Share

Bab 3

Author: H.S.X
Begitu melihatku, dia sempat tertegun, lalu buru-buru membawakanku segelas air hangat dengan penuh perhatian.

“Nyonya baik-baik saja, ‘kan? Wajah Nyonya pucat sekali. Apa perlu ke rumah sakit?”

“Aku baik-baik saja,” jawabku tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Lihatlah.

Bahkan orang lain bisa menyadari kalau aku sedang tak baik-baik saja.

Lalu… kenapa Andika tidak bisa?

...

Sepuluh hari berlalu.

Tak ada satu pun kalimat basa-basi darinya.

Dadaku terasa sesak, panasnya seolah membakar organ dalam.

Aku sedih bukan karena dia.

Hanya saja… ada sedikit rasa tak ikhlas di hati.

Aku tak ikhlas pernikahanku berakhir seperti ini.

Aku tak ikhlas anakku harus pergi meninggalkanku.

Aku tak ikhlas… setelah berjuang sekian lama, kini aku justru tak lagi mencintainya.

Sesampainya di kamar, aku mulai membereskan koper.

Saat hampir selesai, Andika tiba-tiba pulang.

Melihat koper di tanganku, jelas dia tertegun sejenak.

“Beberes koper untuk apa? Mau ke mana?” tanyanya dengan suara panik yang tak dia sadari.

“Liburan dulu. Suasana hatiku buruk, mau tenangin diri dulu,” jawabku sekenanya tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya.

Dia menarik tanganku, lalu menyelipkan sebuah kantung kertas.

“Ini buat kamu.”

“Asistenku, si Mita, bilang tas ini koleksi terbaru. Edisi terbatas. Cocok dijadikan tas ibu yang baru melahirkan.”

“Dan… mainan ini juga khusus kubeli. Katanya paling cocok buat bayi yang baru lahir,” ucap Andika panjang lebar dengan sedikit gugup, tapi matanya justru terlihat berbinar.

Sorot matanya membuatku terpaku, tanpa sadar aku pun berkata, “Andika… anak kita sudah…”

Belum sempat aku menyelesaikan kalimat itu, Andika memotongnya, “Mita bilang… HPL-mu akhir Desember, ‘kan?”

“Tapi aku baru saja mengiyakan Olivia menemaninya ke Malaysia akhir Desember nanti.”

“Jadi kupikir… Bella, kamu wanita yang pengertian. Nggak masalah ‘kan kalau melahirkan sendiri?”

Kebenaran yang tak sempat terucap berubah menjadi batu yang tersangkut di tenggorokan.

Asam. Perih.

Aku membuka lemari, memperlihatkan sembilan puluh sembilan tas yang tersusun rapi.

“Andika… jumlah tas ini sudah sembilan puluh sembilan. Coba kamu hitung.”

Andika tampak terkejut.

“Oh… jumlahnya sudah cukup?”

“Ya, sudah,” jawabku.

“Jadi gimana… apa janjimu masih berlaku?”

Andika mengatupkan bibir seolah membentuk garis lurus.

Aku tahu dia sedang bimbang.

Namun… yang kuminta hanyalah sebuah jawaban, meski jauh dalam hati, sebenarnya aku sudah tahu hasilnya.

Benar saja.

Setelah ragu sejenak, dia pun mengungkapkannya.

“Penyakit Olivia belum sembuh. Janji kita… dibatalkan!”

Tali terakhir yang melilit jantungku akhirnya putus.

“Baik, aku mengerti,” jawabku sambil mengangguk dengan kuat.

Andika tertegun. Dia tak menyangka aku akan menerimanya semudah itu.

“Bella… kamu memang yang terbaik,” ucapnya sembari memelukku penuh emosi.

“Kamu nggak perlu khawatir. Asalkan kondisi Olivia stabil, aku pasti akan pulang dan menemanimu,” imbuhnya.

Aku hanya menggumam mengiyakan, lalu meminta satu permohonan terakhir.

“Jimat pelindung anak kita hilang. Tolong mintakan satu lagi,” pintaku.

Membahas soal anak, ekspresi Andika tampak lebih lembut.

“Oke. Saat pulang nanti, aku akan temani kamu periksa kehamilan. Aku juga akan meminta jimat terbaik dan terindah buat anak kita.”

