Share

Bab 8.

ADELIA membuka pintu kamarnya dengan wajahnya yang ditekuk. Ia lalu melepas tas dan jaketnya dan duduk di pinggiran kasur. Mengingat Reno cs yang songong itu Ia jadi kesal sendiri. Padahal kakak kelasnya yang menjadi idola cewek-cewek itu hanya mengajak dinner, tidak lebih. Apa susahnya?

"Aduhh!! Gila gila gila!! Nyesel gue mau duel sama Reno tadi!! Tau kalah gitu mending nggak usah!!" gerutu Adelia sambil memukul-mukul sebuah bantal yang berada di pangkuannya.

"Apaan lagi maksudnya dia bilang pengen deket sama gue? Ah~ Jangan-jangan dia suka lagi sama gue? What the fuck!!" tambahnya lagi sembari berdiri dan melempar bantal itu ke sembarang arah.

"Ih geer banget ya gue? Biarin aja lah, mau dia suka kek sama gue, mau dia benci kek sama gue, mau dia sayang kek sama gue bodo amat! Gue nggak bakalan mau pacaran sama playboy kayak dia!!" kata Adelia kesal sembari berkacak pinggang.

"Segala ngajak dinner lagi? Malesin banget deh si Renooo!!" geram Adelia sembari mengepalkan tangannya dan mengambil bantal yang tadi sempat Ia buang. Adelia pun melempar kesal bantal itu ke kasurnya.

Tak lama kemudian ponsel Adelia pun berbunyi, menandakan kalau ada telefon masuk. Adelia pun merogoh sakunya dan melihat layar ponselnya. Tertera Friska's Calling, Ia langsung menggeser dial phone berwarna hijau itu dan mendekatkan ke telinganya.

"Hallo Del?"

"Iya, Friska."

"Lo kok kayak nggak semangat gitu sih? Kenapa? Jangan bilang kalauu??"

"Iya, gue kalah!"

"Apaa? Yahh padahal Lo itu jago banget loh, waktu SMP aja sering ikut turnamen kan dan menang berapa kali tuh?"

"Iyaaa tapi si Reno lebih jago dari gue Friskaa! Huuu nggak asik banget deh! Nyesel gue duel sama dia!"

"Hahahaa, woles aja kali Del? Lo kayak yang menderita aja sih!"

"Kok Lo ngatain gue kayak gitu sih, jahat Lo Fris!"

"Adel Adel! Please deh nggak usah kayak anak kecil gitu! Oh iya terus gimana sama taruhannya?"

"Duhh, ternyata Lo bener Friska! Kalo si Reno emang cuma mau modus doang! Masa iya gue diajak dinner sama dia? Ih~ males banget gue!"

"Ciee~ Ehem! Lampu hijau tuh! Dan bentar lagi pasti peje peje!"

"Jangan cie cie in gue! Emang lalu lintas apa, lampu hijau?"

"Hahahaa nggak! Yaa mungkin Kak Reno suka kali sama Lo?"

"Idihh, najong tralala! Gue nggak suka yah sama cowok kayak Reno!"

"Apa Lo bilang? Ih aneh ya? Semua cewek di sekolah klepek-klepek lagi sama Kak Reno, Del?"

"Iya, kecuali gue!"

"Lo sama sekali nggak tertarik sama Kak Reno yang gantengnya nggak ketulungan itu? Ah bokis Lo! Nggak percaya gue!"

"Bener Friska! Gue sama sekali nggak tertarik sama Reno! Playboy kayak dia mah buat apa? Cintanya tuh nggak utuh tau nggak? Kan udah dibagi-bagiin sama cewek lain!"

"Widihh Lo tau juga ya soal cinta, padahal nggak pernah pacaran! Tapi emang bener juga sih Kak Reno itu playboy!"

"Iya lah!"

"Eh eh terus gimana sama dinner nya? Lo pasti dateng dong?"

"Aduhh! Sumpah deh gue ogah banget dinner berdua sama Reno, Lo mau kan temenin gue? Yaa please? Lo kan sohib gue yang paling baik!"

"OMG helloww Adel! Gue nggak mau keles jadi obat nyamuk Lo sama Kak Reno! Ngenes banget tau nggak!"

"Kok obat nyamuk sih? Lo kira gue pacaran sama dia? Enggak keles!"

"Hahaha!! Ya kan itu acara Lo berdua?"

"Ih apaan sih! Yang bener nih, Lo nggak mau nemenin gue? Dinner loh! Makan-makan gratis? Dibayarin sama Reno! Lo nggak tergiur beneran?"

"Ih~ Adel! Nggak! Ini dinner kalian berdua! Jadi, gue nggak mau ganggu!"

"Jahat ih! Temenin gue dong Friska please!"

"Nggak mau Adel! Emang kapan sih?"

"Lusa! Lo bisa?"

"Yah, lusa gue ada janji sama Dimas hehe!"

"Hadehhh atau gue nggak usah dateng aja kalik yah?"

"Eh jangan dong! Itu kan udah jadi kesepakatan kalian, yang kalah harus menuruti permintaan yang menang! Jadi, Lo harus terima!"

"Kesepakatan apaan? Taruhan iya!"

"Yaudahlah dateng aja, kapan sih Lo diajak dinner sama cowok? Nggak rugi juga kan kalo Lo dateng?"

"Iya sih tapi-"

"Pokoknya Lo harus dateng! Siapa tau aja Kak Reno mau nembak Lo? Hahhaha!"

"Eh eh apa Lo bilang-"

Tut tut tut..

Sambungan terputus.

"Sialan si Friska!" gerutu Adelia.

Adelia mengerucutkan bibirnya kemudian berjalan keluar balkonnya. Dari sana Ia bisa menatap halaman rumahnya yang luas itu. Dengan tangannya yang berpegangan pada pagar balkon, Adelia menatap ring basket yang berada di dekat dinding yang membatasi rumahnya dengan rumah Ichi, teman kecilnya itu dengan pandangan matanya yang kosong.

Memori otak Adelia berputar ke 10 tahun yang lalu. Dimana Adelia kecil atau kerap disapa Lala itu sedang asik-asiknya bermain basket dibawah hujan gerimis bersama Dicky atau Ichi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status