Share

Bab 5

Vita POV

Pagi ini, aku masih murung seperti semalam. Mas Endrick tetap tidak memberijadi izin kepadaku terpaksa hari ini aku di rumah saja dan hanya bisa membayangkan betapa serunya berkumpul dengan teman-teman sekolah ku dulu.

"Saya berangkat, kamu jangan coba-coba kumpul dengan teman-teman apalagi membawa Rama. Saya hanya membolehkan kamu pergi ke rumah keluarga, tidak lebih. Ngerti?"

Aku hanya mengangguk malas, itu sempat diperhatikan Mas Endrlrick tapi dia tidak mengatakan apapun lalu masuk ke dalam mobil. Selama ini aku selalu menuruti semua kehendak Mas Endrick, tidak pernah sekalipun aku membantah walaupun untuk sesuai yang aku inginkan. Aku selalu mengesampingkan ego ku agar Mas Endrick tidak menegur ku. Tapi hari ini aku ingin sekali berbuat sebaliknya. Aku kesal, tiap kali meminta izin pasti tidak boleh dengan alasan Rama nanti sakit.

Setelah itu, aku pun mengambil ponsel lalu menelepon Lena untuk memberitahunya kalau aku ingin ikut kegiatan.

"Beneran mau ikut, Vit? Kalo gitu aku jemput deh sekitar jam 10 an yah?"

"Iya, aku ajak anak aku gak apa-apa kan? Soalnya gak ada yang jagain dia," tanyaku hati-hati. Aku takut mereka merasa risih karena aku membawa Rama tapi inilah satu-satunya kesempatan ku. Rama juga tidak bisa sembarang aku tinggalkan dengan keluarga.

"Santai aja, Vit. Ajak anak kamu sekalian."

Aku senang sekali, Lena tidak merasa terbebani dengan adanya Rama. Hum, aku tahu perbuatan ku pasti menimbulkan murka dari Mas Endrick tapi biarlah. Aku kesal karena dia selalu melarang ku melakukan aktivitas bersama teman-teman, jadi hari ini aku mau bersenang-senang sebentar.

...

Pergi dan berkumpul dengan teman-teman adalah hal yang mestinya aku lakukan di usiaku sekarang. Bayangkan saja, di antara mereka hanya aku yang sudah menikah dan itu sedikit menimbulkan kecanggungan. Bukannya aku tidak bersyukur karena telah berkeluarga, aku senang sekali, tapi ada masanya aku merindukan masa gadisku.

Lena mengajakku ke tempat karokean yang cukup luas karena katanya salah satu teman kami, Zahra, mau mentraktir. Aku menurut saja asalkan bisa bergabung dengan teman-teman.

Di sini cukup ramai, ada beberapa perempuan dan laki-laki di sini. Kalau Mas Endrick sampai tahu aku di sini, habislah aku dimarahi olehnya.

"Ih, Vita Jovita! Makin cantik aja deh yang udah punya bayi," sapa Zahra saat dia melihatku datang bersama Lena. Kuberikan senyuman kecil kepadanya, dulu Zahra juga teman baikku semasa sekolah.

"Hehe, bisa aja sih kamu Ra. Eh apa kabarnya nih? Masih sibuk kuliah ya?"

"Iya, Vit. Doain aja tahun depan bisa lulus deh. Eh iya, Vit kamu tau gak kalo kevin anak bimbingan suami kamu di kampus? Aku baru tau pas liat snap nya kemarin-kemarin."

Aku benar-benar baru tahu kalau ada kenalan ku yang merupakan mahasiswa bimbingan suamiku. Namun, Kevin tidak pernah ke rumah jadi aku tidak tahu. Hmm, itu hal yang biasa saja sih menurut ku. Maksudnya, tidak ada yang aneh kan jika mantan pacarku adalah anak bimbingan suamiku?

"Gak tau, Ra. Kan gak pernah ngobrol sama kevin lagi. Dia ikut kumpul emangnya?"

"Iyalah, tapi kayaknya belum dateng sih. Ya udah yuk, masuk ke dalem. Anak kamu gak apa-apa dibawa ke dalem?" tanya Zahra sambil melirik Rama yang tidur nyenyak di kereta bayi.

"Gak apa-apa, kan tempatnya gak sempit juga."

"Iya tapi bakal berisik soalnya, Vit."

Aku tetap meyakinkan Zahra kalau semuanya baik-baik saja , hmm, aku tau ini merupakan tindakan yang ceroboh tapi semuanya sudah terlanjur juga .

Ternyata seru berkumpul dengan teman teman ku semasa sekolah, kami bercerita banyak hal mengenai masa lalu dan planning di masa depan meskipun aku tidak punya rencana hebat karena kini aku sudah menjadi ibu rumah tangga ,

Kevin rupanya memang datang, dia sempat melirik ku tapi kami tidak mengobrol karena aku tidak mau membicarakan apapun dengan Kevin.

