Share

Bab 3

Hujan deras mengguyur seluruh penjuru kota. Zefran duduk di pinggir jendela kamarnya sambil menatap gelapnya malam di temani sebatang rokok dan juga minuman keras yang menjadi rutinitas nya setiap malam. Hari ini dia sendiri, begitu juga dengan kemarin. Sendiri adalah kehidupan Zefran yang sesungguhnya, setelah kedua orang tuanya memilih untuk bercerai.

Kehidupan Zefran tidak seindah yang orang lain bayangkan. Keluarganya hancur berantakan disebabkan oleh Ibunya sendiri. Yang saat itu memilih pergi bersama lelaki kaya raya dibandingkan Ayahnya yang hanya memiliki usaha kecil-kecilan. Zefran di tinggal pergi sang Ayah satu tahun setelah kejadian itu berlangsung. Dimana sang Ayah yang sering sakit-sakitan akibat luka hati yang di torehkan oleh wanita yang amat dicintainya itu. Waktu yang cukup lama untuk Zefran lupakan, sering kali Zefran mencoba untuk melakukan nya. Namun bukannya lupa, ingatan itu justru semakin melekat dan menghantui nya setiap detiknya.

Zefran menghela nafas berat. Dari pada mengingat kejadian laknat yang hampir membuat nya gila tersebut, Ia lebih memilih pergi ke Club malam menghabiskan malamnya dengan menikmati minuman keras yang selalu menemaninya.

Sedangkan di tempat lain. Nadzira sedang menuju lokasi dimana dirinya di mintai tolong oleh Tante Safira untuk menjemput Khansa yang tengah mabuk karena terlalu banyak minum saat Khansa merayakan pesta ulang tahun salah satu temannya di sebuah club' malam. Langkah Nadzira begitu berat untuk sekedar menginjakkan kakinya di tempat haram tersebut, perasaannya sangat gelisah yang dia sendiri pun tidak tahu penyebabnya.

"Sial, sial, sial. Pakai kempes segala lagi" umpat Zefran memeriksa ban mobil miliknya yang tiba-tiba kempes di tengah jalan di tambah malam itu hujan turun semakin deras

Zefran berteduh di sebuah warung yang terletak tidak jauh dari tempat mobil miliknya. Dia ingin segera memberi kabar pada Darwin untuk segera menjemput dirinya. Namun sialnya lagi Zefran lupa membawa ponsel miliknya, membuat Zefran tiada hentinya mengucapkan sumpah serapah yang keluar dari mulutnya

Nadzira juga berteduh dari derasnya hujan. Dan memarkirkan motor butut yang mereka miliki satu-satunya itu. Di sebuah warung yang terlihat sangat sepi itu, Nadzira merasa sedikit takut. Namun mau bagaimana lagi, tidak mungkin baginya menempuh derasnya hujan yang di sertai kilat tersebut.

Zefran memperhatikan gadis yang sepertinya Ia kenal itu. Dan benar saja itu adalah Nadzira salah satu pegawai yang bekerja di toko miliknya. "Mau kemana kamu tengah malam begini" Tanya Zefran yang tiba-tiba membuat Nadzira tersentak

"Astaghfirullah..." Ucap Nadzira sambil memegang dadanya terkejut, sejak kapan Zefran berada di belakangnya. Pikirnya

"I...tu, saya mau menjemput sepupu saya pak" jawab Nadzira gugup

Setelah nya, mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Nadzira merasaterus berdoa dalam hatinya. Sungguh Ia sangat takut saat ini berduaan dengan pria yang bukan mahramnya di tempat sepi seperti ini.

Duar...

Suara petir menggelegar di iringi kilat yang menyambar tepat di hadapan Zefran membuat dirinya terkejut setengah mati. Mata Zefran melebar sempurna saat tubuhnya terhuyung, tidak sengaja menabrak Nadzira yang berada tepat di belakangnya hingga membuat keduanya jatuh dengan posisi Zefran berada di atas tubuh Nadzira.

Nadzira merasa benturan keras menghantam kepalanya hingga membuat penglihatan nya sedikit buram. Belum sempat Zefran membenarkan posisi tubuhnya, tiba-tiba pemilik warung datang di temani seorang wanita memergoki mereka berdua. Dimana posisinya saat itu dapat membuat siapapun yang menyaksikan nya mungkin akan salah paham.

