Home / Romansa / Cinta Terlarang / Prank Yang Menjengkelkan

Share

Prank Yang Menjengkelkan

Author: Evi Tamala
last update Huling Na-update: 2021-08-21 21:12:14

Keesokan harinya seperti biasa aku dan Alif berangkat kuliah dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan Alif mampir di Warung Buk Asih untuk sarapan pagi.

Setelah berjalan beberapa menit, sampailah aku dan Alif di lingkungan kampus. Mungkin karena masih terlalu pagi, jadi hanya beberapa orang aja yang datang.

"Lif, ke kantin yuk?" ajakku.

"Ngapain? Kita kan udah sarapan tadi di Warung Buk Asih," sahutnya.

"Ya ... kita minum teh aja yuk sambil nunggu temen yang lain datang," jawabku.

"Aku mau ke perpus aja," balasnya.

"Ngapain?" tanyaku penasaran.

"Aku mau cari Novel buat aku baca di kosan nanti. Bosen main game terus," jawabnya.

"Oh perlu aku temenin?" tanyaku lagi.

"Enggak usah. Kamu ke kantin aja dulu, nanti setelah aku menemukan novel kesukaanku, aku akan nyamperin kamu," ucapnya.

"Oke, aku ke kantin dulu kalau gitu," ujarku. Alif pun menganggukkan kepala.

Lalu aku dan Alif berpencar, aku ke kiri sedangkan Alif ke kanan. 

Sesampai di kantin, aku langsung memesan Teh hangat sama Ibu Ida, pemilik kantin.

"Bu, teh hangatnya ya satu," ucapku.

"Iya. Ibu buatkan dulu ya," tuturnya ramah.

"Iya, Bu. Saya tunggu di Meja nomer enam ya," kataku sopan.

"Iya, nanti Ibu antar kesana." Aku menganggukkan kepala lalu berjalan menuju meja nomer enam.

Di Meja nomer enam, aku duduk santai menikmati hidup. Di kantin itu hanya ada beberapa saja, jika di hitung tak sampai 50 orang padahal jika rame banget bisa menyentuh angka 300 orang.

Dan yang jual pun ada 7 gerai yang berjajar. Ada yang jual Nasi Goreng atau Nasi Rames Campur, Nasi Lalapan, Nasi uduk atau Nasi Kuning, Mie Instan, Gorengan, Batagor dan Somay, Bakso, Aneka jus dan Ice blender, Seblak, Sosis bakar, Mie Ayam, Salad, Soto Lamongan, Rujak Buah dan lain sebagainya. Termasuk teh dan kopi pun juga tersedia disana.

Sambil nunggu teh yang juga belum datang, aku mengambil Hpku dari saku celana dan membuka sosial mediaku. Namun tiba-tiba seseorang menyebut namaku.

"Ham, boleh aku duduk di sini?" tanyanya. Tanpa aku lihat wajahnya, tentu aku tau siapa pemilik suara merdu ini. Siapa lagi kalau bukan wanita yang telah mencuri hatiku.

"Boleh, duduk aja. Lagian juga kosong kog," jawabku sambil menoleh sebentar dan pura-pura sibuk kembali dengan Hpku. Padahal sekarang fokusku bukan lagi ke Hp tapi ke Nesha.

"Alif mana?" tanyanya.

"Di perpus lagi cari novel," jawabku. Gila, bener-bener gila, parfum Nesha benar-benar membuatku rasanya seperti melayang. Entah parfum apa yang ia pakai, tapi selalu saja membuatku merasa nyaman.

"Tumben nyari novel?" tanyanya lagi.

"Katanya dia bosen main game terus, jadi mau beralih ke novel," balasku.

Tak lama kemudian Ibu Ida datang, tapi ia tidak hanya membawa teh hangat tapi juga Jus Melon. Tentu aku tau milik siapa juz itu, pasti milik Nesha karena setauku, dia paling suka Jus Melon.

Entah kapan Nesha memesan Jus melon tersebut, tau-tau sudah di antar oleh Ibu Ida. Aku pun malas bertanya, aku hanya bisa menerka-nerka, mungkin ia memesan sebelum ia menghampiriku.

