Share

Flashback 3

Nyatanya, tekad Harsa untuk tidak sering bertemu dengan Sera ternyata hanya sekedar wacana belaka. Entah mengapa, semakin niat menjauh, semakin mudah pula mata Harsa menangkap presensi gadis cantik itu dimana pun ia berada.

Bukankah itu tandanya takdir menginginkan mereka untuk lebih dekat lagi? Maka dari itu Harsa pun menyerah dan memutuskan untuk mengikuti hidup sesuai alur. Yaitu menerima siapa saja yang datang dan membiarkan siapa saja yang menjauh.

Harsa tidak akan memaksakan kehendaknya yang belum tentu menjadi kehendak Tuhan juga.

Dan setelah menjalani banyak hari bersama, hubungan Harsa dan Sera kian dekat. Keduanya semakin nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Tak jarang pula Harsa mengantar Sera pulang dengan banyak alasan yang tak bisa Sera tolak.

Meski memang Sera tidak akan mungkin menolak. Karena ia pun mengakui bahwa bersama Harsa dirinya merasa terlindungi.

Hari itu, Perusahaan tengah merayakan ulangtahunnya yang kesekian. Staff maupun karyawan biasa wajib untuk ikut andil dalam penyelenggaraan acara. Berbagai hiburan dan door prize tak satupun terlewat.

Ada yang bernyanyi, berjoget, hingga menampilkan sulap amatir yang banyak mengundang tawa. Hingga pada waktu puncaknya...

"Oke guys sebelum kita masuk ke akhir acara, saya mau merealisasikan sesuatu dulu nih." Ujar salah satu staff yang menjadi host dadakan itu tak pelak membuat seluruh mata menatap penasaran.

"Saya dapet kabar nih, kalo belakangan ini banyak sekali yang lagi pedekate ya? Nah dari surat yang saya terima....gak tau sih ini dari siapa tapi....intinya saya diminta untuk memberi kesempatan pada siapa aja yang mau mencurahkan isi hatinya sama gebetan di malam yang indah ini. Ayo! Siapa yang mau maju duluan?"

Riuh antusias terdengar kemudian. Tak sedikit karyawan maupun staff saling menunjuk dan mendorong teman mereka untuk ikut serta dalam kesempatan ini.

"Sa, lo gak mau ikutan?"

Tama, teman Harsa yang duduk di sampingnya berbisik.

Si empunya menoleh, "enggak ah, malu.."

"Lah kok malu, kesempatan ini Sa. Mau kapan lagi?"

"Ya kan gak di depan banyak orang juga Tam."

"Yaelaa justru ini momennya tepat banget. Kalo lo di terima, semua orang di perusahaan ini otomatis tahu kalo lo pacar si Sera. Gak akan ada lagi tuh yang berani gangguin dia."

"Kalo iya di terima, kalo di tolak? Mau di taruh dimana muka ku?"

Tama berdecak, sejak awal yang menahan Harsa untuk tetap memendam perasaannya itu adalah karena ketidakpercayaan dirinya yang terlalu besar.

"Gue yakin banget lo gak bakal di tolak. Sera keliatan banget suka sama lo."

"Jangan bikin aku geer Tam."

"Yeee bukan begitu Harsaaaa." Lama-lama Tama jadi gemes juga.

"Oh baik, ini dia orang yang bakal nyatain cintanya hari ini. Coba perkenalkan dulu namanya siapa?" Suara host terdengar kembali sukses membuat aula yang tadinya bising menjadi senyap dalam sekejap.

"Nama saya Indra."

"Okey Indra, jadi.. siapa yang ingin anda ajak untuk ke depan dan mendengar curahan hati anda?"

Lelaki itu tersenyum salah tingkah. Terlihat sekali kalau dia sedang gerogi.

"Seraphina." Katanya.

Tak jauh di kerumunan sana mata Harsa melotot tidak santai.

"Tuh kan Sa, di embat orang kan jadinya." Bisik Tama lagi dengan nada kesal.

"Seraphina? Ayoo Sera maju sini. Pangerannya mau bicara sesuatu ini.." Telinga Harsa berdengung ketika mendengar ucapan host nya yang menjengkelkan.

Mata Harsa melirik ke arah dimana Sera berada. Jelas sekali bahwa Sera terlihat tidak nyaman ketika karyawan lain bergantian menggodanya.

Mau tidak mau Sera pun harus maju. Dia berdiri disisi lain tak jauh dari host yang berada di tengah-tengah ia dan pemuda bernama Indra.

"Silahkan Indra, Sera nya sudah siap untuk mendengarkan." Host itu tersenyum penuh godaan seiring dengan langkah mundurnya yang menciptakan ruang bagi Indra dan Sera untuk bertatap muka.

Indra mengambil mic dan mengetuknya sebelum mulai berbicara.

