Share

Tentang Cinta

"Neng, kita udah sampai nih," ucapku pada mereka di belakang.

"Mina tidur, Mang. Hahah," balas Sena.

"Lah ... padahal cuma 20 menit juga sampai, udah tidur aja dia." Aku pun keluar dari mobil lalu membukakan pintu mereka, "Bangun, Neng ...."

Mina pun bangun, lalu keluar dari mobil bersama Sena. Kasihan, sepertinya Mina sangat lelah hari ini. Terkadang aku prihatin pada kondisi Mina yang selalu ambruk hanya karena mengejar lelaki seperti Sena. Walau sudah ditolak dan disakiti, cinta Mina tak berubah walau hanya sesaat.

"Saya langsung ke kamar ya Mas, Neng ... cepat istirhat ya ... kalau perlu apa-apa telpon aja ...."

"Iya, Mang. Kita istirahat lah malam ini," jawab Sena. Mina pun menjawab sambil melambaikan tangannya, "Sampai jumpa besok ya, Mang ...."

Selama 4 tahun menjadi supir pribadinya, aku menjadi sangat mengenal seperti apa kepribadiannya. Dia adalah wanita pecinta sejati, yang tak akan pernah menjalin hubungan sebelum dia yakin akan kekuatan cinta yang sedang meracuninya. Menurutnya, hidup sekali bukan untuk jatuh cinta berkali-kali. Definisi cinta yang pernah dijelaskannya padaku pun sangat berbeda dengan apa yang menjadi pandangan umum.

Saat kutahu bahwa Sena menjadi lelaki pilihannya, aku mengubur cintaku dalam-dalam. Apalagi setelah menemani perjuangannya untuk mencuri hati Sena, semakin membuatku merasa mustahil bisa dicintai olehnya. Walaupun begitu ada pelajaran yang bisa kuambil dari kisah cinta mereka, bahwa cinta harus memiliki.

Mina adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, dan dia adalah anak perempuan satu-satunya. Ayahnya seorang keturunan Jepang, sedangkan ibunya berasal dari keturunan Sunda. Itulah sebabnya Mina memiliki wajah unik yang tidak dimiliki manusia pada umumnya, dia lebih mirip identik dengan bidadari. Dua orang kakak-lelakinya pun tak kalah uniknya, mereka sering dipanggil malaikat tampan tak bersayap.

Orangtuanya merupakan pengusaha di Korea Selatan, yaitu Owner dari pabrik produk barang-barang elektronik. Kakak pertamanya memonopoli pabrik mesin percetakan di Indonesia, sedangkan kakak keduanya menangani cabangnya di Australia. Maka dari itulah, Mina selama ini tinggal dengan para asisten keluarganya yang jumlahnya sangat banyak. Bayangkan saja, usahanya yang menggurita memiliki lebih dari 100.000 orang karyawan. Seluruh aset harta berupa rumah, perkebunan, Caffe, restoran, semuanya dijaga oleh para asisten kepercayaan. Mina saja yang usianya baru beranjak 23 tahun sudah tercatat sebagai Owner beberapa restoran dan Club di Bali, Jawa, dan Jakarta. Rumah atau lebih tepat disebut istana pribadinya berjumlah puluhan, setiap istana dijaga oleh minimal 10 sampai 20 asisten rumah tangga. Benar-benar latar belakang keluarga yang tajir melintir.

Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentu Mina sangat disayang dan dimanja oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Meskipun begitu, untuk urusan cinta Mina dibebaskan sebebas-bebasnya. Asalkan Mina bahagia, keluarganya tidak melarang Mina menikah dengan siapa pun, meski dengan pria termiskin sekalipun. Karena menurut keluarganya, harta mereka sudah terlalu banyak sehingga tak perlu mengorbankan perasaan hanya demi harta.

Aku sebagai supir pribadinya, sangat beruntung dijadikan sahabat terdekat olehnya. Alhamdulillah untuk masalah gaji, sampai aku tidak tahu lagi harus bersyukur bagaimana. Dalam satu bulan, aku menerima gaji pokok sebesar 15 juta rupiah, uang makan 6 juta rupiah, uang pulsa, retribusi, dan lain-lain, yang jika ditotal semuanya lebih dari 70 juta. Untuk mencegah aku berhenti bekerja, Mina mengadakan kontrak padaku selama 5 tahun ke depan. Padahal, aku tidak mungkin berhenti karena selain gajinya sangat besar, perlakuan Mina pun sangat bersahabat padaku. Dia menghormatiku layaknya kakak kandung, dan aku sudah menganggap Mina sebagai adikku sendiri.