"Makasih ya, Bu," ucapku begitupun dengan Nesha, tak lupa ia juga mengucapkan terimakasih karena sudah di antarkan pesanannya. Padahal sebenarnya memang ini adalah hal biasa, pesan, lalu memberi tau nomer tempat duduknya atau nomer mejanya, nanti Ibu Ida yang mengantarkan pesanannya. Bukan hanya Ibu Ida tapi memang semua pemilik gerai melakukan hal yang sama karena menurut mereka, pembeli adalah raja.

Tapi tetap saja, kalau menurutku aku harus mengucapkan terimakasih agar merekapun merasa di hargai.

"Ham," panggilnya lagi setelah ia selesai meminum Jus Melon kesukaannya. Aku pun yang belum menyentuh Teh hangatku dan pura-pura fokus ke Hp langsung menoleh ke arahnya.

"Ada apa?" tanyaku sambil melihat ke arahnya.

"Kamu tampan," pujinya membuat pipiku pasti merona. Astaga, kenapa ia memuji aku terang-terangan seperti ini. Aku emang sering mendengar teman-teman perempuanku yang ada di kelas memuji ketampanan dan penampilanku. Bukan aku gr, tapi aku mendengar langsung saat mereka ngomong, hanya saja aku pura-pura tak dengar.

Tapi ini, wanita yang aku suka, dia memujiku langsung di hadapanku. Lalu aku harus merespon gimana? 

"Ya aku tampan, aku akui itu karena aku ini kan cowok. Kalau kamu bilang aku cantik, baru itu aneh hehe," jawabku mencoba untuk tak menampakkan rasa kegugupanku.

"Ya tapi sebagai cowok, kamu sangat tampan. Bahkan sekelas, kamu yang paling tampan. Kalau aku suka kamu, gimana?" tanyanya.

Jujur aku kaget, semudah itukah dia bilang rasa sukanya terhadapku. Ya Tuhan, aku harus jawab apa. Aku bahkan bukan hanya suka padanya tapi cinta. Tapi, aku tak mungkin jujur akan perasaanku. Aku tak mau siapapun tau tentang perasaanku kecuali Allah yang memang maha tau segalanya.

"Hei, kog diam?" tanyanya.

"Emmm aku gak tau harus jawab apa," jawabku.

"Baiklah, aku ubah pertanyaanku. Kamu suka gak sama aku?" tanyanya lagi. Menurutku, pertanyaan yang ini malah paling sulit untuk aku jawab.

Ya Tuhan, ada apa dengan Nesha. Kenapa dia tiba-tiba menanyakan hal aneh seperti ini.

"Kamu kenapa sih, kayak kaget gitu. Santai aja kali, jika memang kamu gak bisa jawab. Aku gak maksa kog," jawabnya santai sambil meminum kembali Jus melonnya. Seakan-akan pertanyaan dia adalah hal biasa.

"Hahahaha," tiba-tiba dia tertawa membuatku kaget. 

"Ada apa?" tanyaku, siapa tau dia lagi kesurupan atau apa.

"Kamu tuh jangan tegang gitu kali, aku kan cuma bercanda. Cuma prank," ujarnya sampai terus tertawa sampai menjadi pusat perhatian orang-orang yang mulai berdatangan ke kantin.

"Gak lucu, lain kali jangan prank masalah seperti itu," kataku kesal.

"Hehe iya, Maaf. Habisnya aku di cuekin sih sama kamu. Kamu terlalu sibuk sama hp kamu, emang kamu lagi nonton apa sih sampai aku di anggurin," ujarnya penasaran.

"Enggak ada. Hanya lihat-lihat aja," jawabky sambil mematikan Hpku dan menaruhnya di saku celana.

Lalu aku minum teh hangat yang sudah mulai dingin. Jujur pertanyaan Nesha tadi terus membekas di benakku. Andai itu kenyataan, sejujurnya aku senang karena Nesha menyukaiku karena itu artinya cintaku tak bertepuk sebelah tangan. Tapi aku selalu sedih, setiap kali ingat, kalau aku dan dia itu berbeda.

Saat aku dan Nesha ngobrol, Alif pun datang sambil membawa beberapa buku novel di tangan kanannya.

