Share

Wanita Yang Menarik Perhatian Ilham

Satu Minggu telah berlalu. Selama seminggu berturut-turut, setiap malamnya aku dan Alif tak pernah absen jualan roti bakar di taman. Keuntungannya pun lumayan. Setiap uang yang di peroleh di bagi tiga, untuk modal, untukku dan untuk Alif. Aku juga tak hanya jualan ofline tapi juga online untuk menambah penghasilan. Bagi mereka yang malas keluar, bisa memesan lewat online dan nanti ada ojol yang akan menjemputnya dan mengantarkan ke mereka yang memesan. Tentu ongkos kirimnya di tanggung oleh pihak pemesan atau pembeli. 

Dan kini di Hari Senin, aku dan Ilham pun mulai kuliah. Aku menggunakan celana hitam dan baju kemewa warna putih dan juga sepatu hitam sesuai instruksi yang di terima lewat pesan grup. Ini adalah hari pertama OSPEK, yang merupakan singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus yang tujuannya untuk mengenalkan mahasiswa baru tentang dunia perkulihaan. Mahasiswa baru biasanya akan di kenalkan pada istilah-istilah dasar dan sistem diperguruan tinggi. 

"Ham, kamu sudah selesai, belum?" tanya Alif dari luar pintu. Aku yang baru selesai sholat dhuha pun langsung menyahutnya.

"Sudah, bentar lagi aku keluar," jawabku sambil melipat sejadah dan mengambil tas yang hanya berisi pulpen dan buku. Setelah selesai, aku segera keluar dari kamar kosku. Tak lupa aku mengunci pintu agar tak ada orang lain yang masuk sembarangan ke kamarku.

"Wuih, cakep benar dah kamu, Ham. Kayak model tau gak," baru juga keluar, Alif langsung memujiku.

"Kamu itu selalu berlebihan kalau  muji orang. Ayo berangkat, nanti kita telat," ajakku setelah selesai mengunci pintu. Aku dan Alif pun berjalan keluar dari kos-kosan dan pergi menuju kampus yang tak jauh dari kosan. Aku juga tak perlu naik angkot atau ojek, tapi cukup jalan kaki sekalian olah raga pagi agar sehat.

"Kenapa ya harus ada ospek segala, padahal juga aku sudah tau semuanya," gerutu Alif yang masih di dengar olehku.

"Emang kamu tau dari mana?" tanyaku.

"Dari peramban hehe," jawab Alif tersenyum.

"Ya ampun, tak fikir dari mana. Memang sih, bukan cuma kamu aja yang tau mengenai kampus itu, karena aku pun juga sudah membacanya di peramban. Cuman kan info yang ada di peramban itu hanya info-info formal aja. Iya gak sih? Sedangkan kita kan juga butuh informasi informalnya, seperti bagaimana kita lulus di kelasnya Dosen yang katanya killer. Lalu dimana lokasi warteg yang enak tapi murah di dekat kampus, dan banyak hal-hal kecil lainnya yang harus kita ketahui melalui ospek ini. Kalau kita sudah faham, sebagai anak maba tentu kita gak akan kebingungan lagi seperti anak ayam yang kehilangan induknya hehe," tuturku menjelakan.

"Iya juga sih, cuman kadang aku takut kalau ospek. Soalnya aku lihat di youtube, ada yang sampai di siksa layaknya binatang, ngeri aku lihatnya," balasnya. Aku hanya terkekeh mendengarnya. Aku tak menyangka kalau Alif takut ospek gara-gara lihat ospek di youtube.

"Tapi kan gak semua kampus kayak gitu, hanya kampus tertentu aja. Dan setau aku dikampus kita, gak ada ospek yang sampai menyakiti anak maba, paling cuma tugas-tugas yang cukup aneh dan dengan deadline yang super cepat. Tapi tenang aja, walaupun kita gak sampai menyelesaikan tepat waktu, paling hukumannya cuma nyanyi di depan anak-anak dan menyatakan cinta pada kakak senior. Itu sih yang aku baca di peramban dan juga baca di beberapa comen yang ada di IG karena kebetulan aku juga follow kampus kita,"

"Wah kayaknya pengetahuan kamu lebih banyak dari aku ya," puji Alif.

"Iya gak juga sih dan yang paling penting kita itu harus dekat dengan senior senior kita," ucapku memberitahu.

