Hujan deras mengguyur seluruh penjuru kota. Zefran duduk di pinggir jendela kamarnya sambil menatap gelapnya malam di temani sebatang rokok dan juga minuman keras yang menjadi rutinitas nya setiap malam. Hari ini dia sendiri, begitu juga dengan kemarin. Sendiri adalah kehidupan Zefran yang sesungguhnya, setelah kedua orang tuanya memilih untuk bercerai.
Kehidupan Zefran tidak seindah yang orang lain bayangkan. Keluarganya hancur berantakan disebabkan oleh Ibunya sendiri. Yang saat itu memilih pergi bersama lelaki kaya raya dibandingkan Ayahnya yang hanya memiliki usaha kecil-kecilan. Zefran di tinggal pergi sang Ayah satu tahun setelah kejadian itu berlangsung. Dimana sang Ayah yang sering sakit-sakitan akibat luka hati yang di torehkan oleh wanita yang amat dicintainya itu. Waktu yang cukup lama untuk Zefran lupakan, sering kali Zefran mencoba untuk melakukan nya. Namun bukannya lupa, ingatan itu justru semakin melekat dan menghantui nya setiap detiknya.Zefran menghela nafas berat. Dari pada mengingat kejadian laknat yang hampir membuat nya gila tersebut, Ia lebih memilih pergi ke Club malam menghabiskan malamnya dengan menikmati minuman keras yang selalu menemaninya.Sedangkan di tempat lain. Nadzira sedang menuju lokasi dimana dirinya di mintai tolong oleh Tante Safira untuk menjemput Khansa yang tengah mabuk karena terlalu banyak minum saat Khansa merayakan pesta ulang tahun salah satu temannya di sebuah club' malam. Langkah Nadzira begitu berat untuk sekedar menginjakkan kakinya di tempat haram tersebut, perasaannya sangat gelisah yang dia sendiri pun tidak tahu penyebabnya."Sial, sial, sial. Pakai kempes segala lagi" umpat Zefran memeriksa ban mobil miliknya yang tiba-tiba kempes di tengah jalan di tambah malam itu hujan turun semakin derasZefran berteduh di sebuah warung yang terletak tidak jauh dari tempat mobil miliknya. Dia ingin segera memberi kabar pada Darwin untuk segera menjemput dirinya. Namun sialnya lagi Zefran lupa membawa ponsel miliknya, membuat Zefran tiada hentinya mengucapkan sumpah serapah yang keluar dari mulutnyaNadzira juga berteduh dari derasnya hujan. Dan memarkirkan motor butut yang mereka miliki satu-satunya itu. Di sebuah warung yang terlihat sangat sepi itu, Nadzira merasa sedikit takut. Namun mau bagaimana lagi, tidak mungkin baginya menempuh derasnya hujan yang di sertai kilat tersebut.Zefran memperhatikan gadis yang sepertinya Ia kenal itu. Dan benar saja itu adalah Nadzira salah satu pegawai yang bekerja di toko miliknya. "Mau kemana kamu tengah malam begini" Tanya Zefran yang tiba-tiba membuat Nadzira tersentak"Astaghfirullah..." Ucap Nadzira sambil memegang dadanya terkejut, sejak kapan Zefran berada di belakangnya. Pikirnya"I...tu, saya mau menjemput sepupu saya pak" jawab Nadzira gugupSetelah nya, mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Nadzira merasaterus berdoa dalam hatinya. Sungguh Ia sangat takut saat ini berduaan dengan pria yang bukan mahramnya di tempat sepi seperti ini.Duar...Suara petir menggelegar di iringi kilat yang menyambar tepat di hadapan Zefran membuat dirinya terkejut setengah mati. Mata Zefran melebar sempurna saat tubuhnya terhuyung, tidak sengaja menabrak Nadzira yang berada tepat di belakangnya hingga membuat keduanya jatuh dengan posisi Zefran berada di atas tubuh Nadzira.Nadzira merasa benturan keras menghantam kepalanya hingga membuat penglihatan nya sedikit buram. Belum sempat Zefran membenarkan posisi tubuhnya, tiba-tiba pemilik warung datang di temani seorang wanita memergoki mereka berdua. Dimana posisinya saat itu dapat membuat siapapun yang menyaksikan nya mungkin akan salah paham."Apa yang kalian berdua lakukan di warung saya?" Hardik laki-laki paruh baya itu dengan suara yang cukup keras mengundang para pengguna jalan menghampiri mereka"Ini tidak seperti yang kalian fikirkan" ucap