Share

bab 2

Penulis: Erni sari
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 19:23:18

Setelah masuk ruangan yang mau dibersihkan, Nayla bersandar di pintu sambil menghela nafas panjang, Kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Tiba lah waktu makan siang, Mita lebih dulu ke kantin dan memesan makanan untuk dirinya dan Nayla, sedangkan Nayla masih melakukan Shalat Zuhur terlebih dahulu.

"Boleh gabung duduk disini ?" tanya Doni pada Mita kebetulan Mita duduk sendiri.

"Boleh pak silahkan !" jawab Mita sambil mengunyah

"Teman kamu dimana Mit ?" tanya Doni lagi

"Siapa ? si Nayla ! bentar lagi nongol pak masih Shalat." Jawab Mita

"Oh !" sahut Doni sambil mengangguk

"Nah itu orangnya ! panjang umur!"ucap Mita sambil tersenyum.

"Siang pak Doni.” Sapa Nayla sambil menarik kursi untuk duduk

"Siang juga ! kalau diluar kantor panggil nama saja Nay ! Tidak usah terlalu formal !" Ujar Doni

"Iya deh ! panggil Kaka aja deh agar lebih enak" ucap Nayla sambil menarik piring lebih dekat.

"Terserah kamu saja Nay, yang penting jangan panggil pak .." ucap Doni

"Oke  pak ! eh kak Doni maksudnya hehehe..."

sahut Nayla cengengesan.

Nayla duduk di samping Mita tepatnya di hadapan Doni, dalam hati Doni bersorak gembira, sambil makan dia bisa memandang pujaan hatinya. Sedangkan Nayla tidak menyadari itu dia hanya fokus pada makanannya.

"uhuukk..uhuukk !" Mita berpura pura batuk.

Nayla dan Doni sama-sama menoleh ke arahnya, Nayla langsung menyodorkan minuman.

"Ya ampun Mita, pelan-pelan dong makan nya ! Sampai tersedak" Tutur Nayla khawatir.

"Gue gak apa-apa Nay! Cuma, tersedak biji durian saja! hahaha.." sahut Mita sambil tertawa.

Doni hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Mita

"Kebiasaan lu Mita ! enggak lucu tahu..." celetuk Nayla kesal sambil melempar gumpalan tisu ditangannya, sambil cemberut.

Doni dan Mita tertawa pelan melihat Nayla cemberut.

Di seberang meja ada tatapan tidak suka melihat keakraban mereka, siapa lagi kalau bukan Novita. Novita menyukai pak Doni, dia mengetahui itu namun ia tidak memilik perasaan apapun, hanya Nayla yang ada di hatinya saat ini, walaupun cinta nya selalu ditolak oleh Nayla, ia yakin Nayla suatu saat nanti akan menerima dirinya.

Selesai makan mereka kembali untuk bekerja waktu beristirahat sudah habis.

(Di perjalanan dalam lift)

"Nayla maaf in gue ya ! tentang ucapan gue tadi pagi, gak ada maksud buat lu sedih.” Ucap Mita merasa bersalah

"Gak apa-apa Mit ! santai saja, gue enggak merasa tersinggung kok. Lu ada benar nya juga sudah waktunya gue melepaskan dia meski sedikit berat" lirih Nayla.

"Makasih ya sudah jadi sahabat terbaik gue" ucap Nayla

"Hiks..hiks ! gue terharu Nay." sahut Mita merangkul bahu Nayla sambil melangkah keluar ketika pintu lift sudah terbuka.

"Jangan pegang-pegang gue Mit ! gue masih normal.” Ucap Nayla tertawa sambil melepas rangkulan Mita.

"Idiih ! gue juga normal kali." celetuk Mita kesal

Memang Mita sedikit tomboy.

"Gue juga bercanda kali ! hahaha" sahut Nayla sambil tertawa lepas

"Senang lihat lu begini Nay ! walaupun gue tersiksa dengan ejekan lu ." ujar Mita

"Ya elah lu jangan mulai lagi deh ! ya sudah ayo lanjut kerja lagi." sahut Nayla

Kemudian mereka mengambil peralatan untuk bekerja dan bekerja sampai sore hari.

"Nayla ! gue duluan ya, lu gak apa-apa gue tinggal ? ibu gue minta jemput di tempat bibiku." tanya Mita

"Gak apa-apa Mit ! cepat gih sana pulang, kasihan ibu lu menunggu." sahut Nayla

" Idih ! ngusir lagi, ya sudah gua pulang duluan ya.” ucap Mita

"Iya Mit ! hati hati dijalan, jangan ngebut bawa motor nya " ucap Nayla

"Assiiiapp.." sahut mita

kemudian Mita keluar menuju pintu lift karyawan.

Dan entah dari mana datangnya Doni tiba tiba muncul.