Bola mataku bergetar. Rasa sakit kehilangan bayiku kembali menghantam.

“Ya.”

Hanya saja…

Anakku selamanya tak akan pernah melihatnya.

Setelah Andika pergi, aku bangkit membuka laci, mengeluarkan setumpuk berkas medis yang kurapikan dengan sangat hati-hati.

Tes kehamilan pertama.

Pemeriksaan kehamilan pertama.

Obat penguat kandungan pertama.

Setiap malam saat Andika tak di rumah, aku selalu mengeluarkannya dan melihatnya berulang kali.

Itu adalah harapan dan kebahagiaan seorang ibu.

Juga impianku sebagai seorang istri tentang keluarga yang utuh.

Namun kini…
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Mengalir Pergi   Bab 10

    Andika masih ingin mencariku. Dia masih ingin bersamaku, ingin menebus semua kesalahannya.Namun… aku juga sudah mengatakannya.Aku tak ingin bertemu dengannya selamanya.Awalnya dia mengira, hal yang membuatnya sakit hati adalah saat Olivia mencoba bunuh diri.Namun kini dia baru mengerti.Hal yang paling membuatnya sakit adalah saat kepergianku.Namun semuanya sudah terlambat.Kepala kantor polisi ternyata adalah teman lama Andika. Setelah tahu maksud kedatangan Andika, pria itu dengan cepat menjelaskan kronologi kejadian.Sebenarnya, memang pihak rumah sakit sudah melaporkan Olivia. Hanya saja, karena luka yang perawat derita tak parah, kasus ini semula hendak diselesaikan secara damai.Pihak rumah sakit hanya meminta Olivia mengucapkan permohonan maaf dan urusan selesai.Namun siapa sangka, entah kesetanan apa, Olivia justru mengamuk, menolak meminta maaf dan membuat keributan besar di rumah sakit.Itulah sebabnya dia ditahan semalaman.Andika mengusap keningnya, menahan rasa kesal

  • Cinta yang Mengalir Pergi   Bab 9

    Bibi pengasuh menyeka air matanya.“Tuan bilang… cuma hamil, ‘kan? Buat apa harus lebay begitu.”“Tuan… hati Tuan benar-benar kejam.”Andika tampak linglung.“Tapi, aku sudah membelikannya tas, ‘kan?” gumamnya pelan.Penyakit Olivia pertama kali kambuh di tengah malam. Aku tak tenang saat itu. Aku menggunakan segala untuk menahannya agar tak pergi.Andika terlihat gelisah, lalu mengeluarkan ponsel dan memintaku untuk memilih sebuah tas.“Bella… aku janji hanya akan menemani Olivia sembilan puluh sembilan kali. Saat pergi, aku akan memberimu sebuah tas. Sampai jumlahnya genap sembilan puluh sembilan, kamu bawa semua struk itu padaku. Aku pasti akan pulang bersamamu.”Sejak hari itu, ruang lemari itu menjadi hal yang paling berharga untukku.Berkali-kali asistennya memberitahu dia, betapa bahagianya aku saat menerima tas itu.Namun, dia tak tahu. Kebahagiaanku bukan datang dari tas itu, tapi karena jarak ke angka sembilan puluh sembilan semakin dekat. Yah, sebuah janji palsu untuk menah

  • Cinta yang Mengalir Pergi   Bab 8

    Andika tampak terhuyung. Rasa sakit membanjiri hatinya sepertinya air bah yang tak terbendung.Anakku… karena aku…Tatapan matanya tertuju pada jimat keselamatan di tangannya. Dalam sekejap, dia sadar akan sesuatu. Dia menggila buru-buru keluar dari ruangan.Pulang!Bella!Saat ini, Andika tak lagi mengingat Olivia.Segala isi hati dan pikirannya hanya kembali ke sisiku. Dia ingin meminta maaf. Dia ingin menebus semua kesalahannya.Olivia mulai pank, seolah ada sesuatu di dalam dirinya yang lepas kendali.Dia buru-buru mengejar Andika, tapi dihadang oleh kepala perawat.“Kamu nggak boleh pergi!”Dihadang seperti itu, tentu membuat Olivia kesal.“Kenapa aku nggak boleh pergi? Ini rumah sakit, apa kalian mau menahanku secara paksa di sini?”Kepala perawat lantas mencibir.“Kamu memang pintar menuduh seenaknya. Sudah melukai orang, nggak minta maaf, nggak ganti rugi, eh malah mau kabur.”“Jujur saja, aku baru saja mengirim orang untuk melapor polisi. Kamu duduk dan tunggu saja.”Begitu me