"Apa yang kalian berdua lakukan di warung saya?" Hardik laki-laki paruh baya itu dengan suara yang cukup keras mengundang para pengguna jalan menghampiri mereka

"Ini tidak seperti yang kalian fikirkan" ucap Zefran seraya berusaha untuk bangkit. Namun bau Alkohol yang keluar dari mulut Zefran membuat kedua pasangan itu kembali yakin bahwa telah terjadi hal yang tidak senonoh di warung milik mereka mencari rezeki tersebut.

Nadzira mencoba untuk berdiri. Namun kepalanya masih terasa pusing, melihat tubuh Nadzira yang hampir saja terjatuh kembali, membuat Zefran sontak merangkul Nadzira membuat keadaan semakin bertambah runyam.

"Dasar wanita tidak tahu malu, hijab ini tidak pantas di gunakan oleh wanita pezina seperti mu" kata seorang wanita yang juga turut hadir disana menarik paksa jilbab yang di kenakan oleh Nadzira sehingga membuat rambut hitam nya tergerai begitu saja

Dengan cepat Nadzira merebut jilbabnya dan  segera memakai nya kembali. "Demi Allah, ini tidak seperti yang ibu, bapak pikirkan. Sungguh kami tidak melakukan apa-apa, ini semua hanya salah paham" elak Nadzira membela diri dengan suara bergetar menahan tangis.

"Jangan coba-coba bawa nama Tuhan, dengan kesalahan yang sudah kau perbuat" balas pria yang satunya seraya melayangkan tangan nya hendak menampar pipi Nadzira. Namun di cegah oleh yang lainnya.

"Jangan main hakim sendiri pak, lebih baik kita bawa mereka berdua bertemu keluarga dari perempuan ini. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, bagaimana? Setuju?"

"Setuju" ucap mereka serempak

Di sepanjang perjalanan menuju pulang. Nadzira tiada hentinya menangis, Ia sungguh sangat takut dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ada apa ini Zira" Tanya Tante Safira bingung melihat orang ramai mengunjungi kediaman nya.

Melihat Nadzira yang tidak kunjung bersuara, membuat Tante Safira semakin khawatir

"Maaf buk, jika kami mengganggu malam-malam begini. Tujuan kami kesini adalah untuk meminta pertanggung jawaban dari  anak Ibu yang sudah melakukan hal yang tidak senonoh bersama kekasihnya di kampung sebelah. Sehingga kami meminta agar mereka berdua segera di nikahkan supaya tidak memberi contoh yang buruk pada masyarakat yang lain" ujar pak Lurah yang sengaja mereka undang untuk menjelaskan

Mendengar hal itu sontak membuat Zefran berdiri tidak terima dengan apa yang di lontarkan oleh pria paruh baya itu. "Tidak, aku tidak mungkin menikahi wanita yang tidak setara dengan ku, lagi pula kami sungguh tidak melakukan apa-apa" ucap Zefran menolak keras permintaan itu

"Tante, Demi Allah. Zira tidak melakukan hal yang di tuduhkan oleh mereka. Sungguh, Zira berani bersumpah Tan, tolong percaya pada Zira" kata Nadzira memohon

Plak

Suara tamparan keras mengenai wajah cantik Nadzira, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar

"Dasar wanita murahan, mulai detik ini jangan pernah menampakkan diri di hadapan ku dan silahkan angkat kaki dari rumahku" ucap Tante Safira mendorong kuat tubuh Nadzira

Nadzira duduk terdiam. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang di alami nya malam ini, air mata tak henti-hentinya keluar dari sudut matanya. Begitu pula dengan Zefran, dirinya tidak bisa melakukan apa-apa saat orang-orang mengancam akan menyebarkan berita tentang dirinya yang akan berdampak buruk pada perusahaan miliknya.

Zefran akhirnya menikahi Nadzira dengan acara yang sederhana, tanpa adanya keluarga yang mendampingi kecuali Darwin yang saat itu segera datang setelah mendapatkan kabar dari atasannya itu melalui ponsel milik warga.

"Sah" Ucap para warga yang menyaksikan pernikahan yang di selenggarakan secara mendadak itu.

Nadzira kembali menangis, mengingat betapa menyedihkan nya kehidupan nya kini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status