MasukSetelah kuceritakan kejadian hari ini, Gibran mengerutkan kening dan mulai mengemasi pakaiannya.Melihatnya tiba-tiba begitu sibuk berkemas, aku bertanya, “Kamu sedang apa?” Gibran tampak serius.“Sayang, aku takut orang itu akan mengganggumu lagi.”“Ayo kita pindah ke rumah Ibu dan Ayah. Mereka sudah berkali-kali mendesakku untuk pulang. Lagipula, di sana punya pengasuh, pembantu, dan satpam di rumah. Orang itu tidak akan bisa mendekatimu lagi.”Melihat ekspresinya yang ketakutan, aku mencubit pipinya dengan lembut.“Apa yang kamu takutkan? Dia tidak akan berani berbuat apa-apa padaku. Memangnya kenapa kalau dia datang? Aku akan mengusirnya setiap kali dia datang!”Tetapi akhirnya, aku dan Gibran tetap pulang ke kampung halaman, berencana untuk tinggal di sana sampai hari perkiraan persalinanku.Mertuaku sangat senang karena kedatangan kami, bahkan kakaknya Gibran yang selalu sangat sibuk mengurus perusahaannya juga datang berkunjung.Aku merasa sangat nyaman di rumah ini.Hanya saja
Aryan mencoba menjelaskan.“Ketika Farah melompat, kami memeriksa rekaman CCTV. Aku melihat seorang perempuan dengan postur tubuh yang mirip denganmu, dia juga mengenakan pakaian yang sama denganmu. Kupikir…”“Apa kamu melihat wajah orang itu dengan mata kepalamu sendiri?”“Apa kau mendengar orang itu berbicara dengan telingamu sendiri?”Aryan menggeleng, wajahnya memucat.Aku geram, “Banyak sekali orang dengan bentuk tubuh yang mirip, banyak yang pakai pakaian yang sama. Apa kamu pikir aku akan begitu terang-terangan mengirim surat seperti ini? Apa kamu tidak merasa aneh? Apa kamu tidak berpikir ada yang sengaja membiarkanmu melihatnya?!”“Aku rasa kamu tidak pernah memikirkan ini, tapi kamu masih saja ngotot menyalahkanku, padahal kamu tidak punya bukti apa pun.”“Karena dibandingkan denganku, yang sudah bersamamu selama delapan tahun dan kamu sudah bosan, kamu lebih suka juniormu yang lembut dan muda, jadi yang kamu pikirkan hanyalah mendapatkan keadilan untuknya.”Aryan nampaknya h
Setelah hari itu, aku tak pernah bertemu Alya lagi dan perlahan-lahan melupakan percakapan kami.Hidupku kini bahagia dan memuaskan. Aku punya suami yang tampan dan lembut, seorang bayi juga akan segera lahir.Seandainya ibuku melihat hidupku sekarang, dia pasti akan bahagia untukku.Tetapi aku tidak pernah menduga Aryan akan datang mencariku.Di usia kehamilan yang mamasuki bulan ke delapan, aku sering berjalan-jalan di taman komplek untuk berolahraga.Ini kawasan perumahan kelas atas, banyak anak dari keluarga kaya dan selebritas punya rumah di sini.Petugas keamanannya biasanya sangat bertanggung jawab. Makanan yang dipesan online saja akan diantarkan petugas keamanan, orang luar tidak diizinkan masuk.Jadi, ketika tiba-tiba aku berpapasan dengan Aryan, aku terkejut dan mengerutkan kening. “Bagaimana kamu bisa masuk?”Aryan menatapku tajam, tatapannya perlahan mendarat di perutku.Matanya langsung memerah.Aku bahkan melihat sedikit air mata di matanya.Sejak pertama kali melihat Al
Perilaku Aryan yang tidak masuk akal dan sembarangan, membuatku kehilangan ibuku dan memutuskan hubunganku dengannya yang telah berjalan delapan tahun.Setelah mengurus pemakaman, aku mematuhi perintah mutasi perusahaan dan bekerja di perusahaan baru.Selama waktu itu, aku menjual rumah secepat mungkin.Lalu, dengan hanya sedikit barang yang tersisa, aku meninggalkan Kota Daro.Sebelum naik pesawat, aku memeriksa unggahan Aryan untuk terakhir kalinya.Dalam video ski terbarunya yang diunggah sepuluh menit yang lalu, dia dan Farah tampak tersenyum lebar, tertawa terbahak-bahak sambil mengumpulkan kepingan salju.Aku langsung memblokir dan menghapus semua akun dan nomor teleponnya.…Aku mengerjap, tersadar dari lamunanku dan mengusir ingatan menyakitkan itu.Alya yang melihatku terdiam, mengurutkan keninganya.“Arumi, kamu sudah hampir 30 tahun, masih belajar kabur membawa janin di perutmu seperti tokoh utama di novel?”“Kamu sudah bersembunyi seperti ini selama hampir setahun hanya unt
Dalam perjalanan pulang, aku menerima telepon dari rumah sakit.Aku mendapat kabar bahwa kondisi ibuku memburuk, beliau kini dirawat di UGD.Aku melupakan patah hatiku, menyuruh sopir untuk berbalik dan bergegas ke rumah sakit.Untuk saat ini, kondisi ibuku membaik.Dokter bilang kondisi yang memburuk seperti malam ini bisa saja terjadi lagi. Ibuku mungkin hanya punya waktu sebulan lagi untuk hidup.Aku duduk di samping ranjang ibuku, mataku bengkak karena menangis.Ibu membelai rambutku dengan lembut seperti biasa, “Nak, jangan menangis. Jika Ibu tiada, juga bukan hal buruk. Ibu takkan jadi beban lagi untukmu.”“Satu-satunya penyesalanku adalah tak bisa melihatmu menikah.”Aku menghapus air mataku, menggenggam tangan ibu erat-erat, dan berkata dengan sungguh-sungguh, “Aryan melamarku, sebenarnya aku berencana untuk menyampaikan kabar baik itu beberapa hari lagi. Bu, jangan khawatir, aku akan buat Ibu melihatku menikah.” Aku menelepon Aryan segera setelah meninggalkan rumah sakit.T
Setelah itu, Aryan mengirimiku beberapa pesan.Aku tidak membalas, dia tidak mengirim pesan lagi.Ulang tahunku masih seminggu lagi.Kupikir aku akan merayakan ulang tahunku sendirian tahun ini.Tetapi tepat sebelum tengah malam.Aryan menerjang hujan deras, muncul di hadapanku sambil membawa kue.Dia memberiku hadiah kalung dan memasangkannya, lalu dengan tulus meminta maaf.“Apa yang terjadi hari itu adalah salahku.”“Aku tidak memberimu rasa aman yang cukup, yang membuatmu curiga padaku.”“Jangan khawatir, setelah proyek ini selesai, aku akan bicara dengan keluargaku tentang pernikahan kita.” Ini pertama kalinya dalam delapan tahun berpacaran dia memberiku janji seperti itu.Aku menghitung hari, dengan penuh harap menantikan pernikahanku yang telah lama kunantikan.Namun kemudian aku menyadari bahwa hari itu sebenarnya masih lama.Setelah berbaikan dengan Aryan, dia menemuiku setiap hari sepulang kerja untuk menikmati waktu bersama.Ini berlangsung selama setengah bulan sebelum Ary







