Nadzira tiba lebih awal, keadaan Toko tempat Ia bekerja pun masih sangat sepi. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sedang mengerjakan tugas mereka masing-masing.
Nadzira berniat melaksanakan shalat Sunnah Dhuha sebelum memulai aktivitas nya, Ia melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul delapan pagi, setidaknya Nadzira memiliki sedikit waktu untuk beribadah dan melancarkan hafalan Qur'an nya. Nadzira memang bukan tamatan pesantren, namun meski begitu, Ia sangat giat menghafal, Bahakan hafalannya kini telah mencapai 12 Juz.Zefran berjalan beriringan dengan Darwin yang selalu setia disisinya menuju ruangan nya. Hari ini entah mengapa Zefran tiba lebih cepat dari biasanya, bahkan para pekerjanya belum ada yang tiba kecuali Nadzira sendiri.Darwin melihat Nadzira yang sedang fokus membaca Alquran di tangannya tanpa menyadari kehadiran mereka berdua."Merdu sekali kedengarannya" Ucap Darwin membuat Nadzira tersentak melihat Zefran dan juga Darwin sudah berada di hadapannya.Buru-buru Nadzira menyimpan Al-Qur'an kecil yang selalu Ia bawa kemana-mana itu kedalam tas miliknya."Selamat pagi Pak, maaf jika suara saya mengganggu" kata Nadzira menunduk"Tidak, justru suara kamu sangat Indah" balas Darwin tersenyum ramah. Zefran menatap tajam ke arah Darwin, Ia tahu betul bagaimana sifat sahabatnya itu jika sudah di hadapkan dengan wanita cantik. Maka keluar sifat Buayanya."Keruangan saya sekarang, Darwin akan menjelaskan secara detail apa yang harus kamu kerjakan" perintah Zefran dingin pada Nadzira"Baik pak" balas Nadzira cepatNadzira kini berada dalam satu ruangan bersama Darwin dan juga Zefran. Sebenarnya Nadzira merasa sedikit takut, dikarenakan berada di tengah-tengah lelaki yang bukan mahramnya, namun Nadzira berusaha menepis rasa takutnya dengan banyak beristighfar dalam hati."Nadzira, sini duduk, jangan hanya berdiri saja disana" ucap Darwin memecah keheningan yang terjadi sesaat."Tidak Pak, saya disini saja" tolak Nadzira lembut"Baik, saya akan menjelaskan poin-poin penting nya saja sama kamu supaya lebih ringkas. Disini posisi kamu akan menjadi kepala Gudang, dimana semua barang keluar masuknya akan kamu handle sendiri dengan di bantu para staf lainnya, dan untuk posisi ini kamu harus memiliki tanggung jawab yang besar. Karena sebelumnya banyak terjadi kerugian akibat para pekerja yang tidak jujur dan melakukan kecurangan" jelas DarwinNadzira merasa pekerjaan nya ini mungkin akan terasa sedikit berat dari yang lainnya. Bagaimana mungkin Ia bisa menghandle sendiri barang yang ada di gudang sebanyak itu. Namun Nadzira tidak memiliki keberanian untuk membantah dan hanya mampu mengangguk kan kepalanya pelan"Baiklah, saya rasa kamu sudah mengerti, jadi sekarang kamu sudah boleh keluar dan memulai bekerja" kata Darwin tersenyumNadzira keluar dengan wajah yang tampak tidak bersemangat, bagaimana tidak, hari pertama Ia bekerja saja sudah di suguhkan dengan tanggung jawab yang besar. Nadzira berjalan menuju ruangan yang bertuliskan Gudang tersebut, Nadzira memandang lekat pintu yang tertutup itu seakan hendak memulai peperangan."Bismillah, ya Allah, semoga saja ini menjadi awal yang baik dariMu. Semangat Zira, kamu bisa" Ucap Nadzira memberi semangat pada dirinya sendiriSaat memasuki ruangan, Nadzira di sambut dengan tumpukan berkas-berkas yang tersusun rapi di atas meja tempat kerjanya. Yang membuat nya lebih terkejut lagi adalah banyaknya barang yang hampir memenuhi seluruh ruangan gudang tersebut."Oh, pemilik nya sudah datang" ucap seorang wanita yang baru saja tiba dari belakang Nadzira"Maira" kata Maira memperkenalkan diri"Nadzira" sahut Nadzira tak kalah ramah"Oke, aku tinggal ya, ini ada beberapa yang harus di selesaikan, kalau ada yang kurang paham, tanyakan saja padaku. Itu ruangan kerjaku sebelah sana" lanjut Maira seraya meninggalkan NadziraNadzira tiba di rumah setelah bekerja seharian penuh. Ia meletakkan tasnya dan bergegas untuk mandi, selesai dengan ritualnya. Nadzira merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur seraya menatap nanar langit-langit kamarnya, Nadzira merasa tubuhnya sangat lelah karena di suguhkan dengan pekerjaan yang berat di hari pertama Ia bekerja. Perlahan Nadzira memejamkan matanya dan tertidur dengan lelap.Adzan subuh berkumandang, membuat Nadzira terbangun dari tidurnya. Nadzira segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan mengerjakan shalat Subuh nya, tidak lupa Nadzira menyempatkan diri untuk membaca Al Qur'an dan melancarkan sedikit hafalannya."Tok...tok...tok, Tante, sarapan nya sudah siap" ucap Nadzira mengetuk pelan pintu kamar Tante SafiraKhansa dan juga Rasya sudah menunggu di meja makan tanpa memperdulikan Nadzira yang sibuk menata makan. Bagi mereka, Nadzira hanyalah seorang anak yang harus tahu berbalas budi dengan apa yang sudah di berikan oleh Ibu mereka kepada Nadzira. Salah satunya dengan melayani dan menyanggupi kebutuhan keluarga."Apa hanya ini yang bisa kamu masak" Tanya Safira melihat menu makanan yang di sediakan oleh Nadzira."Maaf Tante, hanya ini sisa bahan makanan yang tersedia di dalam kulkas" balas Nadzira"Jadi, itu tanggung jawab siapa? Aku?" Kata Safira meninggi"Maaf Tante, Nadzira tidak sempat berbelanja karena pulang malam terus. Tapi Nadzira sudah menitipkan uang belanja pada Khansa kok Tan" ucap Nadzira menjelaskan"Loh, kok jadi bawa-bawa nama aku sih, kan kamu sendiri yang bilang kemarin kalau kamu itu ingin berbelanja sendiri, karena lebih paham sama urusan dapur" elak Khansa membuat Safira menatap tajam Nadzira"Astaghfirullah, tidak Tan, Zira nggak bohong" kata Nadzira membela diriPlakSatu tamparan keras mengenai wajah mulus Nazdira, yang seketika berubah merah diiringi dengan air matanya yang mengalir."Sudah berani berbohong kamu, Hah? Aku sudah sangat muak membesarkan anak yang tidak tahu diri sepertimu. Kalau bukan karena kebaikan hatiku, mungkin saja kamu sudah menjadi gelandangan di luaran sana, pergi dari hadapan ku sekarang juga" kata Safira dengan amarah yang memuncakNadzira mengusap air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya, berulangkali Nadzira mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun dadanya begitu sesak, hatinya sakit mengingat semua kata-kata yang di lontarkan Tante Safira padanya.Nadzira berjalan menuju ruangan nya tanpa mengetahui ada sepasang mata yang terus mengawasi nya dari jauh. Zefran berjalan menuju bangku kebesarannya dan segera membuka laptop yang terletak di meja kerjanya. Berhubung Darwin belum datang, Zefran merasa lebih leluasa memperhatikan Nadzira dari layar laptopnya.Sudah menjadi rutinitas Zefran setiap paginya mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang di bacakan oleh Nadzira di ruang kerjanya. Akan tetapi seperti ada yang berbeda hari ini, Zefran merasa bahwa mungkin saja Nadzira sedang menangis dikarenakan suaranya yang sedikit serak. Zefran menatap lekat wajah Nadzira dari jauh, Dan benar saja beberapa kali Nazdira menyeka air matanya yang terus mengalir di sudut matanya."Nadzira, kamu di panggil pak Darwin, di minta segera keruangannya. Dan jangan lupa membawa catatan pengeluaran bulan ini" ucap Arif yang merupakan salah satu teman Nadzira bekerja."Iya, saya segera kesana" balas Nadzira cepatZefran terbangun dari tidurnya di waktu subuh, dan segera berjalan menuju dapur untuk melegakan kerongkongan nya yang terasa kering, bahkan cacing di perutnya meminta untuk disisi di karenakan Zefran melewati waktu makan malamnya dengan sengaja hanya karena ingin menghindari Nadzira.فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ۠ fadzkuruuniii adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."Sayup-sayup terdengar suara indah yang sudah lama tidak Ia dengar dari dalam kamar Nadzira yang pintunya tidak tertutup rapat. Seketika ada rasa damai yang di rasakan nya, seolah-olah seperti ada yang menyentuh hatinyaيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَyaaa ayyuhalladziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innallaaha ma'ash-shoobiriin"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (k
Setelah selesai mengerjakan shalat subuh, Nadzira kembali ke kamar Zefran untuk melihat keadaan suaminya. Nadzira melihat sang suami yang masih terbaring di atas ranjang Zefran tertidur dengan sangat pulas hingga tidak menyadari kedatangan Nadzira."Apa Mas Zefran masih membenciku? Apa aku memang tidak pernah pantas menjadi istri mu? Kenapa Mas, kenapa kamu begitu tidak menyukai ku? Jika memang aku hanya menjadi penghalang bagimu untuk bersama dengan Khansa, maka aku ikhlas Mas, aku ikhlas kamu ceraikan saat ini juga" lirih Nadzira menatap sendu Zefran yang masih setia menutup matanya tanpa Nadzira sadari bahwa sedari tadi Zefran mendengar semua yang ia ucapkanNadzira memperbaiki selimut yang menutupi tubuh Zefran, Nadzira tersenyum tipis melihat wajah tampan milik suaminya itu. "Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu Mas, meski itu tidak denganku nantinya, tapi aku akan selalu bahagia jika melihat mu bahagia, hiduplah tanpa menyimpan dendam di hatimu dan cobalah untuk memaafkan kesa
