Home / Romansa / Cinta Tuan Muda / Rahasia yang Mulai Terungkap

Share

Rahasia yang Mulai Terungkap

last update Last Updated: 2025-02-12 00:10:28

Aku tidak tahu sejak kapan perasaanku mulai berubah.

Awalnya, aku hanya merasa gugup setiap kali berhadapan dengan Mahendra. Namun, kini aku mulai merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar hubungan atasan dan bawahan. Setiap kali aku menatap matanya yang tajam, ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hatiku—perasaan yang bahkan tidak bisa aku jelaskan.

Namun, aku tahu satu hal: Mahendra bukan pria biasa.

Ada sesuatu yang disembunyikannya.

Sesuatu yang berkaitan denganku.

---

Hari ini, aku kembali ke kantor lebih awal dari biasanya. Aku ingin menyelesaikan beberapa dokumen sebelum Mahendra datang. Namun, baru saja aku duduk di mejaku, aku mendengar suara percakapan dari dalam ruang CEO.

“Apa kau yakin ini keputusan yang tepat?” Suara pria lain yang tidak kukenal terdengar dari balik pintu.

“Aku sudah memutuskannya,” jawab Mahendra dengan nada dingin.

“Tapi kau tahu siapa dia, kan?”

Aku terdiam.

Siapa yang mereka bicarakan?

Aku tidak berniat menguping, tetapi langkah kakiku terasa berat untuk pergi. Rasa penasaranku terlalu besar.

“Dia tidak boleh tahu,” kata Mahendra lagi.

Aku mencengkram dadaku. Apa yang tidak boleh aku ketahui?

Aku tidak sempat mendengar lebih lanjut karena pintu tiba-tiba terbuka. Seorang pria tinggi dengan setelan mahal keluar dari ruangan, dan matanya langsung bertemu dengan mataku.

Aku tidak mengenalnya, tetapi tatapan pria itu terlihat penuh keterkejutan.

Mahendra menyusul di belakangnya dan langsung menegang saat melihatku berdiri di sana.

“Alya?”

Aku menggigit bibirku. “M-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja…”

Mahendra menatapku beberapa detik sebelum akhirnya berbicara. “Masuk.”

Aku mengikutinya dengan ragu-ragu ke dalam ruangan. Pria yang tadi masih berdiri di dekat pintu, memperhatikan kami dengan ekspresi serius.

“Alya, ini Dion, sahabatku sekaligus pengacaraku,” kata Mahendra akhirnya.

Aku menatap pria bernama Dion itu dan mengangguk sopan. “Senang bertemu dengan Anda.”

Dion tidak menjawab. Ia hanya mengamati wajahku seolah sedang menganalisis sesuatu.

“Ada yang ingin kau tanyakan, Alya?” Mahendra bertanya, matanya masih menatapku tajam.

Aku hampir membuka mulut untuk bertanya tentang percakapan yang tadi kudengar, tetapi aku mengurungkan niatku.

“Tidak, Tuan,” jawabku akhirnya.

Mahendra masih menatapku seolah sedang mencari sesuatu dalam ekspresiku. Aku merasa jantungku berdebar lebih cepat, tetapi aku menahan diri untuk tetap terlihat tenang.

“Baiklah, kalau begitu, kau boleh kembali bekerja.”

Aku mengangguk, lalu berbalik menuju pintu. Namun, sebelum aku keluar, aku sempat mendengar suara pelan Dion.

“Dia sangat mirip, Mahen.”

Aku tidak tahu apa maksudnya, tetapi aku tahu satu hal:

Rahasia besar sedang disembunyikan dariku.

Dan aku bertekad untuk mencari tahu kebenarannya.

Aku tidak bisa berhenti memikirkan percakapan di ruang kerja Mahendra tadi pagi.

"Dia sangat mirip, Mahen."

Kata-kata Dion terus terngiang-ngiang di kepalaku. Siapa yang mereka maksud? Apakah aku mirip dengan seseorang yang mereka kenal?

Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Aku berusaha tetap fokus bekerja, tetapi pikiranku selalu kembali pada percakapan itu. Aku ingin bertanya langsung pada Mahendra, tetapi entah mengapa, aku merasa takut dengan jawabannya.

Saat jam makan siang tiba, aku memilih untuk pergi ke pantry sendirian. Aku butuh waktu untuk berpikir tanpa gangguan. Namun, saat aku menuangkan kopi ke dalam cangkir, suara langkah kaki membuatku tersentak.

“Alya.”

