Share

8. Ikhlas Melepasmu

Author: Zee Zee
last update Huling Na-update: 2022-09-16 12:32:03

"Saya terima nikah dan kawinnya Sofia Zahra binti Khairul Azzam dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Sah?" tanya Ustaz Azzam. 

"Tidak Sah!" teriak Rayyan dengan lantang. 

Semua mata tamu yang hadir mengarah padanya. Rayhan yang sebagai mempelai laki-laki memasang wajah yang tak suka. 

Rayyan berjalan menuju tempat di mana ijab qobul dilaksanakan. Bisik-bisik dari para tamu pun sayup-sayup terdengar. Ustaz Azzam dan Ustaz Luthfi berdiri dengan wajah penuh amarah. 

"Harusnya aku yang di sana, bukan Rayhan!"

"Apa maksudmu?" tanya Ustaz Luthfi. 

"Abi, aku dan Sofia sudah lama saling mencintai. Lalu, dia kemudian datang menghancurkan semua! Harusnya kamu tidak perlu kembali!"

Semua yang hadir tercengang dengan penuturan Rayyan. Sofia yang sejak tadi membisu kini ikut berdiri. 

Tatapan mereka bertemu. Rayyan mengulurkan tangan hendak menarik Sofia ke sisinya. Akan tetapi Rayhan mencegahnya.

"Kamu yang tak seharusnya ada di sini, Rayyan. Aku hanya mengambil kembali apa yang sudah lama kujaga. Kamu lah yang merebutnya dariku," desis Rayhan. 

"Apa maksudnya?" tanya Sofia. 

Belum sempat Rayhan menjawab Rayyan mendaratkan pukulan tepat di wajah Rayhan.

Rayhan terhuyung ke belakang karena serangan yang tiba-tiba. Rayhan bangkit lalu melayangkan tinju tepat di perut Rayyan. 

Suasana sakral berubah menjadi gaduh karena  kedua putra Ustaz Luthfi terlibat perkelahian hebat. 

"Cukup!" teriak Sofia. 

Mereka yang sejak tadi bergulat akhirnya memisahkan diri. Sofia kini dikuasai amarah. 

"Lepaskan aku, Rayyan! Aku sudah memilihnya."

"Tapi, Sofia, aku lakukan semua ini untuk mempertahankan kisah kita."

"Aku sudah tidak peduli lagi dengan kisah itu. Pergilah dari hidupku!"

Rayyan terus memohon agar Sofia mau kembali padanya. Namun, sayang, semua sudah terjadi Sofia lebih memilih Rayhan.

"Sofia! Sofia!" 

Bug. 

"Auw!"

Tubuh Rayyan terjatuh dari temlat tidur. Rayyan merasakan sakit luar biasa di bagian punggungnya.

Matanya mengerjap kala sinar matahari menembus kaca jendelanya. 

"Cuma mimpi ternyata," gumam Rayyan. 

Hari pernikahan tinggal beberapa hari lagi dan akhir-akhir ini Rayyan terus bermimpi buruk. Dia sendiri tidak mengerti apa arti dari mimpinya. 

Dibukanya ponsel yang tergeletak di atas nakas. Puluhan panggilan dan pesan yang sudah banyak menumpuk dari Sofia. Tentu saja Rayyan berusaha untuk menjauhinya. Meskipun dia ingin mendengar suaranya sekali saja. 

"Kuatkan hamba, Ya Allah."

*

"Ray, aku deg-deg an," ucap Rayhan saat semua orang sibuk mempersiapkan hantaran pernikahan. 

"Tenang, Rayhan. Kata orang, itu wajar untuk calon pengantin baru."

Rayyan menjawab sekenanya. Di dalam benak Rayyan, andai Rayhan tahu isi hatinya. 

"Apa Sofia juga merasakan hal yang sama ya?" tanya Rayhan. 

Rayyan hanya mengendikkan bahu kemudian meninggalkan Rayhan sendiri. Hatinya tak cukup kuat untuk terus berpura-pura. 

Langkahnya gontai membawanya ke dalam kamar. Rayyan membuka sebuah kotak usang berwarna biru navi yang sengaja dia simpan di lemari. 

Dibukanya pelan kotak yang sudah lama tak tersentuh itu. Beberapa lembar amplop berwarna warni dengan tulisan tangan milik Sofia. Tangannya membuka satu buah amplop yang berisi surat tentang isi hati Sofia. 

Rayyan tersenyum samar. "Andai aku tidak memulai, tentu semua tidak akan sesakit ini."

