共有

5. Bunga yang Ditunggu

作者: Zee Zee
last update 最終更新日: 2022-08-21 22:19:12

"Ayah, bukankah dia Rayyan?" tanya Sofia.

Ustaz Luthfi tersenyum. "Dia saudara kembar Rayyan."

Sofia menutup mulutnya karena tak percaya dengan kenyataan yang ada.

"Kamu mengenal adikku?" tanya Rayhan.

Sofia menunduk. Dia tidak tahu harus berkata apa. Haruskah dia jujur saat ini? Rasanya kurang pantas.

Sofia merasa tidak mungkin mengatakan bagaimana mereka saling mencintai. Bagaimana mereka saling membawa nama dalam do'a. Sofia takut itu justru melukai hati calon suaminya.

"Aku hanya mengenalnya sebagai murid kesayangan ayah," terang Sofia.

"Syukurlah," gumam Rayhan seraya tersenyum.

"Nah, karena kalian sudah bertemu, ini adalah kesempatan baik untuk kalian berdua. Untuk mengenal lebih dalam bahkan untuk mengetahui bagaimana rencana masing-masing dari kalian untuk ke depannya, kalian berdua bebas untuk bertanya," jelas Ustaz Luthfi.

"Tentu saja di setiap pertanyaan itu, kalian berhak menjawab atau justru tidak menjawabnya jika dianggap itu hal yang sangat pribadi," tambah Ayah.

Saat ini Sofia tidak punya pertanyaan khusus. Kepalanya masih dipenuhi tanda tanya. Memikirkan nasib cinta mereka juga tentunya.

Di dalam pikiran Sofua saat ini adalah tentang Rayyan dan Rayhan. Kalau Rayhan adalah saudara kembar Rayyan, lalu bagaimana jika mereka hidup bersama? Tentunya mereka akan seatap dan setiap hari akan bertemu dengan status yang berbeda.

"Sofia, aku ingin bertanya." Rayhan memulai lebih dulu. Sofia mengangkat wajahnya.

"Bagaimana jika nantinya kita telah resmi menikah. Siapkah kamu ikut ke mana pun aku pergi?"

Sofia terdiam. Di dalam benaknya ingin sekali rasanya berkata tidak. Namun, jika mengingat statusnya adalah sebagai seorang istri, tentunya dia harus ikut ke mana pun suaminya memilih hidup.

Sofia mengerti betul kewajiban seorang istri. Meskipun dia belum siap untuk berpisah dari kedua orang tuanya.

"Insya Allah, aku siap."

Mereka bertiga tersenyum mendengar jawaban dari Sofia.

Rayhan tentu sangatlah bahagia mendengar jawaban dari calon istrinya itu. Dia berjanji dalam dirinya untuk selalu membahagiakan Sofia.

"Bagaimana jika nanti aku belum memberikanmu keturunan?"

Pertanyaan Sofia sontak membuat mereka bertiga tersentak kaget. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang amatlah sensitif.

Ustaz Azzam memandang ke arah putrinya. Dia begitu takut jika nanti Rayhan meninggalkan putrinya karena masalah keturunan.

"Bagiku itu tidak masalah. Kita manusia biasa. Tugas kita adalah terus berusaha sembari berdo'a pada Allah."

Jawaban dari Rayhan mengurangi kegundahan hati Ustaz Azzam selaku ayah dari Sofia.

"Jika sepuluh tahun bahkan mungkin lebih berlalu dan aku masih belum memberikanmu keturunan. Apakah kamu tidak akan mencari madu untukku?" tanya Sofia lagi.

"Maksudmu poligami?" tanya Rayhan. Sofia mengangguk.

"Lantas bagaimana pandanganmu tentang poligami?" Kali ini justru Rayhan balik bertanya pada Sofia.

Sofia ragu untuk menjawab. Membayangkan saja dia begitu takut.

Sofia berusaha menjernihkan pikirannya. Ditariknya napas begitu dalam kemudian perlahan menjawab sesuai isi hatinya.

"Aku tidak menentang keras tentang poligami karena itu diperbolehkan dalam islam. Aku yakin kamu pasti tahu bahkan lebih tahu dari pada aku tentang poligami. Aku hanya meminta, selama aku menjadi istrimu, jangan pernah hadirkan bidadari lain di dalam istana kita."

