Beranda / Romansa / Cinta Semalam Sang CEO / 4. Saatnya Membalas Kebaikan

Share

4. Saatnya Membalas Kebaikan

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-24 02:58:31

Miona duduk di bangku paling belakang di dalam busway itu. Pemandangan kota Jakarta di luar jendela busway tampak indah. Namun hatinya sedih, air matanya mulai berjatuhan. Dia berusaha mengelapnya dengan tangannya sendiri. Handphonenya sedari tadi berbunyi. Telepon dari mucikarinya yang dipanggilnya Mami. Sebenarnya semenjak kejadian malam itu dengan Prakas, dia tak mau lagi menjual dirinya ke lelaki hidung belang. Tapi karena tadi sore, para rentenir itu datang lagi menagih sisa hutang ibunya yang belum dibayarkan, dia terpaksa menerima tawaran maminya itu, dan ternyata yang memesannya untuk kedua kali adalah lelaki yang sama. Lelaki yang arogan dan aneh menurutnya. Air mata Miona kembali mengalir deras. Dia merasa bersalah pada bapaknya. Dia teringat saat kejadian malam itu yang membuat penyakit jantung bapaknya kumat.

Ya, saat itu Miona sedang memarahi Ibunya, dia baru pulang bekerja di sebuah restoran di Jakarta. Saat itu dia dapati banyak lelaki seram di depan rumahnya. Para lelaki itu tampak memukuli Pak Imam lalu pergi meninggalkannya. Miona berteriak saat melihat bapaknya babak belur begitu.

“Bapak!”

Miona langsung mengangkat tubuh Bapaknya dengan heran.

“Bapak kenapa? Kenapa mereka mukulin Bapak?” tanya Miona.

Akhirnya Pak Imam mengajak Miona masuk. Di dalam sana barulah dia tahu kalau Ibunya ternyata punya hutang 500 ratus juta kepada rentenir yang dia habiskan untuk berjudi dengan teman-temannya. Miona marah besar pada Ibunya. Pak Imam yang sabar memenangkan Miona. Dan saat Miona tahu kalau para rentenir itu menginginkan rumah mereka jika minggu depan hutangnya tidak cicil, saat itulah dia menghubungi mucikari itu. Dia tahu mucikari itu dari temannya karena temannya yang bekerja di restoran yang sama sering bercerita pada Miona kalau dirinya seorang pelacur.

Saat busway itu berhenti di halte di kawasan Sudirman, Miona buru-buru turun dari sana. Miona berjalan di atas trotoar menuju taman kecil di dekat stasiun MRT. Sesaat kemudian dia mendengar suara lelaki memanggil namanya.

“Miona!”

Miona melihat ke sumber suara. Lelaki muda berpakaian satpam itu melambai ke arahnya. Miona tersenyum lalu menghampirinya. Mereka duduk di bangku taman. Di sekeliling dia melihat banyak para fotografer sedang memfoto model-model. Tempat itu adalah surga bagi fotografer. Lelaki muda itu mengulurkan minuman dingin padanya.

“Lembur lagi?” tanya lelaki bernama Rio itu padanya.

Miona mengangguk. Mereka hanya bersahabat sejak SMP. Dulu mereka tinggal di tempat yang sama, namun saat Pak Imam pindah ke kawasan Mampang Prapatan, mereka berpisah, tapi setelah mereka masuk ke SMA yang sama, mereka kembali melanjutkan persahabatan hingga kini.

Rio tahu kalau Miona sedang tidak ingin bicara. Akhirnya dia diam sambil melihat-lihat orang-orang yang mulai berdatangan ke tempat itu. Miona memandangi bulan dan bintang yang bersinar terang di atas kota Jakarta. Tak lama kemudian Miona menangis. Rio heran.

“Kamu kenapa?” tanya Rio penasaran dan tampak sedih melihat sahabatnya itu menangis.

“Aku nggak apa-apa,” jawab Miona. Dia tahu, selama ini Rio lah yang menjadi tempat curhatnya. Namun untuk urusan menjual diri itu dia tidak sanggup menceritakannya pada Rio. Akhirnya lelaki itu hanya diam dan mengeluarkan sapu tangan di sakunya lalu memberikannya pada Miona.

***

Prakas tiba di depan rumah Pak Imam. Dia mengetuk pintu rumah itu. Seorang lelaki muda keluar dengan heran.