Zefran seraya berusaha untuk bangkit. Namun bau Alkohol yang keluar dari mulut Zefran membuat kedua pasangan itu kembali yakin bahwa telah terjadi hal yang tidak senonoh di warung milik mereka mencari rezeki tersebut.Nadzira mencoba untuk berdiri. Namun kepalanya masih terasa pusing, melihat tubuh Nadzira yang hampir saja terjatuh kembali, membuat Zefran sontak merangkul Nadzira membuat keadaan semakin bertambah runyam."Dasar wanita tidak tahu malu, hijab ini tidak pantas di gunakan oleh wanita pezina seperti mu" kata seorang wanita yang juga turut hadir disana menarik paksa jilbab yang di kenakan oleh Nadzira sehingga membuat rambut hitam nya tergerai begitu sajaDengan cepat Nadzira merebut jilbabnya dan segera memakai nya kembali. "Demi Allah, ini tidak seperti yang ibu, bapak pikirkan. Sungguh kami tidak melakukan apa-apa, ini semua hanya salah paham" elak Nadzira membela diri dengan suara bergetar menahan tangis."Jangan coba-coba bawa nama Tuhan, dengan kesalahan yang sudah kau perbuat" balas pria yang satunya seraya melayangkan tangan nya hendak menampar pipi Nadzira. Namun di cegah oleh yang lainnya."Jangan main hakim sendiri pak, lebih baik kita bawa mereka berdua bertemu keluarga dari perempuan ini. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, bagaimana? Setuju?""Setuju" ucap mereka serempakDi sepanjang perjalanan menuju pulang. Nadzira tiada hentinya menangis, Ia sungguh sangat takut dan tidak bisa berbuat apa-apa."Ada apa ini Zira" Tanya Tante Safira bingung melihat orang ramai mengunjungi kediaman nya.Melihat Nadzira yang tidak kunjung bersuara, membuat Tante Safira semakin khawatir"Maaf buk, jika kami mengganggu malam-malam begini. Tujuan kami kesini adalah untuk meminta pertanggung jawaban dari anak Ibu yang sudah melakukan hal yang tidak senonoh bersama kekasihnya di kampung sebelah. Sehingga kami meminta agar mereka berdua segera di nikahkan supaya tidak memberi contoh yang buruk pada masyarakat yang lain" ujar pak Lurah yang sengaja mereka undang untuk menjelaskanMendengar hal itu sontak membuat Zefran berdiri tidak terima dengan apa yang di lontarkan oleh pria paruh baya itu. "Tidak, aku tidak mungkin menikahi wanita yang tidak setara dengan ku, lagi pula kami sungguh tidak melakukan apa-apa" ucap Zefran menolak keras permintaan itu"Tante, Demi Allah. Zira tidak melakukan hal yang di tuduhkan oleh mereka. Sungguh, Zira berani bersumpah Tan, tolong percaya pada Zira" kata Nadzira memohonPlakSuara tamparan keras mengenai wajah cantik Nadzira, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar"Dasar wanita murahan, mulai detik ini jangan pernah menampakkan diri di hadapan ku dan silahkan angkat kaki dari rumahku" ucap Tante Safira mendorong kuat tubuh NadziraNadzira duduk terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang di alami nya malam ini, air mata tak henti-hentinya keluar dari sudut matanya. Begitu pula dengan Zefran, dirinya tidak bisa melakukan apa-apa saat orang-orang mengancam akan menyebarkan berita tentang dirinya yang akan berdampak buruk pada perusahaan miliknya.Zefran akhirnya menikahi Nadzira dengan acara yang sederhana, tanpa adanya keluarga yang mendampingi kecuali Darwin yang saat itu segera datang setelah mendapatkan kabar dari atasannya itu melalui ponsel milik warga."Sah" Ucap para warga yang menyaksikan pernikahan yang di selenggarakan secara mendadak itu.Nadzira kembali menangis, mengingat betapa menyedihkan nya kehidupan nya kini.Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan pulang menuju kediaman Zefran. Baik itu Darwin maupun Nadzira tidak ada yang berani mengeluarkan suara melihat wajah Zefran yang menurut Nadzira sangat menakutkan saat itu."Apa kamu akan terus berdiri disitu" sindir Zefran yang sudah memasuki pelataran rumah mewah miliknya"Maaf pak" Nadzira menunduk dan mengikuti langkah Zefran yang saat ini sudah menjadi suami sah nya.Nadzira terkesima melihat rumah mewah milik Zefran yang menurut nya sangat besar dan juga luas itu. "Duduk, aku ingin menjelaskan sesuatu" ucap Zefran dengan raut wajah tidak sukanyaNadzira duduk tanpa berani menatap Zefran dari dekat. "Mulai hari ini, kamu akan bekerja di rumahku sebagai pembantu selama satu tahun. Dan setelah itu kita akan bercerai, jadi jangan terlalu berharap pada pernikahan ini. Karena aku menikahimu dengan sangat-sangat terpaksa demi menjaga nama baikku" ucap Zefran penuh penekananAir mata Nadzira lolos begitu saja, Dia sendiri tidak pernah berfikir
Seusai acara, Nadzira berjalan keluar dari Masjid berniat untuk segera pulang, Nadzira khawatir jika telat Zefran tidak akan mengijinkannya untuk mengikuti acara kajian yang rencananya akan Nadzira hadiri setiap Minggu nya."Nadzira!" Panggil seseorang dari belakangMerasa namanya di panggil, Nadzira menoleh dan benar saja seseorang yang memanggil nya itu adalah orang yang teramat sangat dirindukan nya selama empat tahun ini"Rania" ucap Nadzira pelan seraya berlari memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu"Sejak kapan kamu kembali? Kenapa nggak ngabarin aku? Tanya Nadzira melepas pelukannya."Aku berada di Indonesia sudah seminggu yang lalu, ketika aku sampai aku segera mencari mu kerumah Tante Safira, ternyata wanita shalihah ini sudah tidak tinggal disana lagi" balas Rania menyubit pelan pipi sahabatnya ituGadis berpakaian syar'i yang sama cantiknya dengan Nadzira itu bernama Rania Syarifatul Hasna, sahabat Nadzira sejak saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih abu
Darwin memperhatikan Zefran yang sedang asiknya meneguk seluruhnya minuman keras yang baru saja Ia bawa kembali, begitulah selalu Zefran. Saat bayang-bayang masa lalu itu kembali muncul, dia akan melampiaskan nya dengan mabuk-mabukan"Mau sampai kapan kamu memperlakukan Nazdira seperti itu? Bro, dia itu gadis yang baik, perlakukan lah dia sepantasnya. Apa kamu tidak merasa kasihan padanya, selama ini dia di perlakukan dengan buruk oleh keluarga nya, saat menjadi seorang istri pun kehidupan nya tidak jauh berbeda, aku rasa kau sudah tahu itu" ucap Darwin memberi sedikit nasihat pada atasannya sekaligus sahabatnya ituZefran hanya diam tidak menanggapi, hatinya kalut saat ini, sakit hati yang di alaminya sejak remaja begitu membekas di hati nya.Hari berganti begitu cepat, Nadzira di sibukkan dengan kegiatan masak nya seperti biasa, mulai saat ini Nadzira bertekad akan berusaha membuat suaminya itu jatuh cinta padanya dan juga akan berusaha merubah cara pandang nya pada setiap wanita, t
Keesokan harinya Zefran pergi keluar kota di temani oleh Darwin asisten pribadi yang selalu setia menemani nya. Rencana Zefran akan membuka cabang usahanya disana.Sedangkan Nadzira yang sudah mendapat izin dari Zefran untuk berkunjung ke rumah Tante Safira, pergi dengan ojek online yang di pesannya. Nadzira sudah sangat rindu suasana rumah tempat dia tinggal dulu dan juga rindu pada Safira Tante yang sedari kecil membesarkan nya."Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa kamu kerjakan Khansa? Ibu capek mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri" Omel Safira pada Khansa yang sibuk memainkan ponselnya tanpa menghiraukan sang Ibu"Salah Ibu sendiri, udah enak Nadzira ada di rumah ini, eh, malah Ibu usir hanya karena masalah sepele" jawab Khansa sekenanya"Masalah sepele katamu? Dia sudah membuat malu Ibu Khansa, dengan susah payah Ibu membesarkan nya, malah dia membalasnya dengan cara yang menjijikkan seperti itu, dasar anak nggak tau di untung" ucap Safira dengan kesal mengingat kejadian m