"Sera..maaf yah saya udah lancang buat kamu gak nyaman. Tapi kalau bukan sekarang, gak tau kapan lagi saya punya keberanian buat nyatain semuanya ke kamu."

Sera terdiam. Dia tidak akan bicara apapun sebelum Indra menyelesaikan misi nyatakan cinta ini.

"Sera...saya suka sama kamu."

Wooooooooo!!!

Teriakan heboh terdengar. Membuat Indra semakin nervous dan Harsa yang semakin ngenes.

"Saya tahu, mungkin saya bukan lelaki yang paling baik di dunia. Tapi saya yakin kalau saya pasti bakal bikin kamu seneng terus saat berada disisi saya."

Suasana semakin panas. Ya, panas akan bara api cinta Indra pada Sera, di tambah panas dari api cemburu milik Harsa.

"Maaf kalau kesannya saya kurang baik dalam menyatakan perasaan saya ini." Indra menggaruk pipinya yang tak gatal. Bibirnya tak henti mengulas senyum saking malu dan senang dalam waktu bersamaan.

Sera meringis pelan. Pemuda di depannya adalah orang baik, Sera tahu itu. Tapi dari awal hati Sera sudah di ambil oleh seseorang dan itu bukanlah Indra.

Sera melirik Harsa yang tengah menatapnya dengan cemas. Apakah ini adalah waktu yang tepat untuk Sera menyatakan semuanya?

Kemudian atensinya kembali pada Indra. Sera menarik nafas sejenak, "Indra..maaf ya.."

Mendadak suasana jadi tegang. Air muka Indra terlihat tak siap untuk mendengar kelanjutan dari ucapan Sera. Tangannya yang memegang mic itu bergetar.

"Sebelumnya terimakasih karena kamu sudah berani menyatakan perasaan kamu ke aku. Tapi..kayaknya kita lebih cocok untuk jadi teman saja."

Helaan kecewa dari penonton mulai terdengar. Tapi tidak untuk Harsa yang kini menyungging senyum tipis disana.

Sakit hati? Jelas sekali. Tapi Indra bisa apa? Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk memiliki Sera. Tawa kecil Indra paksakan keluar dari bibirnya, namun sekarang dia sama sekali tak mampu untuk menatap lurus ke arah Sera sehingga dia memilih untuk menatap ubin yang dia pijak.

"Gak papa..." Katanya, sarat akan kecewa.

"Tapi kamu harus tahu Sera, saya gak pernah nyesel udah nyatain perasaan kamu ke aku."

Sera mengangguk sambil tersenyum tulus. Dan acara pun di akhiri oleh momen pernyataan cinta yang tak sesuai dengan harapan.

•••

"Mas Harsa!!"

Harsa menghentikan langkah ketika suara familiar terdengar memanggil namanya.

"Sera."

Harsa tersenyum lebar. Entah kenapa hatinya plong sekali. Seperti mendapatkan kebebasan di detik-detik eksekusi mati.

"Mas, aku boleh nebeng lagi gak?"

"Boleh dong Ser."

Sera tertawa, kemudian mengikuti Harsa untuk naik ke motor matic kesayangan pemuda itu.

"Mas!!"

"Ya?"

"Aku suka sama kamu."

Motor yang barusaja di gas itu langsung berjalan oleng. Untung Harsa bisa menahan keseimbangan sehingga mereka berdua tidak jadi jatuh.

"Eh kenapa mas?" Tanya Sera kaget dengan keolengan yang tiba-tiba.

Harsa memegang dadanya setelah berhasil me-rem motornya.

"Kamu tuh, bikin saya kaget."

Loh, justru Sera yang kaget karena hampir jatuh.

"Kasih aba-aba dulu dong kalau mau bilang begitu. Saya kan mendadak jadi lemes ini."

Astaga!

Sera tertawa kecil melihat tingkah pemuda yang di sukainya.

"Jadi gimana mas? Aku udah nolak Indra loh buat kamu."

Duuh, jantung Harsa jadi dag dig dug ser begini. Semoga aja dia kuat mengendarai motornya sampai ke tujuan.

"Kamu yakin mau sama saya Sera?"

"Emang mas gak suka sama aku?"

"Suka ..suka banget malah.. tapi aku kan—"

"Ya udah kalau begitu mulai hari ini kita pacaran!"

Harsa menahan nafas ketika Sera dengan berani melingkarkan kedua tangannya ke perut Harsa. Dia tidak pernah menyangka akan memiliki Sera sebagai pacarnya. Apalagi Sera yang terlebih dulu menyatakan cinta.

Dan Sera? Dia pun tidak menyangka bahwa perasaannya pada Harsa membuatnya lupa akan janji yang ia buat dengan sang Ayah.

•••

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status