“Kakak yang waktu itu ke rumah sakit?” tanya lelaki yang bernama Riga itu.

Prakas tersenyum padanya.

“Ibu ada?”

“Ada! Masuk, kak!”

Prakas pun masuk ke dalam rumah sederhana itu. Riga menyuruh Prakas duduk lalu dia segera memanggil ibunya di dalam. Tak lama kemudian ibunya keluar dan heran melihat kedatangan Prakas. Prakas langsung berdiri dan salim pada ibu itu.

“Mas yang waktu itu ke rumah sakit?” tanya ibu itu dengan heran.

“Iya, Bu,” jawab Prakas.

“Sebentar, saya bikinin minum dulu,” ucap Ibu itu.

“Biar aku aja, Bu,” pinta Riga pada ibunya.

“Yasudah, kamu bikinin ya,” ucap ibunya pada Riga.

Riga langsung masuk ke dalam. Ibu itu menatap Prakas dengan heran sambil memandangi pakaian lelaki itu yang tampak mewah.

“Kamu temen kerja suami saya atau...”

“Bapak Imam sudah seperti bapak saya sendiri,” jawab Prakas.

Ibu yang bernama Maryam itu tampak terkejut.

“Kamu Prakas yang suka diceritain suami saya itu?” tanya Maryam tak percaya.

Prakas mengangguk. Rupanya selama ini Pak Imam suka bercerita tentangnya pada istrinya. Maryam langsung menangis.

“Terima kasih, Nak. Kamu sudah baik sama almarhum suami saya,” ucap Maryam terisak.

“Saya yang berterima kasih, karena Pak Imam saya jadi begini,” ucap Prakas.

Maryam terus saja menangis. Riga yang datang membawa segelas teh manis tampak heran. Riga diam saja lalu meletakkan teh manis itu di hadapan Prakas lalu segera pergi dari sana. Prakas menatap wajah Ibu Maryam dengan sedih.

“Boleh saya melunasi semua hutang, Ibu?” ucap Prakas kemudian.

Ibu Maryam terkejut mendengarnya. Dia tak percaya mendengar itu.

“Kamu tahu dari...”

“Ibu tak perlu tahu saya tahu dari mana. Saya serius ingin melunasi semua hutang ibu,” pinta Prakas.

“Tapi...”

“Tolong, bu... izinkan saya berbuat sekali saja untuk Pak Imam,” pinta Prakas.

Akhirnya Ibu Maryam mengangguk haru. Dia langsung menghubungi renterir tempatnya berhutang. Tak lama kemudian para rentenir itu datang. Prakas langsung memberikan cek pada mereka senilai lima ratus juta. Lalu para rentenir itu pergi dengan senang. Ibu Maryam hendak bersujud pada Prakas sambil menangis. Prakas melarangnya dan mengingatkannya untuk jangan berjudi lagi.

“Saya janji, saya nggak akan melakukan itu lagi,” isak Ibu Maryam.

Lalu Prakas pamit dari sana. Saat dia pulang, dia melihat Miona turun dari motor diantar oleh Rio. Miona heran melihat ada Prakas di sana.

“Lo ngapain ke sini? Tahu dari mana rumah gue?” tanya Miona dengan keras.

Prakas diam saja, dia berjalan menuju mobilnya.

"Lo cerita tentang gue ke ibu gue?!" teriak Miona pada Prakas.

Prakas diam dan terus berjalan menuju mobilnya. Miona mengejar Prakas dan menarik tangan Prakas dengan penasaran.

“Jawab dulu pertanyaan gue!” teriak Miona.

Prakas  berhenti melangkah lalu menoleh ke Miona.

"Lo tenang aja, gue belum cerita, tapi kalo Lo masih terjun ke dunia hitam itu, bukan keluarga Lo aja yang gue kasih tau, semuanya!" tegas Prakas.

"Emangnya gue nggak bisa ngasih tahu ke dunia siapa Lo? Lo nggak takut karir Lo ancur dan perusahaan Lo bangkrut?"

"Silakan aja! Nggak bakal ada yang percaya!" ucap Prakas lalu langsung menaiki mobilnya dan langsung melaju dari sana.

Miona kesal sendiri. Ancamannya berhasil membuatnya takut untuk terjun ke dunia hitam lagi. Miona langsung masuk ke dalam rumah dan memanggil Ibunya.