"Nayla !” panggil Doni dari belakang Nayla, hingga membuat Nayla terkejut.

"Astagfirullah kak ! saya kaget kak.” ucap Nayla

"Hehehe maaf Nay ! kamu serius sekali.." sahut Doni

"Tumben kak Doni kesini ada apa ?" tanya Nayla

"Nay ! berhubung kamu belum pulang kakak minta tolong ? minta tolong bikin kan kopi untuk bos dua gelas, asisten nya pak bos ijin pulang cepat." ucap Doni

" Iya pak boleh.." sahut Nayla

"Makasih banyak Nay ! sudah cantik baik lagi.” goda doni

"Kak Doni bisa saja.” ucap Nayla tersenyum simpul

"Oke Nay ditunggu di ruangan pak bos.” ucap Doni

“Oke pak !” Sahut Nayla.

Kemudian pak Doni meninggalkan Nayla, lalu kembali ke ruangannya.

Nayla langsung ke Pantry membuat kopi, setelah selesai Nayla langsung menuju ruangan bos.

Tok ..tok ..tok. Nayla mengetok pintu ruangan, dengan satu tangannya.

"Masuk !" sahut dari dalam ruangan

"Permisi pak ! ini kop--" ucapan Nayla terpotong.

Deg.. Nayla mematung di pintu ruangan.

Flashback on.

Setelah acara kelulusan sekolah selesai, ketika hendak keluar gerbang.

tin...tin.. suara klakson

"Nayla.. " panggil seseorang, Nayla menoleh kearah suara.

"Iya Indra, ada apa ?" sahut Nayla ternyata Indra yang memanggil.

"Sibuk enggak Nay..?" ucap Indra

"aku mau traktir makan nih."

"Boleh deh, mumpung aku gak sibuk” sahut Nayla, dalam hati Nayla senang diajak jalan.

"Pakai helm nya !" ucap Indra sambil menyerahkan helm kepada Nayla.

Setelah memastikan Nayla aman, kemudian mereka pergi ke tempat biasa mereka makan.

Setelah sampai tujuan, mereka turun menuju ke warung langsung memesan makanan.

"Bu, pesan seperti biasa dua ya !” ucap indra kepada pemilik warung.

" Oke nak indra ! minum nya apa ?” tanya pemilik warung.

"Es teh manis saja Bu dua juga.!" jawab Indra.

"Oke ! ditunggu ya." ucap pemilik warung.

Pemilik warung sudah kenal sama Indra dan Nayla. Hampir setiap Minggu mereka makan disitu. Kemudian Indra dan Nayla mencari tempat duduk, kebetulan meja di paling pojok kosong.

"Nay ! setelah lulus, rencana mau lanjut ke mana ?" Tanya indra.

"Belum kepikiran sih ! rencana mau bantuin  orang tua dulu, sambil memikir ke depannya." Sahut Nayla.

"Oh begitu ya" tutur Indra.

"Kalau kamu ?" tanya Nayla balik, belum sempat Indra menjawab, makanan yang mereka pesan datang.

"Terima kasih" ucap Nayla.

"Sama sama" sahut pemilik warung.

kemudian mereka pun makan.

"Oh iya Nay, besok aku akan berangkat keluar negeri untuk kuliah disana." ucap Indra setelah selesai makan.

"Kenapa mendadak berangkat besok ?"tanya Nayla

"Sebenarnya ini sudah direncanakan sejak lama ! namun baru sekarang ku beritahu kamu ! orang tua ku menginginkan aku kuliah disana, sekaligus belajar bersama paman untuk mengurus perusahaan disana !"jawab Indra. Mendengar ucapan Indra, Nayla seperti kehilangan selera makannya. 

"Baiklah ! Kamu hati hati disana, jaga kesehatannya" ucap Nayla, dengan senyum terpaksa agar tidak terlihat oleh Indra.

"Kamu juga Nay, jaga diri baik baik disini.

“Nayla ! aku mau ngomong sesuatu ke kamu" ucap Indra ragu, Nayla menatap Indra serius.

"Nayla maukah kamu berjanji satu hal kepada ku ?" Tanya indra ragu.

"Berjanji apa ? " tanya Nayla balik, dan melihat Indra dengan serius.

"Nay sebenarnya aku sudah lama mau ngomong ini ke kamu ! namun , aku ragu.!” Ucap Indra.

"Jadi begini Nayla.." Ucap Indra, ia masih ragu untuk berbicara kepada Nayla, hingga membuat Nayla mengerutkan kening.

"To the point saja, jangan membuat aku penasaran." Ujar Nayla mulai kesal, menurut nya Indra terlalu bertele tele.

Pasalnya Nayla sedari tadi kesal kepada Indra, karena Indra memberitahu Nayla mendadak ingin ke luar negeri.

Tapi Nayla tidak bisa berbuat apa apa.