Dengan perlahan Zefran membuka matanya, ternyata semalaman dia tertidur dengan memeluk Nadzira, bahkan dirinya tidak sempat membersihkan diri dan berganti pakaian."Astaga, pantas saja tanganku serasa mati rasa, ternyata wanita ini begitu nyaman berada dalam dekapan ku" ucap Zefran menarik tangan nya pelan, dan kembali menempelkan tangannya ke kening Nadzira untuk memeriksa suhu tubuhnya"Syukurlah demamnya sudah turun. Ah, aku bahkan bersusah payah merawat wanita ini, Ck!" Ujar Zefran seraya berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkanSayup-sayup suara adzan terdengar di telinga Nadzira, dia berusaha untuk membuka perlahan matanya, kepalanya masih terasa pusing bahkan tubuhnya juga lemah. Namun Nadzira tidak ingin meninggalkan kewajibannya dia tetap berusaha untuk berdiriZefran telah selesai melakukan ritual mandinya, dia keluar dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya Zefran terkejut saat melihat Nadzira yang sudah bangun dan berusaha untuk berjalan dengan wajahnya
Darwin dan Karin masuk masuk kedalam ruangan pesta, tepatnya di kediaman mewah Zefran yang di ubah menjadi seperti sebuah klub malam itu, yang di hiasi oleh para wanita dengan pakaian minim dan juga minuman haram."Ini siapa bro? Sejak kapan kau memperkerjakan wanita di rumah Lo, penampilan nya juga aneh, tapi lumayan cantik lah" ujar Bagas seraya mencoba untuk mendekati NadziraNadzira berjalan mundur saat Bagas terus saja mendekati nya dengan tatapan penuh nafsu, membuat Nadzira sedikit merasa takutSedangkan Zefran hanya memperhatikan saja tanpa mau menolong Nadzira, dia tidak ingin jadi bahan ejekan saat mereka tahu siapa Nadzira sebenarnya"Dia hanya seorang pembantu, berhentilah mengganggu nya, biarkan dia melanjutkan pekerjaannya, lagi pula dia tidak sebanding dengan kita, masih begitu banyak wanita cantik disini" Ucap Zafran mengibaskan tangannya pertanda meminta Nadzira untuk pergi dari ruangan ituNadzira terpaku saat mendengar Zefran tidak mengakui dirinya di hadapan para s
Selesai shalat subuh, Nadzira kedapur dan menyiapkan sarapan untuk Zefran. Seminggu telah berlalu setelah kejadian malam itu, selama itu juga Zefran tidak pernah menampakkan diri di hadapan Nadzira. Namun meski begitu Nadzira tetap menjalankan tugasnya seperti biasa, ada dengan tidaknya Zefran di hadapan nya tidak akan mengubah kenyataan bahwa dirinya tidak pernah di anggap sebagai seorang istriZefran menatap layar laptopnya dengan lemas, beberapa hari terakhir dirinya sering merasa pusing di karenakan kurangnya istirahat. Dia bahkan pulang sangat larut untuk menghindari bertemu dengan NadziraNamun hari ini Zefran pulang lebih awal dari biasanya, dia bahkan sudah tidak mampu lagi hanya untuk sekedar berjalan menuju kamarnya.BrukTubuh Zefran terjatuh saat hendak menaiki tangga menuju kamarnya dengan tidak sengaja menyenggol vas bunga yang terletak tidak jauh darinya, hingga bunyi pecahan itu membuat Nadzira yang sibuk bersih-bersih di halaman belakang berlari untuk melihat apa yang
Matahari redup di petala langit. Awan abu-abu kehitaman menggelayut menandakan hari ini mungkin hujan akan kembali turun dengan derasnya. Nadzira menatap langit dengan tatapan sendu, dia rindu kedua orang tuanya, terkadang Nadzira membandingkan dirinya dengan orang-orang di luaran sana karena mereka memiliki keluarga yang utuh bahkan materi yang cukup. Namun dengan cepat Nadzira beristighfar dalam hatinya mungkin dia tidak bisa merasakan dekapan kasih sayang dari orang tuanya akan tetapi Nadzira kembali bersyukur di beri hati yang sabar dan juga pundak yang kuat untuk memikul segala rintangan hidup. Karena buat apa bersedih untuk urusan dunia, sebab kita hanya tamu di atas tanah."Apa sudah kabar tentang Bagas?" Tanya Zefran tanpa mengalihkan pandangannya pada benda pipih di tangannya"Belum, mungkin dia lagi menghabiskan malam pada setiap gadis yang berbeda, tau sendiri kan gimana sifat sahabat tersayang mu itu, masih syukur istrimu bisa selamat dari laki-laki brengsek seperti Bagas