"Apa begini cara mu menghormati seorang ibu yang sudah melahirkan mu?" Tanya wanita tua itu dengan wajah yang di buat sesedih mungkin"Ck! Menghormati? Wanita sepertimu tidak pantas di hormati ataupun di jadikan sebagai seorang Ibu" ujar Zefran dengan tersenyum sinis"Cepat angkat kaki dari rumahku, sebelum kesabaranku benar-benar habis" Zefran menekan kata-katanyaWanita tua itu berjalan mendekat ke arah Zefran, tangannya berniat menyentuh wajah tampan milik pria bermata emerald itu, namun dengan cepat Zefran menepisnya"Jangan menyentuh ku dengan tangan kotormu" Zefran menepis kasar tangan wanita tua itu"Maafkan Ibu Nak, saat itu Ibu benar-benar tidak bisa hidup dengan penuh kemiskinan bersama Ayahmu, sungguh Ibu menyesal pernah meninggalkan tanggung jawab Ibu, Ibu mohon maaf" Ucap wanita tua itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinyaNadzira yang mendengar hal itu merasa sangat terkejut, berarti wanita yang Ia suruh pergi ternyata benar adalah ibu mertuanya."Maaf? Apa denga
Sinar matahari mulai menyeruak memasuki celah jendela kamarnya, burung-burung berkicauan saling menyahut satu dengan yang lainnya, membuat pria yang berbaring di sampingnya bangun terlebih dahulu. Zefran merasakan pegal di bagian tangannya karena ternyata semalaman ia menjadi kan lengannya sebagai bantalan ternyaman bagi Nadzira, Zefran memperhatikan wajah teduh Nadzira yang sedang tidur terlelap tanpa terganggu dengan pergerakan Zefran. Cantik, satu kata itu yang melintas dalam pikirannyaZefran memilih pergi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Nadzira mengerang. Aneh, ia merasa tidurnya sangat nyenyak bahkan rasanya berbeda dari hari-hari biasanya, Nadzira meraih benda pipih yang terletak tidak jauh dari tempat tidurnya. "Astaghfirullah, aku bangun kesiangan, pasti Pak Zefran menunggu sarapannya" ucap Nadzira bangun dari tidurnya dan segera berlari menuju dapur tanpa memperhatikan penampilannya yang masih sangat berantakanNamun karena kurangnya hati-ha
Darah segar mengalir dari sekujur tubuh Nadzira yang tergeletak di jalanan, tangan, pipi bahkan anggota tubuh yang lainnya lecet parah, akibat hantaman mobil yang benar-benar melaju dengan sangat kencang.Zefran langsung bersimpuh dan membawa kepala Nadzira dalam pangkuan nya, "Nadzira bangun, jangan tutup mata kamu kita kerumah sakit sekarang, bangun Zira, kamu harus bangun". Zefran terus saja meminta Nadzira untuk membuka matanya, padahal dia tahu sendiri bahwa wanita itu sudah memejamkan matanya Zefran ketakutan melihat kondisi Nadzira sekarangHampir 6 jam berlalu, namun belum ada tanda-tanda Dokter yang menangani Nadzira keluar, membuat Zefran semakin khawatir Zefran menunggu di depan ruangan IGD dengan di temani Darwin dan juga Karina. Mereka bertiga hanya diam membisu membuat suasana di selimuti ketegangan"Berdoalah, semoga Nadzira baik-baik saja" ujar Darwin melihat kekhawatiran di wajah Zefran"Apa aku pernah melakukan hal itu? Bahkan aku sudah lupa caranya" ucap Zefran deng
DegZefran merasa tertampar dengan semua penuturan Nadzira, gadis itu selalu saja sukses memporak-porandakan perasaan nya Zefran berdiri di balkon kamarnya dengan menikmati angin malam yang dingin tak lupa sebotol minuman haram itu kembali menemani malam nya.Berbeda dengan Nadzira di sepertiga malam itu Nadzira melawan lelah untuk beribadah, bacaan Al Qur'an nya masih kurang satu juz lagi, betapa beratnya untuk Istiqomah dalam menjaga hafalan dengan selalu memurojaahkan hafalannya. Nadzira berdiri tegap memurojaahkan hafalan Qur'an nya dalan shalat malamnya. Cukup lama ia bersujud mengutarakan segala isi hatinya pada Allah yang maha mendengar segala keluh kesahnya, dengan begitu Nadzira merasakan ketentraman dalam hati dan juga jiwanya di karenakan sebaik-baiknya tempat bercerita ialah pencipta Nya."Hanya kepada Allah aku mengadukan segala kesusahan dan kesediaan ku(QS. Yusuf 86)"Matahari bersinar terang menyambut pagi dua insan yang sedang sibuk pada urusan masing-masing, Nadzira