“Ibu!” panggil Miona.

Ibu Maryam keluar dengan senang.

“Kamu sudah pulang?” tanya Ibu Maryam.

“Tadi cowok itu ngapain ke sini?” tanya Miona.

Ibu Maryam terdiam. Tak lama kemudian Riga datang.

“Dia ngebayarin hutang ibu,” ucap Riga.

Mendengar itu Miona langsung sangat terkejut. Miona keluar dari rumah melihat jalanan di hadapannya berharap dia masih bisa melihat mobil Prakas. Miona masuk ke dalam rumahnya dengan bingung. Maryam mendekatinya dengan heran.

"Kamu udah kenal sama Prakas?"

Miona heran mendengar pertanyaan ibunya itu.

"Emang ibu udah kenal lama sama dia?"

"Dia bos besar Bapak kamu," jawab Ibunya.

"Maksudnya?"

"Dia direktur perusahaan PT Prakas Gemilang yang dekat sama almarhum bapak kamu."

Miona terbelalak tak percaya mendengar itu.

***

Sementara Prakas masih mengemudikan mobilnya dengan lega. Dia sangat berharap setelah dia membayar hutang ibu Miona dan mengancamnya, gadis itu tak lagi bekerja sebagai PSK. Dia ingin Miona hidup normal seperti biasanya. Itu semua dia lakukan karena Pak Imam yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Semalam Sang CEO   57. Siapa Miona?

    Saat Prakas dan Alex tiba di rumah, mereka tidak menemukan Prameswari di sana.“Mama kemana?” tanya Alex pada Prakas.“Aku nggak tau,” jawab Prakas. “Emangnya kamu nggak ngasih tahu Mamah kalo kamu mau pulang?”Alex menggeleng. Prakas heran.“Kenapa?”“Aku rencananya mau ngasih kejutan sama Mama.”Prakas angguk-angguk. Dia masih penasaran apa yang mau dikatakan Alex tadi di bandara.“Oh ya, tadi di bandara kamu mau ngomong apa?”Alex bingung. Sepertinya dia tidak sanggup untuk menceritakan kenyataan itu. Tapi dia harus mengatakannya karena tidak mungkin kakak beradik itu harus menjalin cinta. Alex harus mencegahnya sebelum terjadi hal yang lebih buruk pada mereka.Alex menarik tangan Prakas menuju kamarnya. Di dalam kamar itu Alex mengatur napas berat.“Aku harap kakak nggak pingsan setelah denger penjelasan aku.”“Udah kasih tahu aja, kayak apa aja.”“Aku pernah denger omongan Pak Imam sama Papa waktu aku kelas 1 SMP dulu. Papa nitip anaknya ke Pak Imam buat Pak Imam jaga. Kata Papa,

  • Cinta Semalam Sang CEO   56. Sesuatu yang Mengejutkan

    Miona datang membawa segelas teh manis untuk Prakas. Dia meletakkan segelas teh manis itu dengan heran melihat raut wajah Prakas yang tampak kebingungan.“Kenapa?” tanya Miona. Dia lalu bergabung duduk di meja makan.“Bintang udah konfrensi pers ke para wartawan,” jawab Prakas.Miona dan Siska terkejut mendengarnya.“Dia ngomong apa sama wartawan?” tanya Miona penasaran.“Dia udah ngakuin kalo kami cuman sandiwara,” jawab Prakas.Miona lega mendengarnya.“Mudah-mudahan dia nggak ada niat buat nyebarin video kita,” ucap Miona.“Aku yakin dia nggak bakalan nyebar video kita, soalnya aku liat dia kayak tenang dan biasa aja,” tebak Prakas.“Yaudah, dilanjut sarapannya,” pinta Miona.Prakas mengangguk, mereka pun melanjutkan sarapannya. Tak lama kemudian handphone Prakas berbunyi. Prakas mengangkatnya.“Halo,” ucap Prakas menjawab teleponnya.“Besok jemput aku di bandara,” ucap seseorang di seberang sana.Prakas terkejut mendengar suaranya. “Alex?!”“Iya, Kak. Ini aku Alex. Besok kakak jem

