Share

Bab 6

Author: Montano
Ketika aku tersadar lagi, aku melihat ibu mertuaku yang sinis dan galak. Dia melipat tangannya dan menatap dingin ke arahku yang terbaring UGD.

Dia mencibir, "Silvia, kalau kamu nggak bisa punya anak, bisa nggak kamu serahkan saja posisimu? Jangan sia-siakan masa muda putraku. Sebagai seorang wanita, kamu bahkan nggak bisa punya anak. Apa gunanya suntikan-suntikan itu? Kamu sudah habiskan banyak uang putraku! Dasar pembawa sial!"

"Kenapa kamu nggak ngaca dulu? Berani-beraninya kamu monopoli posisi sebagai istri Johannes. Kamu sudah tua dan jelek. Memangnya kamu layak?"

Sekarang, aku berusia 30 tahun. Aku telah bersama Johannes selama sepuluh tahun dan mendampinginya dari nol hingga sukses.

Aku merelakan aset ratusan triliun dan statusku sebagai putri orang kaya yang dimanja demi mendampinginya merintis usahanya. Ayah dan kakakku juga memberikan dukungan penuh kepada Johannes sehingga dia yang dulunya miskin memiliki kekayaan saat ini.

Aku telah menempuh perjalanan jauh demi datang kemari untuk menikah dengan Johannes, bukan untuk dihina oleh nenek sihir ini.

Aku sudah bersabar selama sepuluh tahun dalam menghadapi ibu mertuaku. Hari ini, aku akhirnya tak tahan lagi dan berdiri, lalu mendorongnya!

"Silvia! Apa yang kamu lakukan!" seru Johannes dengan marah sambil menendang pintu hingga terbuka!

Dia kebetulan datang dan menyaksikan hal ini, lalu menamparku dengan kuat!

"Kamu gila, ya! Beraninya kamu memukul ibuku!"

"Nak, dia nggak pukul Ibu," ujar ibu mertuaku dengan panik.

Selama bertahun-tahun, tidak peduli bagaimana ibu mertuaku menindasku, dia tahu dengan jelas bahwa rakyat jelata seperti mereka tidak mampu menyinggung keluargaku. Jika mereka benar-benar main tangan, entah sampai kapan mereka masih bisa bertahan hidup.

Johannes tiba-tiba tersadar dan berkata dengan panik, "Jadi, kamu .... Maaf, Silvia, aku nggak sengaja."

Dia mencoba mendekat, tetapi aku melangkah mundur. Sedikit sisa kehangatan terakhir yang kumiliki untuknya telah lenyap sepenuhnya akibat tamparan ini.

Aku menatap kemejanya yang kusut dan bekas merah mencolok di lehernya. Dia yang menyadari dirinya telah kehilangan kendali dia segera merapikan kemejanya untuk menutupi lehernya.

"Silvia, aku yang salah. Aku salah paham. Aku .... Kamu baik-baik saja, 'kan?"

Berhubung aku hanya diam saja, dia pun mulai panik. Pada detik berikutnya, dia menampar dirinya sendiri dua kali. Namun, aku tetap diam.

Johannes belum pernah menerima respons sedingin ini dariku. Raut wajahnya pun menjadi muram.

"Kalau kamu nggak mau bicara, istirahatlah. Aku akan bawa Ibu keluar supaya dia nggak mengganggumu."

Johannes menyeret ibunya keluar.

Dia mengira aku akan beristirahat, tetapi dugaannya salah. Aku membuka pintu dan berjalan mendekati mereka. Dia dan ibunya sedang berdiri di sudut.

Dari balik pintu, terdengar Johannes yang merendahkan suaranya berkata, "Ibu, buat apa kamu begitu cemas? Bukankah dia lagi jalani program bayi tabung? Kalau sudah hamil, dia lebih nggak mungkin lagi merusak bisnisku. Gimanapun, dia harus pertimbangkan soal anak."

"Aku begitu cemas karena dia nggak hamil-hamil!"

"Buat apa Ibu cemas? Ibu juga tahu berapa banyak harta ayah dan kakaknya. Cuma sepersekian dari harta mereka saja sudah cukup untuk hidupi kita seumur hidup. Mereka akan segera kasih aku sebuah investasi besar. Begitu aku dapatkan uang itu, aku nggak akan akan kekurangan apa-apa lagi."

"Setelah Silvia lahirkan anak kami, semuanya akan beres. Kelak, bukankah harta keluarga mereka akan jadi milikku? Pada saat itu, kamu boleh lampiaskan amarahmu sesuka hatimu."