Lalu Alif duduk di samping aku, dan tak lama kemudian Shafa pun juga datang. Entah bagaimana mereka bis datang hampir bersamaan seperti in atau mereka itu sehati.

Shafa duduk di samping Nesha yang berhadapan langsung dengan Alif.

Lalu kami pun ngobrol berempat. Tapi entah kenapa aku merasa, kalau Nesha dan Shasha itu kadang sering memperhatikanku. Apakah ini hanya perasaanku aja karena aku merasa kurang nyaman, aku pun mengajak Alif keluar dari kantin dengan alasan kalau aku mau ngajak Alif untuk pergi ke koperasi untuk membeli peralatan kuliah. Padahal mah aku cuma berbohong, tapi biar gak dosa, aku pun tetap beli pulpen disana. Walaupun pulpenku yang beli bulan lalu masih ada dan tersimpan rapi di dalam tas.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Terlarang   Alif's Feelings

    Pov Alif Perkenalkan namaku Alif, aku mempunyai sahabat bernama Ilham, dia laki-laki yang sangat baik, tampan, gagah, sholeh, ulet dan cinta akan kebersihan. Dia juga pekerja keras dan punya semangat belajar yang tinggi. Andai aku jadi perempuan, aku pasti mencintainya. Sayangnya aku laki-laki, jadi aku hanya sekedar mengaguminya saja. Beberapa bulan mengenalnya membuat aku mulai mengenal sifat dia, termasuk gerakan tubuhnya yang membuat aku mengerti. Seperti saat ia yang ternyata diam-diam menyukai salah satu teman kami yang tak lain bernama Nesha, sayangnya dia wanita yang berbeda keyakinan dengannya. Walaupun ia tak cerita, namun aku tau ia selalu berperang batin dengan apa yang ia rasakan. Di satu sisi, ia mulai mengenal cinta, bahkan mungkin Nesha merupakan cinta pertama untuknya tapi di sisi lain, ia sadar bahwa mereka tak mungkin bersatu, terlebih ia tak mau mengecewakan kedua orangtuanya yang sudah mengizinkan dirinya untuk kuliah di kota, jauh dari A

  • Cinta Terlarang   Prank Yang Menjengkelkan

    Keesokan harinya seperti biasa aku dan Alif berangkat kuliah dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan Alif mampir di Warung Buk Asih untuk sarapan pagi.Setelah berjalan beberapa menit, sampailah aku dan Alif di lingkungan kampus. Mungkin karena masih terlalu pagi, jadi hanya beberapa orang aja yang datang."Lif, ke kantin yuk?" ajakku."Ngapain? Kita kan udah sarapan tadi di Warung Buk Asih," sahutnya."Ya ... kita minum teh aja yuk sambil nunggu temen yang lain datang," jawabku."Aku mau ke perpus aja," balasnya."Ngapain?" tanyaku penasaran."Aku mau cari Novel buat aku baca di kosan nanti. Bosen main game terus," jawabnya."Oh perlu aku temenin?" tanyaku lagi."Enggak usah. Kamu ke kantin aja dulu, nanti setelah aku menemukan novel kesukaanku, aku akan nyamperin kamu," ucapnya."Oke, aku ke kantin dulu kalau gitu," ujarku. Alif pun menganggukkan kepala.Lalu aku dan Alif berpencar, aku ke kiri sedangka

  • Cinta Terlarang   Suka Sholawatan

    Suka SholawatanJam 8 malam, Nesha datang dengan membawa mobilnya yang biasa ia pakai ke kampus. Kebetulan Alif juga lagi gak ada, ia pergi ke kosan untuk mengambil roti yang kurang dua dus lagi."Hei, gimana laris?" tanyanya sambil duduk di kursi plastik yang aku sediakan. Emang aku menyediakan 5 kursi plastik. Dua di antaranya di pakai untuk aku dan Alif, sedangkan yang tiga untuk pelanggan yang menunggu, biar gak capek berdiri terus, jadi bisa duduk biar lebih nyaman nunggunya."Alhamdulillah, laris," jawabku sambil sibuk membolak-balikkan roti yang ada di atas panggangan, setelah itu aku lanjut memakai mentega di roti yang mau aku bakar. Dan lanjut menaruh selai di tengah-tengah roti yang sudah aku belah jadi dua bagian.Roti yang sudah matang aku angkat lalu aku taruh di kertas minyak yang sudah aku siapkan. Gara-gara tak ada Alif, aku jadi kerepotan sendiri."Gimana pesananku, sudah selesai?" tanyanya lagi."Belum, kurang lima belas bu