Aku hampir menumpahkan kopi saat mendengar suara berat itu. Aku menoleh dan melihat Mahendra berdiri di ambang pintu. Wajahnya tetap dingin, tetapi ada sesuatu di matanya yang berbeda hari ini.

“Y-ya, Tuan?” tanyaku hati-hati.

Dia berjalan mendekat, dan aku bisa mencium aroma maskulin yang selalu melekat pada dirinya. “Aku ingin bicara denganmu.”

Jantungku berdegup kencang. “Tentang apa, Tuan?”

Mahendra menghela napas, lalu bersandar di meja pantry. “Tentang sesuatu yang mungkin harus kau ketahui.”

Aku meneguk ludah. “Apa itu?”

Dia menatapku lama sebelum akhirnya berbicara, “Apakah kau pernah merasa… ada bagian dari hidupmu yang hilang?”

Pertanyaan itu membuatku membeku.

Bagian hidup yang hilang?

Aku mengerutkan kening, mencoba memahami maksudnya. “Saya tidak mengerti, Tuan.”

Mahendra menatapku lebih dalam, seolah ingin menelanjangi pikiranku. “Apa kau tahu siapa orang tuamu?”

Aku semakin bingung. “Tentu saja. Ayah dan ibu saya tinggal di desa.”

Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa kau yakin?”

Pertanyaan itu membuatku terdiam. Tentu saja aku yakin… bukan?

Namun, sesuatu di dalam diriku mulai ragu. Aku memang tidak mirip dengan Ayah dan Ibu. Sejak kecil, banyak orang berkata bahwa wajahku berbeda dari mereka. Tapi aku tidak pernah mempertanyakan itu. Aku selalu percaya bahwa aku adalah anak mereka.

“Apa maksud Anda, Tuan?” tanyaku akhirnya.

Mahendra tidak langsung menjawab. Dia hanya menatapku lama sebelum akhirnya berkata, “Lupakan. Aku hanya bertanya.”

Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan pergi.

Aku berdiri di sana, masih mencoba mencerna percakapan barusan. Perasaan gelisah mulai merayapi hatiku. Ada sesuatu yang tidak beres.

Dan aku bertekad untuk mencari tahu apa itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tuan Muda   Suasana semakin tegang

    Malam itu, aku duduk di dalam mobil Om Martin, jari-jariku bermain di ujung gaun yang kukenakan. Hawa dingin dari AC menyelimuti tubuhku, tapi pikiranku justru terasa panas, berputar-putar memikirkan semua yang telah terjadi hari ini."Kamu capek?" suara Om Martin terdengar lembut, membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan melihatnya tersenyum, tatapan matanya yang teduh membuat dadaku berdesir.Aku menggeleng pelan. "Nggak, aku cuma... banyak mikir aja."Dia mengangguk seakan mengerti. "Kalau ada yang ingin diceritakan, aku siap mendengar."Aku menghela napas, mencoba menyusun kata-kata. "Aku cuma merasa aneh. Rasanya... terlalu nyaman berada di dekat Om. Seperti ada sesuatu yang mengisi ruang kosong di hatiku. Tapi di sisi lain, aku takut kalau ini hanya perasaan sesaat."Om Martin terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku juga merasakannya, Laura. Aku tahu aku bukan ayahmu, dan aku tidak akan pernah bisa menggantikannya. Tapi kalau keberadaanku bisa membuatmu merasa lebih baik, aku berse

  • Cinta Tuan Muda   Semakin rumit

    Laura menatap sosok di hadapannya dengan napas tertahan. Jantungnya berdebar kencang saat dia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Orang itu berdiri di ambang pintu, matanya menatap Laura dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan."Kamu... kenapa bisa ada di sini?" suara Laura bergetar.Pria itu tersenyum kecil, langkahnya mendekat. "Aku selalu ada di sekitarmu, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya."Reno yang berdiri di samping Laura menatap pria itu dengan sorot tajam. "Siapa dia, Laura?"Laura menggeleng, seakan mencoba mengusir kebingungan di kepalanya. "Aku... aku tidak tahu. Aku pernah mengenalnya, tapi aku tidak mengerti kenapa dia muncul sekarang."Pria itu tertawa kecil, suara rendahnya penuh misteri. "Laura, aku tidak muncul tiba-tiba. Aku datang karena waktunya sudah tepat. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."Ketegangan semakin meningkat. Reno maju selangkah, posisinya protektif di depan Laura. "Aku tidak peduli siapa kamu. Kalau niatmu buruk, sebaiknya p