Nayla berpikir dirinya juga bukan siapa-siapa hanya sebatas teman. Dia hanya bisa mendukung keputusan Indra.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
nugraha
gadis yang tomboy
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Yang Tertunda   bab 101

    Lain hal di tempat lain, Nayla berkutik di dapur membuatkan sang suami kue brownies. Sejak pagi sang suami minta di bikin kan oleh tangan sang istri dan tidak mau dari toko.“Kenapa badanku sangat lelah? Padahal aku sejak tadi tidur saja!” gumam nya duduk sambil menunggu kue nya matang.Ia bersandar di bahu sofa, memejamkan matanya sejenak. Sekitar 15 menit dirinya tertidur di kursi, langsung terbangun mengingat kue nya masih dalam oven.“Astaga kue ku!” panik Nayla. Lalu bergegas ke dapur.“Huft.., untung saja tidak gosong!” gumamnya.Nayla mengeluarkan dari oven, dan memindahkan nya ke piring besar.Dan ketika hendak berbalik menuju meja makan, kepala nya Terasa sangat pusing dan praang....! suara piring terjatuh.Pelayan berlari menuju arah suara, dan kebetulan Indra pulang cepat mendengar keributan di dapur.“Ada apa ini?” teriak Indra.“Tuan, nona pingsan!” Indra

  • Cinta Yang Tertunda   bab 100

    Mereka keluar kamar, terlihat wanita paruh baya yang duduk di kursi. Walaupun sudah terlihat berumur, wanita tersebut masih terlihat cantik.“Iya nyonya, anda mencari siapa?” tanya Mita ramah.Wanita tersebut, melihat Mita dari atas sampai bawah.“Kenapa perasaan ku tidak enak!” batin Mita.“Apa kamu yang bernama Mita?”“Iya dengan saya sendiri! Maaf nyonya siapa? Apa kita pernah bertemu sebelum nya?” tanya Mita dengan lembut.“Saya tinggal ke dapur sebentar!” pamit ibunya.“Iya mah,” sahut Mita. Begitupun dengan wanita itu, mengangguk sambil tersenyum.“Apa kita bisa bicara di teras saja?”Mita mengangguk, lalu wanita tersebut mendorong kursi roda Mita menuju ke teras.“Maaf nyonya merepotkan,” tolak halus Mita.“Kita langsung ke inti nya saja, tak perlu basa basi,” tegas. Hingga membua

  • Cinta Yang Tertunda   bab 99

    Tiga Minggu sudah berlalu, hari ini paman nya akan kembali ke luar negeri. Selama itu juga Nayla memasak untuk paman dan bibi nya, karena mereka sangat menyukai masakan Nayla. Walaupun sudah menetap lama di luar negara, tetap makanan Indonesia yang paling mereka gemari.Begitupun dengan Mita, selama 3 hari dirinya tertidur pasca kecelakaan. Kini dirinya sudah mulai membaik, dan di perbolehkan pulang, walaupun masih duduk di kursi roda. Hampir setiap hari dirinya ke rumah Mita, untuk membantu nya belajar jalan. Orang tua Mita sudah mengetahui hubungan mereka dan melihat ketulusan Andrew mereka akhirnya menyetujui nya. Walaupun, sebelumnya ayahnya Mita sempat menolak.Akibat Kegigihan Andrew untuk mengambil hati calon mertuanya, akhirnya dirinya mendapatkan kepercayaan penuh dari sang calon mertua.Seperti nya saat ini, setelah pulang mengantar Mita kontrol. Sang calon ayah mertua mengajak nya bermain catur, terlihat Mita mengukir senyum dari ruang tamu melihat kedeka

  • Cinta Yang Tertunda   bab 98

    Tanpa sadar mereka saling memandang satu sama lain. “Masya Allah, inikah yang nama nya bidadari?” batin Ikbal. Ia masih terpukau dengan kecantikan wajah wanita yang masih memakai seragam perawat tersebut. “Mas…,” panggilnya. “Hah? Oh maaf aku tidak sengaja menabrakmu,” ucap Ikbal tersadar. Namun, masih memegang tangan gadis itu. “I

  • Cinta Yang Tertunda   bab 97

    Indra menatap sinis Bella yang berjalan melewatinya dengan tangan yang sudah terborgol. Begitupun Ikbal, menatap pria yang bertopeng tersebut, begitupun sebaliknya.“Pak, saya ingin melihat wajah pria ini? Apa boleh saya membuka penutup wajahnya?”“Biar kami yang membuka nya, ini terlalu bahaya untuk mu. Pria ini sudah lama jadi buronan.”Ikbal mengangguk kepalanya, polisi membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Ikbal, bahwa pria tersebut memang benar pamannya.Sejak kedatangannya, pamannya sudah menatapnya, hingga polisi berkesempatan langsung melepaskan peluru tempat mengenai kakinya.“Paman,” lirih Ikbal. Namun saat ini pak Burhan tidak berani menatapnya.“Beliau adalah paman saya pak, adik dari almarhum ayah saya.” Pak Burhan sedikit terkejut mendengar Ikbal menyebut ayah nya yang sudah almarhum, namun dirinya berpura-pura tidak mempedulikan nya.“Terima kasih ba