Tentang dia yang merupakan mahasiswa di kampus yang dimana suamiku mengajar, aku tidak terlalu mempersalahkan nya, bukan sesuatu yang aneh atau mendebarkan jika itu terjadi .

Keseruan yang aku rasakan tidak berlangsung begitu lama saat Rama mulai rewel dan menangis, berulang kali aku berusaha mendiamkan nya bahkan sampai izin ke lobi depan hanya untuk mendiamkan putraku yang menangis gelisah.

" Rama gak betah ya ? Maaf ya nak, mamah malah bawa kamu kesini "

" Mau aku anterin pulang, Vita ?

Suara Kevin sedikit mengagetkan aku, entah kapan dia berada disini, tapi dia sudah duduk didepan ku dan memandang khawatir kepada Rama ,

Aku sempat melirik nya sebelum menggeleng pelan tanda bahwa dia tidak perlu repot-repot untuk mengantar ku pulang .

" Gak usah Vin, aku bareng Lena ."

Kevin seperti nya sudah paham maksudku, dia hanya mengangguk memaklumi, ya udah deh , ngomong ngomong semoga langgeng sama pak Endrick, Aku gak pernah sempat ngucapin ke kamu waktu kamu nikah sama dosen pembimbing aku.

Hmm, apa Kevin sedang menyinggung ku, karena tidak aku undang di hari pernikahan ku dengan mas Endrick ? Apa peduliku?

" Iya, makasih "

Kevin berdiri lalu duduk di sebelah ku dan membuat ku menaikan satu alis, sekarang dia mau apa ?

" Foto dulu dong Vit , masa udah lama gak ketemu terus gak foto ? Buat keperluan i***a story' nih "

Aku bergeser lebih jauh dari nya agar tidak terlihat seperti orang pacaran, Bisa mati aku jika mas Endrick tiba-tiba melihat aku dengan Kevin.

Belum sempat memberi jawaban, Kevin malah asal memotret saja, pria ini sangat tidak mengerti sopan santun , " Eh ngapain langsung foto sih Vin ? Hapus dulu itu " pinta ku .

" Santai aja kali Vit, aku juga foto foto sama Zahra, Lena dan yang lain, masa dengan kamu kamu dihapusin ? Balas nya , aku berdecak kesal lalu buru buru meninggalkan Kevin disana , biarlah dia sibuk dengan urusan nya , tujuanku kemari bukan untuk mendekatkan diri dengan kevin, aku cuma ingin menikmati hari bersama teman teman ku, ada dia disini malah membuat ku risih .

Kenapa perasaanku jadi sedikit tidak enak ya? Seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi di depan ku, Huff,, semoga ini cuma perasaan ku saja .

....

Tanpa terasa sudah nyaris tiga jam Kami berada di tempat ini, Rama memang rewel beberapa kali, Tapi untung lekas ku diamkan, masalah Kevin tadi tidak terlalu aku bahas karena aku kemari juga untuk melepas penat .

Saat sedang asyik mengamati teman teman ku bergantian menyanyi, kurasakan ponsel ku bergetar di saku celana, aku buru buru membuka ponsel dan mengecek siapa yang menelepon .

Mataku melebar ngeri, mas Endrick menelepon ku dana seperti nya dia tau aku pergi .

Buru buru aku menitipkan Rama kepada Lena lalu pergi begitu saja ke toilet agar suaranya tidak terlalu berisik .

" Halo.. mas ? Sapa aku dengan nada penuh kewaspadaan , ini gawat, jika dia tau aku pergi maka habislah aku .

" Saya di depan tempat karaokean gak jelas kamu itu, pulang sekarang "

Aku memejamkan mata seolah mas Endrick ada didepan ku sekarang, tanganku mulai merasa dingin , ternyata mas Endrick tahu tapi dari mana dia bisa tahu? Jangan jangan

Ini pasti karena i***a story'nya kevin tadi ! Aku lupa kalau akun media sosial ku juga terhubung di ponsel mas Endrick, pasti lah di menerima notifikasi dari Kevin dan melihat nya . astaga astaga kenapa aku bisa ceroboh sekali ?

" Ma, mas maaf, dengerin penjelasan Vita "

Belum sempat aku menyelesaikan kalimat, mas Endrick lebih dulu memutuskan telepon ku . Sekarang aku cuma bisa pasrah saja, ini seperti detik detik kematian yang sangat buruk.

Aku kembali ke ruangan tadi lalu menjelaskan situasi kepada lena, mereka semua ikut panik terlebih lagi Kevin yang merasa bersalah kepadaku, katanya dia tidak berniat memberitahu mas Hendrick, dia tidak tau kalo akun media sosial ku juga dipegang suami ku.

