan! By the way, makasih buat masakannya.”

Daniel tersenyum sambil membungkukkan badannya. Begitu menyenangkannya pekerjaanku, semua dihargai dan mendapatkan bonus terima kasih.

“Saya mandi dulu deh, Bos.” Aku masih tersinggung dengan Daniel.

“Udah, cepetan makan!”

Daniel menatapku tajam, membuatku secara otomatis menghampirinya, lalu duduk di sebelah Daniel.

Aku mulai menyendoki makanan di depanku, sedangkan Daniel pergi menuju sofa sambil membawa laptop. Dia duduk dan membuka laptopnya.

“Kerjaannya maksa aja. Iya sih, niatnya baik. Tapi nggak bisa yah kalo nerima aja keputusanku. Iiih... bencilah begini. Aku kan malu diejek bau asep begitu, apa memang aku bau asep, yah? Tapi kenapa aku nggak dibiarin buat mandi dulu. Tahu ah!”

Aku mengocah perlahan dari dapur.

“Ada apa, Sof?” Aku terkejut Daniel bertanya. Padahal suaraku sudah sangat lirih.

“Nggak apa-apa, Bos. Lagi nyanyi.” Aku terus menyuapi mulutku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Maid Belok Kanan   Mimpikah aku?

    “So beautiful, anak Mamah.” Aku memeluk Mamah Daniel. Aku mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. Memeluk mamah Daniel serasa memeluk Ibuku. Aku merasa sedikit damai dalam pelukannya. “Makasih, Mah. Makasih juga udah mau dateng.” Dia melepas pelukanya dan tersenyum sambil menatap mataku. Mata Mamah Daniel berbinar. Terpancar kebahagiaan disana. Ada perasaan kecewa dalam hatiku atas kebahagiaannya. Kecewa, karena Ia bahagia atas pernikahanku yang bukan dengan anaknya. “Mamah pasti dateng sayang. Kan, yang nikah anak Mamah.” Jawab Mamah Daniel teduh. 'Iya. Mamah Daniel bahagia, karena dia menganggapku anaknya. Ah, aku terlalu berlebihan karena kecewa.' “Mas Di nggak dateng?” Dia Kembali melempar senyumnya. “Dateng, dong.. kalau nggak dateng, gimana kamu nikahnya?” Balasnya. Aku mengernyitkan dahiku. Aku memang berharap Daniel bisa datang, tapi kalaupun dia tidak datang, itu tidak akan berpengaruh apa-apa pada pernikahanku. Aku mengangguk, meskipun aku tidak meng

  • Cinta Maid Belok Kanan   Hari Pernikahanku

    Untuk Mas Daniel, Daniel, Satu nama yang terpateri dalam hati ini. Terima kasih karena sempat menjadi warna dalam hidupku. Sampai saat ini, aku masih mencintaimu. Sangat. Meski raga ini sudah tak mampu lagi berlari mengejarmu, tapi hati ini senantiasa merindumu. Semua memang sudah terlambat. Aku tidak bisa melawan takdirku.Tapi tak salah bukan, kalau aku berharap, suatu saat takdir berpihak padaku. Aku masih mengaharapkanmu, mas. Meski secuil saja harap adalah sesuatu yang mustahil. Tapi, bukankah berawal dari kemustahilan mencintai dengan derajat yang berbeda sudah kita lewati? Sekarang, aku hampir menjadi isteri orang, dan kamu masih sendiri. Apakah ini juga akan menjadi mustahil? Ah, entahlah! Kamu terlalu dalam untuk aku keluarkan dari lubuk hatiku. Kamu terlalu berkuasa dalam otakku hingga aku tak mampu melupakanmu. Kalau boleh aku bilang ‘aku benci takdirku’. Tapi itu tidak boleh, kan? Karenanya, aku tidak membencinya. Apapun dan siapapun. Selamat tingg

  • Cinta Maid Belok Kanan   Merayu Daniel

    "I love you, Mas." Aku terisak dibahu Daniel. Bahu yang selalu kuharapkan dapat menopang kepalaku saat aku sedih."Love you too, sayang." Jawab Daniel. Malam ini kami sedang duduk bersama diteras rumah Daniel. Aku ingin menghabiskan malamku bersama Daniel.Orang tua Daniel sedang keluar untuk menemui koleganya.Besok, aku harus kembali menjadi Sofi tunangan Salman. Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan pernikahanku atas permintaan Daniel.Daniel memberikan alasan yang masuk akal untuk tidak merebutku dari tangan Salman. Daniel bukan tipikle laki-laki curang dan licik.Dan aku harus bertanggung jawab atas semua keputusan yang kuambil. Sebenarnya, bisa saja waktu itu aku menggagalkan pertunanganku.Tapi aku memilih meresmikan pertunanganku dengan Salman."Mas, udah beberapa hari lagi aku akan nikah sama Salman. Aku akan jadi milik dia Mas." Daniel menatapku. Hatiku sakit melihat mata Daniel yang juga meneteskan air mata."Apapun yg terjadi esok, aku harap kamu akan selalu bahagia sayan