*

Upacara pernikahan dilakukan di halaman pondok pesantren milik Ustaz Khairul Azzam. Para petinggi dua pesantren berkumpul. Termasuk keluarga besar dan kerabat. Para santri sudah sibuk berlalu lalang turut menyaksikan pernikahan putri ustaz Khairul Azzam.

Mbah Kiyai Abdullah selaku pendiri pesantren juga sekaligus kakek dari Sofia turut hadir bersama istrinya Nyai Fathimah. Dari pihak keluarga ustaz Luthfi tak kalah ketinggalan Mbah Kiyai Jalaluddin dan Nyai Zikrah turut hadir pula. 

Pernikahan ini terhitung meriah karena merupakan pernikahan cucu dari dua pondok pesantren yang termahsyur di wilayahnya. 

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya jazakumullah khairan katsiran atas kehadiran para tamu undangan dan keluarga besar kedua mempelai. Pada hari ini, seperti yang kita ketahui bahwa hari ini adalah hari yang sangat istimewa, di mana cucu dari Mbah Kiyai Abdullah dan Mbah Kiyai Jalaluddin yang merupakan kedua tokoh agama yang termahsyur di wilyah kita juga sekaligus pengasuh dan pendiri dua pondok pesantren dipersatukan dalam sebuah mahligai pernikahan."

"Dengan mengucapkan basmallah, kita mulai acara ini."

Acara berlalu dengan khidmat sesuai syari'at islam hingga acara ijab qobul pun dimulai. Rayhan yang sudah berada di tempat pelaksanaan ijab qobul tampak semakin dilanda gugup yang luar biasa.

Ustaz Azzam mengulurkan tangannya yang kemudian dijabat oleh Rayhan. Rayyan yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa menahan rasa sesak di dalam dada. 

"Saudara Muhammad Rayhan, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya, Sofia Zahra binti Khairul Azzam dengan mas kawin seperangkat alat sholat, emas seberat 15 gram dan uang senilai seribu dua ratus delapan puluh riyal dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Sofia Zahra binti Khairul Azzam dengan mas kawin tersebut, tunai!" ucap Rayhan dengan satu kali tarikan napas. 

"Sah?"

"Sah!"

Semua yang hadir memberikan do'a untuk kedua mempelai. Berbeda dengan Rayyan, bulir bening akhirnya menetes dengan cepat membasahi pipinya. Harapannya kini hancur melebur.

Di tempat berbeda juga dirasakan oleh Sofia. Setelah mendengar ijab qobul terucap disertai teriakan kata sah yang menggema, air matanya jatuh tak terbendung lagi. 

Bunda Halimah memeluk erat putrinya. Rasa haru menyelumuti perasaannya sebagai seorang ibu. Syafira pun ikut memeluk Sofia. Dia begitu tahu apa yang dirasakan sahabatnya saat ini.

"Selamat, Sayang, kamu sudah resmi menjadi istri Rayhan."

Daun pintu terbuka, tampak Sarah-kakak iparnya berdiri di sana. 

"Bersiaplah, Sofia, suamimu sudah menunggu di bawah."

Bunda Halimah dan Syafira mengulurkan tangannya kemudian berdiri mendampingi Sofia turun ke pelantaran tempat acara dimulai. 

"Hapus air matamu, Sofia. Jangan buat suamimu kecewa," pesan Syafira. 

Sofia mengambil selembar tissue kemudian menghapus jejak air mata. 

Mereka melangkah keluar. Sofia juga didampingi Mbak Sarah dan Bilqis. 

"Tersenyum, Nak," bisik Bunda Halimah. 

Sofia menarik kedua sudut bibirnya. Pancaran kecantikannya pun terlihat. Semua mata tertuju padanya saat Sofia semakin dekat dengan tempat ijab qobul. 

Rayhan tersenyum dengan desiran hebat dari dalam dada. Dia jatuh cinta untuk ke dua kalinya. Dari jauh Rayyan hanya bisa tersenyum getir melihat kecantikan Sofia yang tak lagi untuknya. 

"Masya Allah, cantiknya istri ustaz Rayhan," bisik salah satu undangan tepat di belakang Rayyan. 

"Mereka pasangan serasi," imbuh yang lain.

Sofia disambut oleh ayahnya kemudian diserahkan pada Rayhan. Tangan Rayhan terulur kemudian disambut oleh Sofia lalu mencium punggung tangannya dengan takzim.  