  • Cinta Semalam Sang CEO   55. Tak Perlu Lagi Sembunyi

    “Miona! Miona! Bangun Miona! Kok kamarnya di kunci sih?!” teriak Siska di luar sana.Miona dan Prkasa terbangun dalam keadaan saling memeluk. Mereka berdua terkejut. Miona bangkit lalu menatap Prakas yang sedang mengucek-ucek matanya.“Sembunyi bentar,” pinta Miona pada Prakas.Prakas mengernyit heran. “Kenapa harus sembunyi?”“Nggak enak sama Siska,” jawab Miona.“Nggak apa-apa, dia kan tahu kalo kita pacaran. Kecuali kalo aku ini bukan siapa-siapa kamu,” protes Prakas.“Ih, pokoknya sembunyi dulu,” pinta Miona.Prakas menghela napas lalu turun dari kasur hanya mengenakan kolor saja. Prakas bukannya pergi ke kamar mandi untuk bersembunyi, dia malah berjalan menuju pintu. Miona terbelalak melihatnya.“Prakas, ngapain?” tanaya Miona saking terkejutnya.Prakas tidak menggubris panggilan Miona. Dia malah membuka pintu hingga Siska terbelalak melihat dada bidang Prakas yang mendadak ada di kamar Miona.“Pra...kas...” ucap Siska.Miona buru-buru turun dari kasur lalu berjalan ke arah pintu

  • Cinta Semalam Sang CEO   54. Jangan Pulang, Tidur di Sini Saja

    Mobil Prakas melaju menembus jalanan malam kota Jakarta. Di dalamnya Prakas yang sedang fokus menyetir menoleh pada Miona yang duduk di sebelahnya.“Ibu nggak nyariin?” tanya Prakas.“Tadi aku udah bilang mau nungguin kamu,” jawab Miona. “Ibu pasti tahu kalo sekarang aku jalan sama kamu,” jawab Miona.Prakas mengangguk lalu kembali fokus menatap jalanan di hadapannya.“Jadi kita mau kemana?” tanya Prakas heran.“Aku pengen ke Puncak,” jawab Miona.Prakas terkejut mendengarnya.“Puncak?”“Iya,” jawab Miona. “Aku pengen ngajak kamu ke suatu tempat. Di sana tempat terbaik buat aku menyendiri kalo lagi ada masalah.”“Memangnya besok nggak ada shooting?” tanya Prakas heran.“Besok nggak ada jadwal shooting, jadi malam ini aku aman,” jawab Miona.“Yasudah,” ucap Prakas.“Tapi kalo besok kamu ada meeting, kita muter-muter aja malam ini, terus balik lagi ke rumah aku,” ucap Miona.“Besok aku nggak ada meeting, aku aman,” ucap Prakas.Miona pun tersenyum senang. Prakas pun melajukan mobilnya d

  • Cinta Semalam Sang CEO   53. Datanglah Kemari

    Prakas berdiri menghadap kaca ruangan kantornya yang menghamparkan pemandangan suasana kota Jakarta di malam hari. Gedung-gedung pencakar langit memancarkan cahayanya. Lelaki itu menarik napas berat. Dia sudah nekat melakukan konfrensi pers ke pihak wartawan. Dia sudah tidak ingin bermain-main dengan ancaman dan perjanjian itu lagi. Dia juga tidak peduli dengan ancaman video rekamannya bersama Miona akan tersebar luas ke luar sana. Dia sudah siap menerima itu semua. Sekarang yang harus dia lakukan adalah menguatkan Miona untuk menghadapinya bersama-sama jika hal buruk benar-benar terjadi.Prakas meraih handponenya lalu menghubungi Miona. Tak lama kemudian Miona mengangkat teleponnya.“Halo,” sapa Miona dengan suara lemah di seberang sana.“Aku minta maaf,” ucap Prakas dengan tulus.“Minta maaf soal apa?” tanya Miona dengan heran.“Kamu pasti tahu soal konfrensi pers yang tadi aku lakukan sama wartawan,” jawab Prakas.“Kamu nggak perlu minta maaf ke aku soal itu. Itu udah jadi hak kamu