  • Cinta yang Mengalir Pergi   Bab 7

    Orang-orang di sekeliling akhirnya ikut tenang. Namun, tatapan mereka penuh ejekan pada Olivia.Andika tak menyadari hal itu. Begitu melihat reaksi mereka, wajahnya pun berubah dingin.“Apa maksud kalian? Tugas kalian sebagai tenaga medis bukankah untuk menyelamatkan nyawa seseorang? Tapi rasa empati saja kalian nggak punya!” seru Andika kesal.Kepala perawat memutar bola matanya.“Memangnya kenapa dengan tenaga medis? Mereka juga manusia, pantas dihormati. Dia memukul orang, apa itu artinya dia punya empati?”“Cukup sampai di sini, jangan banyak omong. Cepat minta maaf, rumah sakit bukan tempat kalian buat keributan.”Orang-orang di sekitar pun ikut angkat suara.“Ya, betul. Cepat minta maaf.”“Kalau nggak, kami akan lapor polisi.”“Huh… orang-orang macam ini benar-benar ada.”Olivia tak tahan dengan teguran itu. Amarahnya meledak, dia lantas menghampiri kepala perawat.“Kalian...”“Apa itu yang menempel di bajumu?” sahut Andika tiba-tiba. Tatapan matanya tajam tertuju pada jimat kese

  • Cinta yang Mengalir Pergi   Bab 6

    Begitu terprovokasi oleh ucapan perawat, dia seketika menggila. Dia ambil pisau buah yang ada di lantai dan melemparkannya ke arah perawat.“Hentikan!” teriak Andika saat menoleh dan melihat adegan itu.Namun… sudah terlambat.Pisau buah itu menggores sudut mata perawat dan meninggalkan guratan darah panjang.“Aaaa…” teriak perawat saat menyentuh darah di sudut matanya. Dia pun mendorong pintu dengan keras.“Tolong! Cepat, ada orang yang membuat keributan di sini!” lanjut perawat berteriak keluar.Beberapa dokter dan perawat buru-buru masuk. Saat melihat guratan darah di wajah perawat, mereka pun tampak terkejut.Lukanya memang kecil, tapi hampir menggores sudut matanya. Seandainya sedikit lebih jauh, yang terluka sudah pasti matanya.“Erika, apa yang terjadi?” tanya kepala perawat penuh prihatin sembari hati-hati mengelap lukanya menggunakan kapas antiseptik.Erika baru saja diterima bekerja di rumah sakit tahun ini. Saat ini pun, usianya baru menginjak dua puluhan tahun, ditambah dia

  • Cinta yang Mengalir Pergi   Bab 5

    Klang!Pisau buah jatuh ke lantai. Dentingannya memecah keheningan. Kulit buah berserakan di lantai, tapi tak ada seorang pun yang peduli.Andika sontak berdiri.“Ka… Kamu bilang apa barusan?” tanyanya tak percaya.Perawat tampak terkejut, menatapnya penuh keheranan.“Apa Anda keluarga dari Ibu Bella?”“Beberapa hari lalu, Ibu Bella dirawat di sini karena keguguran. Dia lupa mengambil obatnya.”“Tadi saya lihat Ibu Bella keluar dari kamar ini, jadi saya ke sini untuk menanyakan, siapa di antara kalian yang keluarganya?”Andika mengatupkan bibirnya hendak bicara, wajahnya seketika berubah pucat.“Aku… aku suaminya.”Mendengar itu, sikap perawat yang semula ramah langsung berubah. Dia menyapu Andika dari atas sampai bawah, sorot matanya dipenuhi ejekan.“Oh?”“Jadi kamu suami Ibu Bella yang nggak bertanggung jawab itu?”“Istrimu keguguran dan dirawat di rumah sakit begitu lama, tapi sekali pun kamu nggak pernah menjenguknya. Hebat sekali kamu sebagai suami!”Bola mata Andika bergetar heb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status