"Jika nanti aku tidak bisa membahagiakanmu dengan memberikan keturunan, kamu bisa menikah dengan wanita lain. Tentu dengan mengembalikan aku lebih dulu pada ayahku."

Rayhan memandang lekat pada wanita yang sudah lama dia cintai.

"Kenapa?"

"Wanita itu makhluk pecemburu. Dia selalu ingin menjadi satu-satunya. Seperti Sayyidah Aisyah yang masih saja cemburu pada Sayyidah Khadijah. Padahal Sayyidah Aisyah tahu, Sayyidah Khadijah sudah meninggal. Namanya seorang wanita, rasa cemburunya begitu kuat bahkan kepada masa lalu suaminya. Lantas, bagaimana dengan diriku? Melihatmu akan berbagi cinta dan kasih sayang dengan wanita lain meskipun tidak di hadapanku. Aku wanita pecemburu dan aku tidak ingin melukai hatimu nantinya karena rasa cemburuku."

Rayhan terdiam sejenak. Diamnya Rayhan menimbulkan kegundahan dari dalam hati Ustaz Azzam bahkan Ustaz Luthfi.

Rayhan tersenyum setelah diam beberapa saat. Sofia yang menyadari itu bertanya-tanya tentang ekspresi yang ditunjukkan Rayhan.

"Jangan khawatir, Sofia. Aku sudah memilihmu. Kekurangan yang ada padamu nantinya bukan masalah besar bagiku. Insya Allah, aku tidak akan menghadirkan wanita lain di dalam rumah tangga kita nantinya."

"Alhamdulillah," ucap Ustaz Azzam dan Ustaz Luthfi bersamaan.

"Jadi, apa sudah tidak ada lagi?" tanya Ustaz Lithfi. Keduanya menggeleng.

"Alhamdulillah, tinggal menentukan kapan lamaran resmi dilaksanakan."

Rayhan tak berhenti mengulas senyum kebahagiaannya. Dia begitu bahagia dengan kejutan yang Allah berikan untuknya.

Sedangkan Sofia, dia merasa semakin jauh untuk menggapai Rayyan.

"Bagaimana kalau bulan depan di minggu pertama?" usul Ustaz Azzam.

Kedua belah pihak menyetujui. Mereka kini menetapkan kapan acara itu dilaksanakan.

Kedua orang tua mereka yang memang adalah sepasang sahabat lama kini mencairkan suasana yang sempat tegang. Ustaz Luthfi terus menceritakan bagaimana sosok Rayhan. Pun begitu juga dengan Ustaz Azzam, dia menceritakan bagaimana dia menyayangi putri bungsunya.

Di tempat berbeda ada yang sedang berusaha menguatkan hatinya. Dia ingin menangis, akan tetapi dia sadar, semua hanya menambah luka di hatinya. Baginya, tak ada yang boleh tahu bagaimana hancurnya hatinya saat ini.

*

"Rayyan, buka pintunya!"

Rayhan yang baru saja pulang dari pertemuan kedua belah pihak itu segera mencari adiknya. Bagi Rayhan kebahagiaannya harus diketahui oleh Rayyan.

"Rayyan!"

Rayhan terus mengetuk pintunya. Hingga beberapa kali ketukan akhirnya Rayyan membuka pintu.

Rayhan langsung menghambur memeluk adiknya. Rayyan yang mendapat serangan tiba-tiba itu hampir saja terjatuh.

"Ray, kamu harus tahu berita bahagia ini."

"Apa?"

"Aku sudah menemukannya. Wanita yang selama ini mengisi hatiku," seru Rayhan.

Rayyan tersenyum miris.

'Sudah kuduga,' batinnya.

"Ray, Allah memang Maha Baik. Aku memendam cinta ini begitu lama, akhirnya kami dipertemukan. Lebih bahagianya lagi, dia adalah calon istriku. Allah Maha Perancang skenario yang indha untuk Hamba-Nya."

"Oh, ya?"

Rayyan berusaha mungkin menyembunyikan kepedihan di hatinya.

'Aku sudah tahu, Rayhan.'

Rayhan melepas pelukannya kemudian duduk di sofa kecil yang ada di kamar Rayyan. Senyumnya tak pernah lepas.

Berbeda dengan Rayhan, saat ini Rayyan menikmati lara hati yang sebentar lagi akan semakin menguat.