  • Cinta Semalam Sang CEO   52. Sebuah Pengakuan

    Miona dan Siska terduduk lesu di lokasi shooting. Shooting ditunda akibat Bintang tidak ada di sana. Di ruangan yang lain, terdengar suara Mahendra marah-marah pada crew. Miona heran, padahal Bintang yang salah, malah crew yang dimarahinya.“Apa kita pulang aja?” tanya Miona pada Siska.“Jangan dulu. Lo nggak liat Pak Mahendra marah-marah begitu? Nanti lo juga kena kalo ikutan kabur kayak Bintang,” ucap Siska.“Abisnya mau sampai kapan kita nunggu Bintang. Dia nggak bakal balik ke sini,” ucap Miona.“Gimana pun lo harus tunjukin profesionalitas! Lo nggak inget gimana susahnya kita dulu? Harus kerja di café, disuruh-suruh orang, diomelin orang? Sekarang hidup lo udah enak! Lo harus bersyukur,” ucap Siska.Miona akhirnya mengangguk. Dia memang senang berada di posisi sekarang. Tapi gimana pun juga ada hal yang paling menakutkan di hadapannya kelak. Miona berpikir bagaimana jika Bintang nekad meny

  • Cinta Semalam Sang CEO   51. Kita Harus Tetap Bersama

    Bintang langsung berjalan menuju mobilnya dengan kesal dan sedih. Dia tak percaya mendengarkan semua pengakuan Prakas padanya. Dia tak percaya Prakas sudah membohonginya. Miona mengejarnya dengan ketakutan. Dia khawatir gadis itu akan menyebarkan videonya bersama Prakas yang menjadi ancamannya selama ini.“Bintang, ini diluar kendali aku! Dengerin aku dulu, Bingang!” teriak Miona mengejarnya.Bintang cuek lalu masuk ke dalam mobilnya dengan menutup pintu mobil begitu kencangnya. Bintang kemudian pergi dari sana dengan mobilnya.“Bintang! Bintaaang!” teriak Miona kesal.Prakas heran melihat aksi Miona. Sesaat dia curiga bahwa yang memintanya melakukan itu adalah Bintang. Miona berjalan ke arah Prakas dengan kesal.“Bintang punya video kita berdua di hotel waktu itu,” ucap Miona dengan air mata yang mulai menjatuhi pipinya.Prakas terbelalak mendengarnya. “Maksud kamu?”“Dia punya re

  • Cinta Semalam Sang CEO   50. Pengakuan Mengejutkan

    Pagi itu, Bintang hendak pergi ke lokasi shooting. Tiba-tiba bel di apartemennya berbunyi. Dia buru-buru berjalan ke arah pintu. Bintang terkejut ketika mendapati Prameswari sudah berdiri di ambang pintu.“Tante?” ucap Bintang dengan heran.Parmeswari tersenyum padanya lalu berjalan masuk. Bintang buru-buru membuka pintu lalu menyusul Prameswari yang sudah duduk di sofa dengan santainya.“Tumben Tante pagi-pagi ke sini?” tanya Bintang sambil duduk di sofa menghadapnya. Dia benar-benar heran padanya.“Aku pengen mampir aja. Ternyata apartemenmu ini satu gedung dengan sahabat lamaku,” ucap Prameswari berbohong padanya.“Oh, begitu,” sahut Bintang.“Kamu sama Prakas gimana?” tanya Prameswari.“Baik-baik aja, Tante,” jawab Bintang.Prameswari mengernyit heran. Dia bingung kenapa Bintang seperti tidak marah pada Prakas. Padahal dia sudah mengirimkan video itu ag

  • Cinta Semalam Sang CEO   49. Hari-Hari Berat

    Maryam membuka pintu. Dia heran melihat wajah anaknya tampak sedih begitu.“Kamu baik-baik aja kan?” tanya Maryam pada Miona yang baru datang.“Aku baik-baik aja, Bu,” jawab Miona.Maryam tenang mendengarnya. Dia pun masih tak berani untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang berhasil diselidikinya mengenai anak gadisnya itu. Maryam masih bingung harus bersikap bagaimana. Dia sama sekali tak bisa marah padanya.“Kamu sudah makan? Kalo belum biar ibu siapin,” tawar Maryam.“Aku udah makan, Bu. Siska mana?” tanya Miona.“Siska tadi barusan aja masuk ke kamarnya,” ucap Maryam.“Yaudah, aku ke kamar dulu ya, Bu?” pamit Miona.Maryam mengangguk. Miona lalu berjalan menuju kamarnya. Maryam memperhatikan punggungnya dengan bingung. Sesampainya Miona di kamarnya, dia langsung duduk di tepi kasur. Matanya kembali berair. Dia tak percaya hubungannya dengan Prakas ak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status