Sofia mengangkat kepalanya kemudian Rayhan mendaratkan ciuman di kening Sofia yang kini sah menjadi istrinya. 

Jantung ke duanya berpacu hebat disertai getaran-getaran yang hanya mereka berdua rasakan. Riuh dari para hadirin terdengar. Banyak yang memuji keduanya bak ratu dan raja. 

Rayyan tak kuat lagi melihat prosesi selanjutnya, dia memilih melenggang meninggalkan pelantaran tempat acara dilaksanakan. 

"Mau ke mana, Ustaz?" tanya Azizah salah satu santrinya. 

"Saya ingin ke belakang sebentar," ucapnya datar kemudian berlalu meninggalkan Azizah yang hanya mampu memandangi punggungnya.

Azizah tersenyum bahagia saat berpapasan dengan Rayyan. Dari dalam lubuk hati santri yang masih berusia tujuh belas tahun itu, ada rasa yang hanya bisa dia pendam sendiri.

Rayyan terduduk di sebuah tempat yang menurutnya aman. Di sana lah dia melampiaskan segala perih di hatinya. Dadanya begitu nyeri saat melihat kekasih hatinya telah resmi dimiliki oleh orang lain. 

"Sofia," ucapnya tergugu dengan penuh luka yang menganga.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   120. Akhir yang bahagia

    "Alhamdulillah ya, Allah," pekik Azizah saat dua garis merah tampak di depan matanya. Tubuhnya langsung bersujud dan terus menyebut asma' Allah. Air matanya luruh. Azizah terisak di dalam sujudnya. Penantiannya selama ini terjawab. Allah masih memberinya kepercayaan untuk dititipkan amanah. "Mas Rayyan harus tahu."Azizah bergegas keluar dari kamar. Langkahnya dipercepat. Air mata tak berhenti mengalir dari mata indahnya. Beberapa santriwati yang kebetulan lewat di sana sedikit heran dengan sikap Ustazahnya kali ini. "Mas, lihat Mas Rayyan?"Rayhan yang baru saja selesai mengajar di kelas berhenti sejenak."Sepertinya masih di kantor. Kenapa, Zah?""Aku harus bertemu dengan dia, Mas.""Ada yang mencoba menyakitimu? Bilang sama Mas."Azizah menggeleng. Rayhan tak mengerti karena melihat mata Azizah yang terus mengkristal. "Aku ingin memberi dia kejutan.""Ya sudah, kamu tunggu dia di rumah, biar Mas yang panggilkan dia ya?" bujuk Rayhan.Azizah mengangguk antusias. Dia kemudian b

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   119.Jodoh dari Allah

    "Menghadiri undangan itu wajib selama tidak ada halangan syar'i, Dek.""Tapi, Mas ....""Kamu tenang saja. Atau kamu juga mau ikut?"Sofia terdiam. Dia merasa ragu. Namun, atas penjelasan Rayhan akhirnya dia memilih ikut. Sepanjang jalan Sofia memilih diam. Farhan terus berusaha mencairkan suasana dengan bermain bersama Fatih. Perjalanan tiga puluh menit mereka tempuh hingga tampak terlihat janur kuning melengkung. Farhan turun, menyusul Rayhan dan keluarga kecilnya. Mereka memasuki ruangan. Rupanya keluarga calon mempelai pria belum tiba. "Belum tiba, Han.""Biar saja. Kita di sini menunggu."Tiba-tiba datang sosok yang mereka kenal. Ustaz Afwan."Assalamu'alaikum, Rayhan, Farhan."Keduanya mendekat dan mencium punggung tangan gurunya yang sangat mereka hormati. Ustaz Afwan tersenyum lebar dan memeluk satu per satu muridnya. Rasa rindu bertahun-tahun akhirnya terobati. "Apa kabar, Ustaz?""Alhamdulillah, baik. Kalian bagaimana?""Alhamdulillah, Ustaz."Matanya beralih pada dua