" Duhh gimana ni Vit ? Aku sama Kevin temenin ya? Kamu bantu jelasin juga " ucap Lena yang ikut merasa bersalah, aku menggeleng kecil, sudahlah biar aku yang kena sembur.

" Gak usah , aku sama Rama pulang dulu ya? Maaf nih jadi bikin gak nyaman karena tiba-tiba ada masalah " sesalku. Lena mengangguk prihatin dan berharap aku tidak terkena amarah yang besar .

Aku pergi keluar bersama Rama dan benar saja, mas Endrick dengan tatapan dinginnya itu sudah menunggu menyandar di pintu mobil sambil melipat kedua tangannya .

" Masukk "

" I- iya, mas "

Dia menggendong Rama lalu mendudukkannya di kursi khusus bayi agar Rama aman selama di perjalanan, setelah kereta bayi Rama telah dilipat dan dimasukkan, aku pun masuk mobil dan duduk diam .

Suamiku menghidupkan mesin, dia mengendarai mobil dalam diam dan itu membuatku serba salah, aku duduk gelisah, ingin mengajaknya bicara tapi ragu dia akan marah .

" Say gak suka tingkah kamu yang begini Vita , kamu mematahkan kepercayaan saya sama kamu dan itu ada konsekuensinya "

Aku merinding takut mendengarnya berbicara seperti itu, menelan air liur saja terasa sulit sekali karena aku tahu tindakan ku kali ini memang sangat salah.

" Maaf, mas Vita janji gak akan ulangi lagi, Vita cuma... Cuma mau nikmatin waktu sama teman teman, Vita bosen dirumah "

" Dan kamu mau bikin Rama sakit? Itu mau kamu ?

Aku lekas menggeleng, rasanya perih sekali karena dia menuduh ku seperti itu, aku tahu aku salah, tapi tidak mungkin aku sengaja melukai putraku sendiri.

" Nggak gitu mas,, Vita jagain Rama terus, Kenapa mas Endrick gak bisa percaya sama Vita ? Emangnya Vita Setega itu biarin Vita sakit ? Balas ku sedikit membantah ucapannya .

" Lucu kamu, bilang gak mungkin tega tapi nekad bawa anak ke tempat gak beres kayak begitu, kumpul kumpul sama orang gak jelas, di tempat rawan penyakit, itu yang kamu bilang gak bakal tega? Yang saya lihat cuma kamu lebih mementingkan ego dari pada logika, dan itu tindakan orang bodoh."

Air mataku berkumpulan di pelupuk mata, rasanya sakit sekali karena di tegur seperti itu oleh mas Endrick, aku tahu bagaimana jika mas Endrick marah, tapi tidak pernah menduga kalau dia memandangku seperti itu.

Aku tidak mau menjawab perkataaan mas Endrick dan lebih memilih menyudutkan diriku di pinggir mobil lalu menangis, aku kesal, kecewa mendengar ucapan mas Hendrick, Aku tahu aku salah, tapi apakah dia tidak mau introspeksi dulu? Kenapa selalu menyalahkan aku .

Beberapa menit penuh keheningan, aku merasakan mobil berjalan lambat lalu berhenti di pinggir jalan, kurasakan ada memegang lenganku dan berusaha menariknya, tapi aku lekas menepisnya .

" Vita "

" Nggak mau ," tolak ku "

" Liat saya dulu "

" Vita gak mau " ucap ku lagi dan suara ku terdengar bergetar getar karena menangis.

Aku mendengar helaan nafas sebelum tiba-tiba bahuku ditarik lalu dibiarkan tenggelam dalam pelukannya, tangisan ku terasa semakin keras, luluh juga rupanya di dalam dekapan hangat suamiku ini, Astaga, aku sedang kesal, tapi aku butuh pelukan nya.

" Saya cuma ingin yang terbaik untuk kamu dan Rama, saya gak mau kalian kenapa-kenapa makanya saya tegas sama kamu, maaf sudah membentak kamu, Vita " bisiknya sambil mengucup pelipis ku, aku memejamkan mata lalu mengangguk kepadanya, jika mas Endrick bersikap seperti ini, mana bisa aku marah lagi.

" Vita takut dimarahin kaya gitu , mas jangan ulangi lagi " balasku dan dia hanya mengangguk saja.

Entahlah apakah dia mendengarkan permintaanku kali ini , kita lihat saja .

" Ya , saya tidak akan ulangi "

Perasaanku jadi lumayan tenang, aku tidak suka bertengkar seperti ini dengan suamiku, aku akui ini memang salah ku, seharusnya aku tidak bertingkah seperti tadi .

" Maafin Vita, mas , harusnya Vita dengerin kata mas Endrick " aku mendongak menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, dia cuma menatapku tanpa ekspresi apapun lalu perlahan wajah nya mendekat dan mencium bibir ku lembut .

Mas Endrick, bagaimana bisa aku tidak terpesona oleh semua perlakuan mu ?

BERSAMBUNG ..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status