"Hah .... Hampir saja aku menghilangkan bunga yang selalu lama kunanti. Apa jadinya kalau aku menolak waktu itu?"

Rayhan berdiri mendekati Rayyan yang masih mematung di depan pintunya.

"Terlebih lagi kalau aku menyerahkannya sama kamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya. Pastinya aku akan menyesalinya seumur hidup karena sudah melepaskan bidadari secantik Sofia."

'Itulah yang kurasakan sekarang, Rayhan. Aku harus melepaskan cintaku untukmu,' teriak Rayyan di dalam hatinya.

Rayyan mengulas senyum. Dia berusaha seolah-olah dia ikut bahagia. Dia kemudian memeluk saudaranya. Tak bisa dibendung lagi, air matanya luruh begitu saja bersamaan dengan harapannya yang telah hilang.

"Aku sangat mencintai, Sofia, Ray. Sangat," ungkap Rayhan dengan rasa bahagia.

'Aku juga, Han,' batinnya pilu.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   120. Akhir yang bahagia

    "Alhamdulillah ya, Allah," pekik Azizah saat dua garis merah tampak di depan matanya. Tubuhnya langsung bersujud dan terus menyebut asma' Allah. Air matanya luruh. Azizah terisak di dalam sujudnya. Penantiannya selama ini terjawab. Allah masih memberinya kepercayaan untuk dititipkan amanah. "Mas Rayyan harus tahu."Azizah bergegas keluar dari kamar. Langkahnya dipercepat. Air mata tak berhenti mengalir dari mata indahnya. Beberapa santriwati yang kebetulan lewat di sana sedikit heran dengan sikap Ustazahnya kali ini. "Mas, lihat Mas Rayyan?"Rayhan yang baru saja selesai mengajar di kelas berhenti sejenak."Sepertinya masih di kantor. Kenapa, Zah?""Aku harus bertemu dengan dia, Mas.""Ada yang mencoba menyakitimu? Bilang sama Mas."Azizah menggeleng. Rayhan tak mengerti karena melihat mata Azizah yang terus mengkristal. "Aku ingin memberi dia kejutan.""Ya sudah, kamu tunggu dia di rumah, biar Mas yang panggilkan dia ya?" bujuk Rayhan.Azizah mengangguk antusias. Dia kemudian b

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   119.Jodoh dari Allah

    "Menghadiri undangan itu wajib selama tidak ada halangan syar'i, Dek.""Tapi, Mas ....""Kamu tenang saja. Atau kamu juga mau ikut?"Sofia terdiam. Dia merasa ragu. Namun, atas penjelasan Rayhan akhirnya dia memilih ikut. Sepanjang jalan Sofia memilih diam. Farhan terus berusaha mencairkan suasana dengan bermain bersama Fatih. Perjalanan tiga puluh menit mereka tempuh hingga tampak terlihat janur kuning melengkung. Farhan turun, menyusul Rayhan dan keluarga kecilnya. Mereka memasuki ruangan. Rupanya keluarga calon mempelai pria belum tiba. "Belum tiba, Han.""Biar saja. Kita di sini menunggu."Tiba-tiba datang sosok yang mereka kenal. Ustaz Afwan."Assalamu'alaikum, Rayhan, Farhan."Keduanya mendekat dan mencium punggung tangan gurunya yang sangat mereka hormati. Ustaz Afwan tersenyum lebar dan memeluk satu per satu muridnya. Rasa rindu bertahun-tahun akhirnya terobati. "Apa kabar, Ustaz?""Alhamdulillah, baik. Kalian bagaimana?""Alhamdulillah, Ustaz."Matanya beralih pada dua

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   118. Pertemuan

    Humairah menutup pintu kamarnya. Pertemuan hari ini begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, orang yang tak sengaja dia temui di mesjid setelah dipatahkan oleh keadaan adalah sosok laki-laki yang sudah lama dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Dia tidak memungkiri bahwa sikapnya persis dengan sikap Rayhan. Dia mampu memberikan kesejukan saat hatinya rapuh. Bahkan patah. "Ya, Allah, apakah dia jodohku?"Humairah berjalan ke sisian ranjang kemudian mendudukkan dirinya. Disentuhnya dada kiri yang sejak tadi tiba bisa ditahan untuk tidak mengeluarkan detaknya yang tak berirama. Humairah tersenyum tipis. Melihat tatapan teduh dari Hadid membuatnya merasa nyaman. "Astaghfirullah."Humairah buru-buru berdoa agar dijaga hatinya. Suara pintu diketuk. Rupanya ada Umi Hilda. "Sibuk, Nak?""Tidak, Umi."Umi Hilda tersenyum dan duduk di sebelah putrinya. "Bagaimana pendapatmu tentang Hadid?"Humairah menunduk dalam. Kedua jari telunjuknya memilin ujung jilbabnya. "Apa kamu setuju?""Insya Allah,

