Share

Bab 34

Penulis: SY
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-23 18:11:29

2 hari kemudian

Brian menatap ke arah pintu masuk ketika dua pria bertampang serem bertato dengan pakaian jeans usang seperti tidak pernah dicuci masuk ke dalam kafe. Orang-orang yang menyadarinya seketika terdiam sesaat.

"Selamat siang, mau pesan apa?" Brian memberanikan diri untuk melayani dua pria yang baru datang itu.

"Kau pernah lihat orang ini?" tanya salah satu pria seraya menunjukkan foto Isabella sementara pria satunya yang berdiri di belakangnya masih sibuk mengamati sekitar.

Brian melihatnya sekilas. "Memangnya apa hubungan kalian dengan dia?" tanya Brian sesantai mungkin.

"Itu bukan urusan kau. Jawab saja apa yang aku tanyakan." suaranya berubah menjadi lebih berat dan mengintimidasi.

"Aku tidak pernah lihat wanita itu. Ada hal lain?"

Pria tersebut terdiam. Matanya menyapu sekitar, menatap karyawan kafe yang tampak asing itu satu persatu dan orang yang dicarinya benar tidak terlihat di sana.

"Sepertinya dia memang tidak ada di sini." Pria di depan berbicara pada rekannya y
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 43

    Sesampainya di sana, hari sudah gelap. Luke melangkahkan kakinya menuju gedung tua yang tampak gelap tanpa ragu. Walaupun dalam hatinya ia merasa bila gedung itu tampak tak berpenghuni.Luke masuk sambil menghidupkan flashlight ponselnya untuk penerangan di dalam. "Isabella!" suaranya menggema dalam gedung kosong yang gelap dan mencekam namun ia tidak mendapatkan balasan. Suasana di sana terasa sunyi, dingin dan menyeramkan.Luke terus melangkah, cahaya ponselnya menyorot dinding kusam yang penuh lumut dan cat terkelupas. Debu beterbangan setiap kali ia menginjak lantai semen. Udara di dalam begitu pengap, membuat napasnya terasa berat.“Isabella!” panggilnya lagi, kali ini dengan suara lebih keras. Namun tetap saja sunyi. Beberapa saat kemudian, ia keluar dari gedung setelah menyadari tidak ada siapapun di sana.'Tidak ada siapapun di sini? apa Brian salah memberikan alamat? atau dia berniat menipuku?' Luke berpikir keras kemudian mengeluarkan ponselnya, mengecek kembali informasi ya

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 42

    Setelah memutuskan sambungan sepihak, Luke menyimpan ponselnya lalu melangkahkan kakinya keluar dari hotel. Ia akan berkeliling kota menggunakan taksi, ia akan mencari Brian dulu karena dia lah satu-satunya kunci saat ini.Dia duduk di kursi belakang, menoleh ke luar jendela sepanjang jalan, tatapannya tajam menyapu ke jalanan yang dilewatinya."Pak, apa kau tahu tempat-tempat biasanya gangster berkumpul?"Sang supir melirik Luke dari kaca spion atas. Tatapannya seolah menyiratkan kebingungan bercampur ketakutan. "Saya tidak tahu, Mas. Tapi biasanya basecamp gangster gitu berada di tempat tersembunyi di pinggiran kota atau jauh dari keramaian."Luke mengangguk kemudian menghela napasnya pelan, merasakan kesulitan dalam pencarian Isabella karena tidak memiliki petunjuk sama sekali. Sesekali ia memeriksa ponselnya dan belum juga ada kabar dari Brian."Pak, antar saya ke Violetta cafe saja," ujar Luke akhirnya. Ia memutuskan untuk pergi ke kafe, tempat di mana Brian kerja. Siapa tahu Bri

