Share

Cinta Membuatku Takut Kehilangan
Cinta Membuatku Takut Kehilangan
Author: Vee

CHAPTER 1. LIKE 'THE AIR'

Jakarta, 2009

Hari itu, langit sedang bersahabat. Cerah dan dipenuhi awan putih yang bergumul. Pohon-pohon hijau bergerak ke kiri dan ke kanan diterpa angin segar. Ciptaan-ciptaan Tuhan itu seakan sedang berkata: hari ini adalah hari sejahtera.

Ya, sejahtera.

Tapi tidak dengan salah satu rumah yang berada di tengah-tengah kompleks perumahan paling diincar di Ibu Kota. Rumah itu, jauh dari kata sejahtera. Di dalamnya, teriakan-teriakan kasar saling bersahutan, disusul suara benda-benda yang jatuh atau bahkan pecah.

Ini bukan pertama kalinya. Ini kesekian kalinya.

Seorang anak perempuan berusia enam tahun, duduk di teras rumah. Wajahnya memerah, begitu pun matanya. Dia duduk dengan tubuh gemetar. Mata merahnya itu menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong.

Suara bising dari ujung sana terdengar. Anak-anak seusia anak perempuan tadi—baik laki-laki maupun perempuan—berjalan bergerombol melintasi jalanan kompleks. Mereka beragam. Ada yang membawa bola di tangan, ada yang membawa pintalan karet yang akan digunakan untuk bermain lompat tali karet, bahkan ada juga yang membawa simpai. Tujuan mereka adalah lapangan kompleks.

Anak-anak itu melewati rumah anak perempuan tadi. Jumlah mereka hampir sepuluh orang. Salah seorang dari mereka berhenti—seorang anak laki-laki, tidak melanjutkan langkah seperti anak-anak yang lain. Dia menatap dengan mata memicing ke arah anak perempuan itu dari kejauhan.

Tanpa takut dan ragu, anak laki-laki itu membawa kakinya melangkah mendekati teras rumah—tempat anak perempuan itu masih terduduk. Dia menatap anak perempuan itu dengan mata yang mengerjap pelan.

“Kamu mau ikut main nggak?”

“Nggak,” anak perempuan itu menjawab singkat. Walaupun tatapannya sedari tadi kosong, dia tetap menyadari kehadiran anak laki-laki itu.

“Benar? Kita mau main di lapangan, loh.”

Anak perempuan itu kali ini menggeleng, tidak mau.

Suara pecahan kaca yang nyaring membuat keduanya berjengit kaget.

Tubuh anak perempuan itu semakin bergetar. Jantungnya berdegup kencang. Air mata tergenang di pelupuk matanya.

“Ayah dan Bunda berantem,” dia berkata pelan dengan suara bergetar. Kepalanya menunduk takut.

Anak laki-laki itu terdiam mendengarnya.

Tak lama kemudian, dia maju selangkah lebih dekat dengan anak perempuan itu. “Papa dan Mamaku juga sering berantem, dulu. Kalau mereka berantem, itu ribut banget. Aku biasanya tutup telingaku.”

Kepala yang semula tertunduk, kini terangkat.

“Kamu tutup telinga aja. Jangan dengar mereka,” suruh anak laki-laki itu dengan polos. Dia tidak tahu, bahkan untuk menggerakkan tangannya saja anak perempuan itu rasanya tidak sanggup.

Namun, ketika melihat tidak ada tanda-tanda pergerakan dari lawan bicaranya, anak laki-laki itu bergerak menutup kedua telinga anak perempuan itu dengan kedua tangannya.

Hening. Senyap. Aman.

Suara-suara menyakitkan itu tidak lagi terdengar.

Bermenit-menit berlalu. Tangan anak laki-laki itu masih bertugas sebagai penutup telinga. Hingga akhirnya, dia mengaduh. Tangannya keram.

“Makasih,” Anak perempuan berambut panjang itu berucap pelan.

“Sama-sama. Oh iya, rumahku yang itu.” Anak laki-laki itu menunjuk rumah yang letaknya persis di depan rumah si anak perempuan. “Besok malam aku pindah rumah, jadi hari ini aku mau main sepuas-puasnya sama anak-anak yang tadi untuk terakhir kalinya. Mereka teman-teman kompleks kita.”

“Ohh…” Netra anak perempuan itu menatap lama rumah yang dimaksud. Dia ingat. Itu adalah rumah yang beberapa minggu lalu dipenuhi manusia-manusia yang berpakaian serba hitam. Rumah itu beberapa minggu lalu… berduka.

“Aku pergi main dulu, ya. Kalau Ayah dan Bundamu ribut lagi, kamu tutup telinga lagi aja seperti yang tadi aku lakukan.” Dia beranjak pergi dengan wajah ceria sambil melambaikan tangan.

“Eh, tunggu!” anak perempuan itu berseru seraya berdiri.

“Apa?”

“Namamu siapa?”

“Namaku Air.”

“Eir?”

Anak laki-laki itu mengangguk, tapi menggeleng juga. “Air. A-I-R. Air”

“Air… Like ‘the air’?

Yes. Like ‘the air’.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status