  • Cinta Yang Tertunda   bab 96

    Nayla bangun dari tidur nya, melihat dirinya hanya memakai pakaian dalam dan di tutupi oleh selimut tebal.“Mas,” panggil Nayla dengan suara has baru bangun tidur.“Jam berapa ini?” gumamnya lalu duduk bersandar.“Astaga, sudah jam segini! Mama pasti sibuk di dap....” seketika Nayla langsung terdiam.“Mama,” lirih Nayla. Ingin rasanya dirinya berteriak dan menangis, namun teringat akan ucapan suaminya waktu di mobil untuk tidak lagi menangis.Setelah merasa dirinya sudah baikkan, Nayla bergegas untuk mandi. Sekitar setengah jam di kamar mandi, Nayla keluar dengan handuk masih melilit di kepalanya.Saat hendak memakai pakaian, dirinya sekilas melihat wajah nya di cermin matanya sedikit membengkak akibat kebanyakan menangis.Selesai memakai pakaian, Nayla memoles sedikit wajahnya agar tidak terlalu pucat dan sedikit menutupi matanya yang membengkak.“Bi, kemana mas Indra

  • Cinta Yang Tertunda   bab 95

    Indra langsung mengangkat telponnya.“Halo, Paman.”“Iya nak Indra, kami dalam perjalanan menuju bandara.”“Iya paman, hati-hati di jalan.”“Iya nak, maaf paman tidak bisa ikut serta dalam pemakaman kedua orang tuamu. Tapi, percayalah paman selalu mendoakan yang terbaik untuk mereka.”“Iya paman, makasih banyak. Kami semua disini menunggu kedatangan paman,” sahut Indra. Saat dalam perjalanan membawa jenazah kedua orang tuanya, Indra menghubungi pamannya kakak kandung dari ayahnya satu-satunya. Sedang kan ibu nya tidak memiliki keluarga karena ibunya merupakan anak tunggal, dan tidak memilik keluarga lagi.“Iya nak, kamu bersabar ya.”“Iya paman.”“Baik, paman tutup telponnya, karena kami sudah tiba di bandara dan akan siap terbang.”“Iya paman, berhati-hati lah! Salam untuk bibi.”“Iya nak.” Mere

  • Cinta Yang Tertunda   bab 94

    “Pak, korban telah ditemukan!” teriak salah satu relawan.Mendengar teriakan itu, Indra hendak berlari ke arah suara. Namun di tahan oleh polisi karena sangat berbahaya jika mendekati jurang itu. “Sabar dulu pak, serahkan kepada semua kami.” Terlihat para relawan memangkat korban kecelakaan dari dalam jurang, Indra meneteskan air mata nya melihat mobil rinsek hampir tak berbentuk. Indra memikirkan Bagai mana nasib kedua orang tua nya saat ini, setelah melihat keadaan mobil tersebut. “Mama, papa,” lirih Indra. Tampak Nayla datang dan menegang bahunya. “Mas.” Indra menoleh ke arah Nayla dan segera menghapuskan air matanya. “Mas yang sabar ya, hiks.. hiks..” Nayla mulai menangis kembali, dirinya ingin menguatkan sang suami tapi malah dirinya tak kuasa menahan tangis nya.Terlihat ambulance sedang menunggu, korban langsung di masukan ke dalam mobil. Indra dan Nayla ikut dalam mobil tersebut menuju rumah sakit, ia berharap orang tuanya selamat walaup

  • Cinta Yang Tertunda   bab 93

    Kini Indra dan Nayla sudah duduk di pesawat, namun ketika hendak mengambil ponselnya ia lebih dulu membaca pesan yang banyak masuk.“Banyak sekali pesan masuk,” gumam Indra.Seketika ponsel langsung terjatuh tanpa sadar, ia langsung berdiri dan menarik tangan istrinya keluar.Petugas pesawat berusaha memanggil mereka namun tak di hiraukan.“Mas, mas, ada apa? Kenapa kamu menarik ku seperti ini?” tanya Nayla sambil mengimbangi langkah cepat suaminya.“Mama dan papa mengalami kecelakaan,” jawab singkat Indra. Seketika Nayla menghentikan langkahnya, namun dengan segera Indra menarik kembali tangan istrinya.“Tidak ada waktu, kita harus cepat, mama dan papa semuanya akan baik-baik saja,” ujar indra. Mereka berlari menuju parkiran terlihat mobil sudah menunggu mereka.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status