"Kriiiingg ... Kriiiing  ...." Aku terbangun karena dikagetkan oleh suara dering ponselku. Di layarnya tertulis nama Mas Sena. Dalam keadaan belum terjaga sepenuhnya, aku mengangkat panggilannya,

"Halo, Mas ...."

"Halo, Mang ... udah bangun belum?"

"Masih tidur nih Mas ...." Aku pun melihat jam di layar, owh ... baru jam setengah 7 pagi, "masih pagi Mas, masih ngantuk ...."

"Mang, kita ke Caffe lantai bawah yuk, kita ngopi ...," ajak Sena padaku.

"Aduuuh  ... yaudah tunggu saya mau mandi dulu," jawabku malas.

Aku pun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Kubersihkan seluruh tubuh dan gigiku, sambil menyanyikan beberapa lirik lagu,

"Hiiiiduuuup ... iniii indaaahhh ... biilaaaa akkkuuu  seeelaaalluuu ... Ada di dekatmuuhuu ... setyap waktyuhuu ... hingga aku hembuuusskan nafaaasss ... yang teeerakhiiiiir .... dan kita pun beeerteemuuuhuuu ...."

Setelah yakin tubuhku bersih dan puas menggelar konser di kamar mandi, aku pun segera bersiap-siap untuk memulai aktivitas hari ini. Baju Branded, parfum mahal, dompet buaya, sepatu Branded original, semua menghiasi tubuh langsingku. Sebagai seorang supir yang gajinya lebih besar dari anggota DPR, hahahah ... aku harus selalu tampil bersih dan elegant, hahahah ....

"Halo!"

"Iya, Mas ...."

"Cepet ih ...."

"Wokeh Mas OTW ...."

Sena menelponku untuk segera menghampirinya. Aku pun segera memenuhi panggilannya dengan tubuh penuh semangat. Ah ... sepertinya hari ini aku merasa bugar sekali.

"Pagi, Mas ... Mina mana, Mas?"

"Belum bangun dia, Mang. Amang mau pesen kopi apa?"

"Saya kopi hitam aja Mas."

Sejurus kemudian Sena memanggil pelayan untuk memesan beberapa hidangan untuk kami. Sepertinya pagi ini akan ada obrolan panjang. Namun sepertinya cuaca sangat mendukung, cahayanya teduh, serta angin yang terasa sejuk. Membuatku semangat dan tersenyum menikmati pagi yang indah ini.

"Ini, Mas ... kopinya ...," ucap pelayan seraya menata hidangan pesanan kami.

"Hmmmhh ... aroma roti hangat yang segar, kopi hitam yang mengandung semangat ...," ucapku sambil menikmati kopi penuh nikmat.

"Mang, boleh tanya-tanya seputar Mina gak? Santai aja, cuma ngajak ngobrol ringan aja ...," tanya Sena memulai pembicaraan.

"Boleh-boleh, Mina orangnya terbuka kok. Apalagi buat kamu, apa sih yang enggak."

"Iya, sih. Cuma kalau aku nanya dia bawa'annya mau cium terus jadi gak fokus."

"Hahahah ... Mas bisa aja. Yaudah, Mas mau nanya apa?" ucapku agar segera memulai obrolan yang serius.

Sena pun mulai menceritakan awal mula pertemuannya dengan Mina. Ternyata mereka bertemu pertama kali melalui aplikasi jejaring sosial Facebuke. Mina dan Sena aktif di salah satu grup komunitas sesama penulis. Ternyata Mina hobi menulis cerita pendek humor, sedangkan Sena sering menulis cerpen romantis. Seiring berjalannya waktu keakraban mereka terjalin karena sering terlibat dalam perdebatan komentar, dan mereka saling mendukung. Obrolan mereka via Inbox pun semakin intim, dan benih-benih ketertarikan mulai tumbuh di hati Mina. Sena bercerita, bahwa kepiawaiannya dalam menyusun kata menjadi sebuah nasihat magis membuat Mina sangat mengaguminya. Selain itu Mina merasa bahwa karakter akun Sena tidaklah seperti akun pria pada umumnya, arah pembicaraan Sena tidak pernah sekalipun menjurus ke dalam percakapan-percakapan berbau mesim. Begitulah yang kudengar dari penuturannya.

"Selama berteman di medsos itu, Mina bilang hanya akulah yang dia beritahu tentang kehidupan pribadi, serta latar belakang keluarganya. Namun, justru itulah yang membuatku menjauhkan diri dari kemungkinan jatuh cinta padanya. Karena aku tentu merasa tak sederajat dengan Mina. Yah ... meskipun berulang kali dia bilang tidak pernah memberi syarat apa pun pada pria, asalkan dia cinta maka siapa pun bisa menjadi suaminya," ujar Sena melanjutkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status