  • Cinta Maid Belok Kanan   Diratukan Keluarga Daniel

    “Ada apa Di?” Samar-amar aku mendengar suara Mamah Daniel.“Sofi sakit, Mah.” Jawab Daniel sambil menggendongku dan berjalan terburu-buru. Daniel membawaku kekamarnya. Kamar Dimana aku meninggalkan Daniel saat dia terbaring lemah.“Kamu nggak apa-apa, sayang?” Tanya Mamah Daniel. wajah yang seiras dengan Daniel inipun sama-sama mengkhawatirkanku. Aku melihat ketulusan mereka menyayangiku.“Nggak apa-apa, Mah. Mamah nggak usah khawatir, yah..” Jawabku menenangkan Mamah Daniel.Aku melihat Daniel yang sedari tadi tidak tenang.“Ini buburnya, Pak.” Maid Daniel mengantarkan mangkuk berisi bubur pada Daniel.“Makasih, Bi.” Daniel meraih mangkuk itu dan menghampiriku. “Makan dulu ya, sayang.” Ucap Daniel. Aku melirik Mamah Daniel. Aku malu Daniel memanggilku sayang didepan Mamahnya. Aku mengangguk dan membuka mulutku saat Daniel menyuapiku. Entah kenapa aku bisa jatuh ketangan Salman, padahal begitu lebarnya jalan untukku masuk kekeluarga Daniel.Aku sangat yakin, ini bukan takdir. Mela

  • Cinta Maid Belok Kanan   Kondisiku Melemah

    ​Seusai meeting, semua staff keluar dari ruang meeting. Aku tidak benar-benar fokus pada meeting hari ini."Rena nggak masuk lagi, Mas?" Tanyaku pada Daniel. Aku tidak melihat Rena sedari pagi. "Begitulah." Jawab Daniel yang masih sibuk memeriksa kertas-kertas laporan hasil meeting. Aku masih duduk terpaku melihat Daniel sambil berfikir keras bagaimana cara menggagalkan penikahanku tanpa menyakiti dan membuat malu pihak manapun. Selain itu juga, aku teringat bagaimana kemarahan Ayah Salman dan ancamannya terhadapku semalam. Aku takut. Tanganku mulai gematar lagi.Dari semalam aku belum makan. Aku letih memikirkan semuanya.​“Sofi.” Daniel menoleh kearahku lalu memanggilku. Aku mencoba menahan semua rasa sakit. “Heii.. kamu kenapa, sayang?” Daniel menghampiriku.Terlihat wajah Daniel nampak khawatir melihat kondisiku. Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku yang lemah. Tapi aku masih berusaha kuat. “Kita pulang, ya.” "Aku nggak apa-apa, Mas. Aku cuma terlalu panik menghadapi semuany

  • Cinta Maid Belok Kanan   Menemukan Titik Terang

    Daniel menghampiriku dan memberikan kotak kecil yang ia ambil dimeja kerjanya. “Buka.” Pinta Daniel. Aku mengambil kotak tersebut dan membukanya. Ada cincin cantik dengan permata hitam diatasnya. Warna favorite kami. “Apa ini?” Tanyaku masih bingung. “Cincin. Cincin ini aku beli buat aku kasih kekamu untuk menyatakan perasaanku sama kamu. Waktu itu, Rena masuk keruangan ini dan dia liat cincin ini. Aku bilang, kalau aku mau melamar kamu. Tapi dia nggak ngizinin aku dengan alasan, kalau kamu nggak suka sama aku. Dia bilang, kamu cinta sama Salman. Dan hampir bertunangan sama dia.” Mataku terbelalak mendengar penjelasan Daniel. sebelumnya, aku sudah bisa menebak, bahwa Rena adalah dalangnya. Tapi aku tidak menyangka, sejauh ini dia menipu kami. “Oke, satu lagi yang masih jadi teka teki dan sampai sekarang Mas belum ngasih tahu aku. Mas inget kan, waktu aku masih kerja dirumah Mas sebagai maid? Waktu itu Mas pergi ke Turki. Dan sepulang Mas dari Turki, Mas marah dan nuduh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status