  • Cinta Terlarang   Pesanan Nesha

    Keesokan harinya aku dan Alif pergi jalan-jalan karena besok sudah harus masuk kuliah lagi jadi tak mungkin bisa jalan-jalan kecuali nunggu hari Jumat.Pertama-tama aku dan Alif pergi ke Taman Bungkul naik ojek, sampai ke jalan besar, aku memilih berhenti dan naik Bus Surabaya, aku dan Alif memilih keliling dulu sebelum akhirnya berhenti di dekat Taman Bungkul.Untuk menggunakan Bus Surabaya tak perlu pakai uang, cukup bayar dengan botol bekas. Jadi lumayanlah hemat uang. Untung aku dan Alif setiap beli minuman botol, botolnya gak pernah di buang dan selalu di simpan sehingga bisa di manfaatkan di saat seperti ini.Di Taman Bungkul, kami hanya sebentar, sekitar dua jam saja, lalu lanjut pergi ke Tugu Pahlawan. Di sana, aku bisa menikmati pemandangan yang bagus dan juga bisa melihat-lihat sejarah pahlawan, bahkan jika masuk ke museum, kita bisa melihat berbagai macam peralatan pahlawan yang di simpan baik sampai sekarang.Setelah puas melihat-lihat Tugu Pa

  • Cinta Terlarang   Lancar Jaya

    Setelah puas bermain Basket, aku dan Alif pun pamit pulang lebih dulu sedangkan yang lain masih terus bermain entah sampai jam berapa. Sesampai di kos, aku dan Alif masuk ke kamar masing-masing untuk mandi dan salat Ashar karena jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Selesai salat, aku masih menyempatkan waktu mengaji walaupun hanya beberapa lembar saja sambil nunggu adzan Maghrib. Setelah adzan Maghrib, aku dan Alif pun bersiap-siap menata dagangan di gerobak, baru setelah itu aku langsung berangkat bareng Alif.Sesampai di taman, aku langsung melayani pelanggan yang ternyata ada dua orang yang sudah menunggu di taman, menunggu roti bakar buatanku karena kata mereka, rasanya sangat enak dan pas di lidah.Sedangkan Alif ia juga ikut membantuku, ia tak perlu lagi teriak-teriak seperti di awal. Karena kini usaha ini juga sudah mulai terkenal di daerah ini."Oh ya, Ham. Ini ada yang order lima orang, katanya mau di ambil setengah jam lagi, ia masih d

  • Cinta Terlarang   Rasa Yang Salah

    Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu. Aku dan Nesya semakin hari semakin akrab dan rasa kagumku semakin hari juga semakin membuncah, entah kenapa setiap kali ada di dekatnya aku merasa sangat nyaman sekali.Sedangkan Shafa, ia juga selalu mencari perhatianku, padahal sedikitpun aku tak tertarik dengannya. Aku bahkan sampai merasa gak enak sendiri sama Alif, karena Alif mengatakan padaku, ia menyukainya."Ham, kamu suka kan sama Nesya?" tanyanya waktu itu."Enggak," jawabku berbohong."Kamu mungkin bisa membohongiku, Ham. Tapi kamu tak bisa membohongi diri kamu sendiri. Aku bisa melihat kalau kamu mulai nyaman dengan Nesya begitupun dengan aku. Hanya saja sayangnya cintaku bertepuk sebelah tangan, karena wanita yang aku cintai, ternyata mencintai kamu," balas Alif."Aku gak mau mengurus percintaan dulu, aku ingin fokus kuliah agar bisa membahagiakan orang tuaku, aku juga ingin fokus sama usaha kita, biar bisa maju dan berkembang. Lagian

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status