"Kenapa harus dekat sama mereka, buat cari perhatian tah?" tebak Alif.

"Astaga kenapa harus cari perhatian, bukanlah. Dekat dengan senior itu seperti kita menemukan barang berharga, karena kita akan banyak mendapatkan ilmu informal dari mereka seperti cara menguasai mata kuliah tertentu, cara ngadepin dosen galak, info lowongan magang dan sebagainya. Mereka juga bisa bantu kita seperti minjemin buku yang kita butuhkan,"

"Oh gitu, aku malah gak kefikiran ke sana sama sekali. Yang aku fikirkan masalah ospek dan nanti setelah kuliah gimana hehe,"

"Hemm, kalau kata orang-orang sekarang 'mainmu kurang jauh'," ujarku tertawa.

Karena keasyikan ngobrol, tak terasa aku dan Alif pun sudah sampai di depan kampus. Dan tiba-tiba seseorang datang menghampiri.

"Alif, Ilham, aku nunggu kalian dari tadi," sapa Shafa.

"Kenapa nungguin kita?" tanya Alif dengan wajah yang langsung ceria. Mungkin ia senang karena Shafa menunggu dirinya dari tadi.

"Aku gak punya teman dan aku kan cuma kenal kalian," jawab Shafa malu-malu.

"Kenapa gak kenalanan dulu sama mereka?" tanya Alif lagi.

"Aku malu," balasnya tersenyum.

"Enggak boleh malu. Kalau malu, malah nanti susah dapat temen,"

"Tapi aku gak tau caranya kenalan sama mereka?" ujarnya memberitahu. Ternyata selain pemalu, Shafa juga orang yang susah berkomunikasi dengan orang lain.

"Iya sudah untuk sementara waktu, kamu sama kami aja. Tapi apa gak masalah kamu punya temen cowok?" tanya Alif. Sedangkan aku hanya diam dan  mendengarkan percakapan mereka.

"Aku gak masalah kog," jawabnya berusaha meyakinkan Alif.

"Iya sudah, ayo masuk," ajak Alif.

Aku, Alif dan Shafa pun masuk ke lingkungan kampus, lebih tepatnya di tengah-tengah lapangan dan bergabung sama yang lain. Dan tak lama kemudian, kakak senior yang berjumlah 24 orang datang dan mulai menyuruh semua anak maba untuk berbaris yang rapi.

Setelah itu, kaka senior itu pun mulai memperkenalkan diri masing-masing. Selanjutnya, kakak osis itu secara bergantian memberitahu tata tertip yang akan di lakukan selama beberapa hari ke depan selama ospek berlangsung. Setelah selesai menjelaskan, barulah kakak senior itu memperkenalkan sejarah berdirinya kampus dan juga mulai memberitahu tata letak kampus itu agar tak ada yang kebingungan jika mau ke kamar mandi, mau ke perpus, mau ke kantin dan lain sebagainya. Mereka juga menjelaskan visi misi kampus ini dan yang terakhir ada permainan kecil yang di buat berkelompok, dimana satu kelompok berisi 4 orang. 

Aku, Alif dan Shafa yang baru tiga orang, merasa bingung karena kurang satu orang lagi tapi untunglah tak lama kemudian, ada wanita cantik dengan rambut sebahu menghampirinya.

"Boleh gak aku gabung sama kalian?" tanyanya dengan suara merdu.

"Gila, cantik banget," gumamku dalam hati.

"Boleh, nama kamu siapa?" tanya Alif biasa aja, walaupun tadi sempat kagum juga dengan kecantikan wanita tersebut, namun setelah memandang ke arah Shafa, rasa kagum itu menjadi biasa aja, beda denganku yang merasa salting.

"Nama aku Nesya," jawabnya tersenyum manis, dan lagi-lagi itu mampu menghipnotisku. Alif yang melihat ke arah arahku, langsung menyenggolnya.

"Biasa aja dong liatnya," sindir Alif membuatku malu dan menundukkan kepala lagi.

Akhirnya Nesha pun bergabung dengan kelompokku dan kami siap untuk menerima tugas yang di berikan oleh kakak senior.

Memang benar kata pepatah, untuk kita menganggumi seseorang hanya cukup satu detik saja.

Akankah rasa kagum itu menjadi rasa suka atau lebih parahnya berubah menjadi rasa cinta? hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status