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 41

    Luke sadar bila semua mata di dalam kafe kini tertuju pada mereka. Suasana mendadak hening, penuh bisik-bisik tak jelas. Dengan rahang mengeras, ia langsung menarik paksa lengan Brian dan menyeretnya keluar.Mariana hanya bisa memandang dengan cemas. Ia menggigit bibir, bimbang apakah harus ikut campur atau tidak. “Siapa sebenarnya pria itu?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.Begitu berada di luar, Brian sontak menarik dirinya dari genggaman Luke dengan kasar. Tatapannya menusuk.“Apa kau pikir aku ini sampah yang bisa seenaknya kau tarik begitu saja?!” bentaknya, suaranya bergetar menahan emosi. “Apa kau tidak punya sopan santun? Siapa kau sebenarnya? dan apa hubungan kau dengan Isabella?”Luke menatapnya tajam, dadanya naik turun. “Aku suaminya Isabella,” jawabnya tanpa ragu.Mata Brian terbelalak, jantungnya serasa berhenti berdetak namun sekian detik kemudian ia menggelengkan kepalanya.“Kau pikir aku bisa percaya begitu saja? Kalau memang benar, kenapa selama ini kau tidak pe

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 40

    Luke tidak bisa tidur sepanjang malam, ia menunggu fajar datang. Hatinya gelisah takut rencana keberangkatannya akan diketahui Papanya.Setelah jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Luke keluar dari kamar sambil menenteng tas jinjing pria hitam, melangkah mengendap-endap dengan tatapan tajam mengawasi sekitar.Ia berhasil sampai ke lift tanpa ada yang tahu, hendak menuju lantai dasar.Setibanya di lantai dasar, ia dapat melihat beberapa pelayan yang sedang mondar-mandir melakukan tugasnya."Selamat pagi, tuan Luke!" Seorang pelayan wanita menyapanya."Pagi.""Tuan, mau ke mana pagi-pagi begini?""Saya ada urusan penting," jawabnya kemudian melirik ke sekitarnya sebelum bergerak mendekat, membisikkan sesuatu pada pelayan tersebut. "Kalau nanti Papa saya nanya, bilang saja saya pergi ke Roma untuk perjalanan bisnis. Saya belum sempat memberitahunya."Pelayan itu mengernyitkan dahi sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baik, Tuan." Setelah dirasa aman, Luke berjalan cepat keluar dari ru

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 39

    "Bella, ini pesanan untuk meja nomor 9.""Ok." Bella menerima pesanan yang sudah dibuat oleh Brian lalu mengantarkannya ke meja yang dituju. Isabella masih sibuk melayani pelanggan siang ini. Ia bolak-balik ke meja bar dan ke meja pelanggan untuk mencatat dan mengantarkan pesanan pelanggan. Walaupun lelah tetapi ia senang bisa melakukan sesuatu yang baru di hidupnya, lagipula dia juga mulai terbiasa setelah 2 bulan di sana.Beberapa saat kemudian, jam telah menunjukkan pukul 4 sore, sudah saatnya untuk ganti shift. Isabella melepas apron coklat yang menempel di tubuhnya lalu menggantungnya dan bersiap untuk pulang. Jam kerjanya sudah habis hari ini."Bella, kau pulang denganku 'kan?" tegur Brian yang sedang membereskan meja kerjanya. Brian mulai terbiasa memanggil Isabella dengan nama panggilan kesukaannya Isabella itu."Iya."Setelah membereskan barang-barang bawaannya, Brian keluar bersama Isabella. Brian sengaja membukakan pintu mobil untuk Isabella. Mereka saling melempar senyum s

  • Cinta Terlarang Sang Mafia   Bab 38

    "Kau memecat Sunny?" tanya Bill, menatap ke arah putranya yang duduk di sofa sebelahnya dengan tatapan tak percaya. Baru sehari menjadi bos tapi dia sudah berani memecat karyawan. Mereka sedang berada di ruangan pribadi Bill, duduk di sofa kulit maroon dalam ruangan Bill.Luke mengangguk tanpa takut. "Aku tidak suka dengan dia. Dia berani menggodaku.""Dia menggoda kau? tak biasanya dia seperti itu.""Aku tidak peduli, yang penting sekarang aku butuh sekretaris baru dan aku maunya laki-laki. Cerdas, pekerja keras, profesional dan bisa dipercaya," kata Luke tegas seolah perkataannya tidak bisa diganggu gugat.Bill terdiam beberapa saat, jari-jarinya mengetuk pelan lengan sofa yang terbuat dari kayu. Tatapannya tajam, seolah sedang menimbang sesuatu. “Luke, kau harus ingat. Setiap keputusan yang kau buat, sekecil apa pun itu, akan jadi bahan pembicaraan di perusahaan. Orang-orang akan menilai kau gegabah kalau kau memecat Sunny tanpa alasan jelas. Apalagi hari ini hari pertama kau di pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status