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   117. Dijodohkan

    "Kamu di mana, Nak? Abi ingin bicara penting.""Lagi di mesjid, Bi. Humairah segera ke sana."Humairah menyeka air matanya setelah panggilan terputus. Baru saja ingin mengucapkan terima kasih, sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya menghilang. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok tadi untuk mengembalikan sisa tisu yang dipakainya, namun orangnya tak kunjung ada. Jarum jam menunjukkan jam dua siang. Humairah memutuskan untuk meninggalkan area mesjid untuk menemui orang tuanya. "Ya Allah, kuatkan hamba."***"Kamu dari mana saja, Mai? Keluarga Ustaz Hilal datang bertamu.""Aku .... Berkunjung ke rumah Rayhan, Bi."Ustaz Hasan mengembuskan napas berat. Usianya sudah kepala tiga namun sampai saat ini putrinya masih menutup diri. Alasannya tetap sama. Masih belum bisa melupakan sosok Rayhan. "Sampai kapan kamu akan terus berharap pada dia, Nak? Ingat, umi sama abi sudah tua. Kami juga ingin melihat kamu bahagia dan hidup bersama dengan orang yang tepat.""Tapi, ti

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   116. Menghadapi Musuh

    "Ya, aku sudah menemukan jawabannya tanpa perlu mencari tahu. Mba lupa? wanita baik-baik tidak akan menyakiti sesama wanita. Wanita baik-baik itu berkelas, bukan merendahkan dirinya untuk merebut lelaki yang sudah beristri!"Sebuah tamparan keras dilontarkan Sofia pada Humairah yang sontak membuat mereka tercengang. Bagaimana tidak, mereka tidak menyangka Sofia akan mengatakan hal itu.Azizah tersenyum sumringah. Di dalam hatinya dia bersorak dan memuji keberanian Sofia."Justru aku wanita baik-baik, makanya aku pun memintanya baik-baik," sanggah Humairah. "Aku tidak akan memintamu untuk merasakan posisiku saat ini. Tapi, sebagai wanita cerdas lulusan universitas ternama dunia, tentu Mbak Humairah sudah tahu jawabannya tanpa harus berada di posisiku."Lagi dan lagi Sofia menekan posisi Humairah saat ini. "Lagi pula, aku tidak yakin, Mbak Humairah bisa ada di posisiku. Jadi, pintu ada sebelah sana. Silahkan, Mbak!"Humairah geram dengan sikap Sofia. Secara tidak langsung dia telah m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Humairah Kembali

    "Eum, itu bagi Rayhan tapi bagiku, kami lebih dari teman," jawabnya seraya mengukir senyum."Jangan memancing keadaan, Humairah. Nyatanya kita hanya teman biasa," tegur Farhan yang tiba-tiba muncul dari aeah belakang."Ada perlu apa ke sini?" tanya Rayhan."Aku ingin ketemu kamu," jawab Humairah santai. Rayhan mendengus kesal. Sofia dan Azizah sama-sama menyimak pembicaraan mereka. Keduanya sama-sama tidak suka dengan kehadiran Humairah. Farhan yang mengerti suasana hati Sofia merasa tidak enak dengan situasi yang terjadi saat ini. "Humairah, memang dulu kita berteman, tapi kamu harus tahu batasan.""Batasan?"Farhan menyenggol lengan Rayhan. Dia memberi kode untuk peka dengan raut wajah istrinya. Rayhan menangkap maksud dari Farhan. Dia kemudian merangkul Sofia dengan hangat. "Oh iya, aku sampai lupa. Ini istriku, namanya Sofia."Humairah terpaku sejenak melihat sosok wanita cantik yang ada di depannya. Di dalam hatinya dia merasa kalah. Pantas saja Rayhan dulu menolak mentah-m

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status