  • Cinta Tuan Muda   Malam yang menegangkan

    Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana tegang di dalam ruangan yang dipenuhi oleh ketegangan yang menggantung. Laura menatap pria di depannya, napasnya tercekat saat kata-kata yang baru saja diucapkan pria itu menggema di kepalanya."Aku sudah tahu semuanya, Laura," kata pria itu dengan suara berat dan tajam.Jantung Laura berdebar kencang. "Maksudmu apa?" tanyanya, mencoba tetap tenang.Pria itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dan meletakkannya di atas meja. Dengan tangan gemetar, Laura mengambilnya dan membuka isinya. Matanya melebar saat melihat foto-foto di dalamnya. Itu adalah foto dirinya bersama seseorang dari masa lalunya—seseorang yang seharusnya sudah tidak ada dalam hidupnya."Bagaimana kau mendapatkan ini?" suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan.Pria itu tersenyum tipis. "Aku punya sumberku sendiri. Dan aku yakin, kau tahu bahwa seseorang sedang mengincarmu."Laura menelan ludah. Dia tahu persis siapa yang dimaksud pria itu. Sosok yang seharus

  • Cinta Tuan Muda   Konflik Memuncak dan Kejutan yang Tak Terduga

    Laura merasa jantungnya berdetak kencang saat melihat seseorang dari masa lalunya muncul tiba-tiba di depan pintu apartemennya. Pria itu berdiri dengan wajah serius, seolah membawa kabar buruk yang akan mengubah segalanya. "Kita perlu bicara," katanya dengan nada mendesak.Sementara itu, di tempat lain, Arya dan Reza sedang mencoba menghubungi Laura setelah menyadari ada sesuatu yang aneh dengan pesan yang dikirimkannya sebelumnya. Liam yang biasanya ceria juga terlihat lebih serius. "Aku nggak suka firasat ini," gumamnya sambil menggenggam ponselnya erat.Di dalam apartemen, Laura menatap pria itu dengan perasaan campur aduk. "Kenapa kamu di sini? Aku pikir kita sudah selesai bertahun-tahun lalu," katanya dengan suara bergetar.Pria itu, yang ternyata adalah mantan kekasih Laura yang menghilang tanpa jejak, menghela napas panjang. "Aku tahu aku banyak salah, tapi aku kembali karena ada sesuatu yang harus kau tahu. Ini tentang keluargamu… tentang ayahmu."Kata-katanya langsung membuat

  • Cinta Tuan Muda   BAYANGAN MASA LALU

    Malam semakin larut, tetapi suasana justru semakin tegang. Napasku memburu, pikiranku berputar cepat. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi—seseorang yang seharusnya sudah lama menghilang dari kehidupanku.Dia berdiri di sana, bersandar santai di pintu belakang ruangan ini, seakan kedatangannya adalah hal yang wajar. Senyumnya tipis, nyaris seperti ejekan.“Lama tidak bertemu, Laura,” suaranya tenang, tapi dingin.Aku menelan ludah. “Kenapa kau di sini?”Dia tidak langsung menjawab. Malah, dia melangkah maju dengan perlahan, membuat jantungku berdebar lebih kencang. Reno dan Arya sudah bersiap siaga di sampingku, siap melakukan apa pun jika keadaan memburuk.“Kau tahu, aku selalu tertarik melihat bagaimana kau berkembang setelah semua yang terjadi,” katanya sambil menatapku tajam. “Aku hanya ingin melihat sendiri apakah kau masih sekuat dulu… atau justru lebih lemah.”Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.”Dia tertawa kecil. “Permainan? Ah,

  • Cinta Tuan Muda   Konflik baru

    Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Langit hitam pekat tanpa bintang, seakan menyembunyikan sesuatu yang tak ingin terlihat. Di dalam ruangan yang remang, suasana penuh ketegangan.Laura menatap seseorang di depannya dengan napas memburu. Sosok itu tersenyum samar, tatapannya sulit ditebak."Kau pasti tak menyangka akan bertemu denganku di sini, bukan?" suara baritonnya terdengar begitu akrab, tapi ada sesuatu yang janggal di baliknya.Laura menelan ludah. "Kenapa kau ada di sini? Apa maumu?"Sosok itu hanya menghela napas, lalu berjalan mendekat dengan langkah perlahan. Setiap langkahnya bergema di ruangan yang sepi.Di saat bersamaan, di tempat lain, Reno berlari menerobos lorong sempit, mencoba mencari Laura. Ada firasat buruk yang mengusiknya sejak tadi. Jantungnya berdebar kencang, dan tanpa sadar, tangannya mengepal erat.Sementara itu, di dalam ruangan, Laura berusaha tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. Sosok itu kini berdiri di hadapannya, menyodorkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status