Ibu mertuaku menyahut dengan galak, "Aku sudah dapatkan resep sebuah jamu dan akan merebusnya di masa nifasnya supaya dia alami pendarahan serius! Siapa suruh dia selalu mengintimidasiku selama ini? Aku cuma minta dia untuk cuci celana dalamku, kenapa dia malah pasang tampang cemberut?"

"Bukankah wajar seorang menantu layani ibu mertuanya? Dia seharusnya menjadi budakku seumur hidup! Kalau dia nggak mau, ya mati saja!"

Johannes berujar dengan kesal "Kamu putuskan saja sendiri. Aku nggak mau kena masalah!

Membunuh, merampas harta, meminjam rahim, dan meninggalkan keturunan. Aku tidak menyangka akan mendengar kata-kata mengerikan itu dari mulut pasanganku yang sudah menjalin hubungan sepuluh tahun bersama.

Aku selalu memperlakukan ibu mertuaku dengan baik. Namun, dia tetap berharap aku mati dan dengan cara yang paling menyakitkan.

Selama sepuluh tahun ini, aku ternyata telah melukai diriku sendiri dengan menghidupi dua orang tak tahu berterima kasih ini. Aku tak bisa berhenti gemetar. Sambil menggertakkan gigi, aku pergi ke toilet wanita, lalu mengeluarkan ponsel dan menelepon ayahku dengan panggilan video. Kakakku juga ada di sana.

Saat melihat tatapan keluargaku yang khawatir, aku berbicara perlahan, "Ayah, Johannes berselingkuh dengan seorang pekerja magang, sedangkan ibu mertuaku berencana membunuhku setelah aku melahirkan."

Ekspresi ayahku langsung menjadi muram dan dia memecahkan sebuah guci porselen seharga 16 miliar.

Wajah kakakku juga dipenuhi amarah dan urat-uratnya menyembul di dahi. Dia sudah mulai menelepon.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 11

    Johannes barulah orang yang memiliki masalah kesuburan. Dalam kasusnya, tanpa menjalani program bayi tabung, dia tidak akan pernah punya anak. Namun, Merry sama sekali tidak menjalani program bayi tabung. Setelah hamil sepuluh bulan, bayinya sudah lahir. Namun, pesan ini terasa bagaikan tulang ikan yang tersangkut di tenggorokan Johannes dan membuatnya tercekik.Bagaimana mungkin begitu? Selama sepuluh tahun ini, dia selalu percaya masalahnya terletak pada diriku. Dia tidak percaya. Hanya saja, ketika melihat Merry yang sedang menggendong anak, hatinya sangat bergejolak.Selama seminggu penuh, dia tidak bisa tidur. Kebahagiaan dari memiliki anak tidak mampu kegelisahan yang terus menghantuinya itu.Akhirnya, Johannes memutuskan untuk pergi memeriksakan diri. Dia diam-diam pergi ke kota lain sendiri. Saat hasilnya keluar, dia baru tahu bahwa air maninya sama sekali tidak mengandung sperma.Merry ternyata berselingkuh!Johannes sangat murka. Dia juga menggila dan langsung menabrakkan mo

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 10

    Kakak sepupuku adalah seorang atlet wanita angkat besi dengan berat lebih dari 100 kg. Begitu mendengar ucapan itu, dia langsung menampar Merry. Wajah Merry langsung bengkak dan memerah. Ayah dan kakakku juga mendengar keributan ini. Mereka keluar dengan tampang masam dan menatapnya. Merry tidak mengenali mereka dan terlihat tidak takut."Silvia, bisa nggak kamu berhenti bersikap nggak tahu malu? Kamu pada dasarnya mandul. Memangnya kamu kira beberapa suntikan bisa membantu? Jangan-jangan, kamu bahkan nggak tahu kalau kamu sudah menopause?"Dia menatapku dengan penuh provokasi dan tampang ingin pamer.Aku menyeret pergi kakak dan ayahku yang hampir murka. Kakak sepupuku menyingsingkan lengan bajunya dan bergegas menghampiri Merry, lalu menamparnya dua kali lagi."Laki-laki nggak pukul perempuan. Aku akan gantikan mereka melakukannya!"Merry tidak menyangka kakak sepupuku akan bersikap sekejam ini. Dia langsung ketakutan dan jatuh terduduk di lantai sambil meratap.Mobil Johannes berde