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   118. Pertemuan

    Humairah menutup pintu kamarnya. Pertemuan hari ini begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, orang yang tak sengaja dia temui di mesjid setelah dipatahkan oleh keadaan adalah sosok laki-laki yang sudah lama dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Dia tidak memungkiri bahwa sikapnya persis dengan sikap Rayhan. Dia mampu memberikan kesejukan saat hatinya rapuh. Bahkan patah. "Ya, Allah, apakah dia jodohku?"Humairah berjalan ke sisian ranjang kemudian mendudukkan dirinya. Disentuhnya dada kiri yang sejak tadi tiba bisa ditahan untuk tidak mengeluarkan detaknya yang tak berirama. Humairah tersenyum tipis. Melihat tatapan teduh dari Hadid membuatnya merasa nyaman. "Astaghfirullah."Humairah buru-buru berdoa agar dijaga hatinya. Suara pintu diketuk. Rupanya ada Umi Hilda. "Sibuk, Nak?""Tidak, Umi."Umi Hilda tersenyum dan duduk di sebelah putrinya. "Bagaimana pendapatmu tentang Hadid?"Humairah menunduk dalam. Kedua jari telunjuknya memilin ujung jilbabnya. "Apa kamu setuju?""Insya Allah,

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   117. Dijodohkan

    "Kamu di mana, Nak? Abi ingin bicara penting.""Lagi di mesjid, Bi. Humairah segera ke sana."Humairah menyeka air matanya setelah panggilan terputus. Baru saja ingin mengucapkan terima kasih, sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya menghilang. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok tadi untuk mengembalikan sisa tisu yang dipakainya, namun orangnya tak kunjung ada. Jarum jam menunjukkan jam dua siang. Humairah memutuskan untuk meninggalkan area mesjid untuk menemui orang tuanya. "Ya Allah, kuatkan hamba."***"Kamu dari mana saja, Mai? Keluarga Ustaz Hilal datang bertamu.""Aku .... Berkunjung ke rumah Rayhan, Bi."Ustaz Hasan mengembuskan napas berat. Usianya sudah kepala tiga namun sampai saat ini putrinya masih menutup diri. Alasannya tetap sama. Masih belum bisa melupakan sosok Rayhan. "Sampai kapan kamu akan terus berharap pada dia, Nak? Ingat, umi sama abi sudah tua. Kami juga ingin melihat kamu bahagia dan hidup bersama dengan orang yang tepat.""Tapi, ti

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   116. Menghadapi Musuh

    "Ya, aku sudah menemukan jawabannya tanpa perlu mencari tahu. Mba lupa? wanita baik-baik tidak akan menyakiti sesama wanita. Wanita baik-baik itu berkelas, bukan merendahkan dirinya untuk merebut lelaki yang sudah beristri!"Sebuah tamparan keras dilontarkan Sofia pada Humairah yang sontak membuat mereka tercengang. Bagaimana tidak, mereka tidak menyangka Sofia akan mengatakan hal itu.Azizah tersenyum sumringah. Di dalam hatinya dia bersorak dan memuji keberanian Sofia."Justru aku wanita baik-baik, makanya aku pun memintanya baik-baik," sanggah Humairah. "Aku tidak akan memintamu untuk merasakan posisiku saat ini. Tapi, sebagai wanita cerdas lulusan universitas ternama dunia, tentu Mbak Humairah sudah tahu jawabannya tanpa harus berada di posisiku."Lagi dan lagi Sofia menekan posisi Humairah saat ini. "Lagi pula, aku tidak yakin, Mbak Humairah bisa ada di posisiku. Jadi, pintu ada sebelah sana. Silahkan, Mbak!"Humairah geram dengan sikap Sofia. Secara tidak langsung dia telah m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Humairah Kembali

    "Eum, itu bagi Rayhan tapi bagiku, kami lebih dari teman," jawabnya seraya mengukir senyum."Jangan memancing keadaan, Humairah. Nyatanya kita hanya teman biasa," tegur Farhan yang tiba-tiba muncul dari aeah belakang."Ada perlu apa ke sini?" tanya Rayhan."Aku ingin ketemu kamu," jawab Humairah santai. Rayhan mendengus kesal. Sofia dan Azizah sama-sama menyimak pembicaraan mereka. Keduanya sama-sama tidak suka dengan kehadiran Humairah. Farhan yang mengerti suasana hati Sofia merasa tidak enak dengan situasi yang terjadi saat ini. "Humairah, memang dulu kita berteman, tapi kamu harus tahu batasan.""Batasan?"Farhan menyenggol lengan Rayhan. Dia memberi kode untuk peka dengan raut wajah istrinya. Rayhan menangkap maksud dari Farhan. Dia kemudian merangkul Sofia dengan hangat. "Oh iya, aku sampai lupa. Ini istriku, namanya Sofia."Humairah terpaku sejenak melihat sosok wanita cantik yang ada di depannya. Di dalam hatinya dia merasa kalah. Pantas saja Rayhan dulu menolak mentah-m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status