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 9

    Aku tidak menunggu Johannes kembali, melainkan langsung check-out dari hotel dan pulang sendirian.Ayah dan kakakku sudah menungguku di pintu masuk vila. Tidak ada ekspresi di wajah mereka. Namun, makin seperti ini, badai yang melanda akan makin besar. Setelah menerima pesanku, Johannes membalas.[ Silvia, aku sangat sibuk dan harus lembur di perusahaan untuk beberapa hari terakhir. Tolong gantikan aku minta maaf sama Ayah. Aku pasti akan mengajaknya jalan-jalan seusai sibuk. ]Dia sebenarnya hanya tidak ingin menunduk padaku di hadapan keluargaku. Bahkan setelah terus-menerus menerima bantuan dan kebaikan mereka, dia tetap menolak untuk tunduk.Dulu, demi harga diri, aku selalu membelanya. Kali ini, aku diam saja.Dokter keluarga yang dibawa Ayah memeriksaku dan menulis laporan. Kakakku menatap memar di perutku dengan mata dipenuhi rasa sakit hati.Ayahku sangat marah. Dia mengabaikan upayaku untuk menghentikannya dan memeriksa rekaman CCTV. Setelah melihat ibu mertuaku menindasku, d

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 8

    Johannes baru pulang di malam hari."Sayang, lihat apa yang kubawakan untukmu."Begitu masuk ke rumah, dia langsung dengan bangganya menunjukkan sebuah tas berwarna jingga. Itu adalah satu set piring Hermes."Bukannya kamu paling suka memasak? Aku juga suka masakanmu. Aku membelinya khusus untukmu."Aku berterima kasih sambil tersenyum, lalu berkata dengan sedih, "Itu terlalu mahal. Jangan beli lagi lain kali."Dia mengelus kepalaku dengan lembut. "Aku nggak peduli sama uang. Kamu sudah berkorban begitu banyak untukku. Wajar saja aku berikan yang terbaik untukmu."Untuk sesaat, aku hampir berpikir dia tulus. Meskipun dia jelas-jelas tidak mencintaiku lagi, tatapannya masih bisa dibuat seolah-olah penuh kasih sayang.Melihat aku tidak marah lagi, dia menghela napas lega, lalu mencium keningku sebelum pergi berganti pakaian.Melihat piring di depanku, aku merasa sangat mual. Ini hanyalah pelengkap tak penting yang dibeli demi memenuhi syarat untuk membeli tas Merry itu."Coba lihat apa i

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 7

    "Sayang, tunggu kami ke sana. Kamu punya tempat menetap? Kalau nggak, Ayah akan belikan sebuah rumah untukmu."Ayahku mengancam akan menghancurkan Johannes. Sementara itu, kakakku yang berekspresi muram mulai mengatur urusan di perusahaan dan bertekad untuk membuat Johannes menyesali perbuatannya seumur hidup.Setelah dihibur oleh keluargaku, aku memutuskan sambungan telepon. Kemudian, aku kembali ke kamar rawat inapku, bersembunyi di balik selimut dengan tubuh gemetar, dan menangis sejadi-jadinya.Sebenarnya, ada alasan kenapa aku memperlakukan Johannes dengan begitu baik hingga bahkan mempertaruhkan kesehatanku untuk menjalani program bayi tabung.Pada tahun pertama kami bersama, ketika tidak sengaja bertemu dengan seorang preman dan preman itu hendak menyerangku, dia mengadang di depanku tanpa ragu dan menahan pisau itu dengan tangan kosong. Pisau tajam itu hampir memotong separuh tangannya, tetapi dia berhasil menyelamatkan nyawaku. Namun, setelah tidak mencintaiku lagi sekarang,

  • Cinta yang Luruh Bersama Cahaya Terakhir   Bab 6

    Ketika aku tersadar lagi, aku melihat ibu mertuaku yang sinis dan galak. Dia melipat tangannya dan menatap dingin ke arahku yang terbaring UGD.Dia mencibir, "Silvia, kalau kamu nggak bisa punya anak, bisa nggak kamu serahkan saja posisimu? Jangan sia-siakan masa muda putraku. Sebagai seorang wanita, kamu bahkan nggak bisa punya anak. Apa gunanya suntikan-suntikan itu? Kamu sudah habiskan banyak uang putraku! Dasar pembawa sial!""Kenapa kamu nggak ngaca dulu? Berani-beraninya kamu monopoli posisi sebagai istri Johannes. Kamu sudah tua dan jelek. Memangnya kamu layak?"Sekarang, aku berusia 30 tahun. Aku telah bersama Johannes selama sepuluh tahun dan mendampinginya dari nol hingga sukses. Aku merelakan aset ratusan triliun dan statusku sebagai putri orang kaya yang dimanja demi mendampinginya merintis usahanya. Ayah dan kakakku juga memberikan dukungan penuh kepada Johannes sehingga dia yang dulunya miskin memiliki kekayaan saat ini.Aku telah menempuh perjalanan jauh demi datang kem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status