Share

Bab 2

Author: Gincha
Keesokan harinya saat Twinkle hendak keluar, aku sudah berganti pakaian. "Aku ikut kamu."

Ekspresi Twinkle sempat kaku sesaat, lalu dia tersenyum tipis. "Baiklah. Kalau begitu, nanti kita cepat balik."

Aku tahu dia takut aku akan mengganggu Amelie. Namun, tujuanku bukanlah itu. Aku hanya ingin melihat keluarga sekali lagi sebelum pergi. Bagaimanapun, mungkin seumur hidup aku tidak akan pernah bertemu mereka lagi.

Setibanya di rumah, ruang tamu yang besar sudah penuh dengan orang-orang. Amelie dikelilingi oleh semua orang yang memberikan doa dan ucapan selamat. Dia mengenakan gaun mewah, riasannya sempurna, dan dikelilingi kerumunan bak seorang putri.

Saat melihatku masuk, senyuman Amelie seketika memudar. Namun, dia tetap melangkah anggun menghampiriku. "Adikku datang juga? Kukira kamu sibuk setiap hari menjadi nyonya kaya, sampai-sampai melupakan kakakmu."

Aku tidak menanggapi ejekannya, hanya mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Amelie, ini hadiah dariku. Selamat ulang tahun." Suara Twinkle dipenuhi emosi mendalam. Saat dia menatap Amelie, ada kekaguman sekaligus kesedihan.

"Terima kasih, Twinkle. Doamu adalah yang paling kubutuhkan!" Amelie tersenyum menerima hadiah itu, lalu melirikku dengan senyuman penuh tantangan.

Dia menegakkan lehernya dengan anggun, lalu berjalan menuju piano dan mulai memainkan tuts dengan elegan.

Begitu nada pertama keluar, tubuhku langsung membeku di tempat. Yang dia mainkan adalah lagu yang baru saja kuselesaikan setelah berhari-hari tanpa tidur, lagu yang kusiapkan untuk lomba internasional setelah aku pergi!

Sambil bermain, Amelie menoleh ke arahku, memberikan senyuman menantang. Aku melirik Twinkle di samping. Tampak cinta yang memancar dari matanya.

Tiba-tiba, penutup tuts piano jatuh. Meskipun Amelie sempat menghindar, tangannya tetap terkena. "Ah! Sakit sekali!"

Dia menjerit, memegangi tangannya, tubuhnya bergetar, dan menangis kesakitan. Suara keras piano menggema, membuat seluruh ruangan panik.

"Ya Tuhan, penutup piano menimpa tangan Amelie!"

"Gimana ini? Dia 'kan pianis!"

"Cepat panggil dokter!"

Dalam kekacauan itu, aku mendengar satu suara penuh kegelisahan dan kepanikan yang menusuk. "Amelie!"

Tubuhku bergetar hebat. Itu suara Twinkle.

Mata Twinkle dipenuhi rasa panik. Dia langsung berlari ke sisi Amelie. "Amelie, biar aku lihat tanganmu!"

Dengan wajah berlinang air mata, Amelie menyerahkan tangannya. Kelingkingnya agak bengkak, tetapi jari lainnya baik-baik saja. Namun, di mata Twinkle, itu adalah cedera parah. Dengan hati-hati, dia menggenggam tangan Amelie dengan penuh kasih sayang.

Amelie menatapku sekilas, lalu langsung menangis lebih keras. "Piano ini hadiah dari adikku. Aku nggak pernah menyangka ...."

Kalimatnya tak dilanjutkan, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.

Twinkle segera menoleh padaku. Suaranya terdengar lembut, tetapi sarat dengan teguran. "Natalie, apa kamu yang mengutak-atik piano ini? Cepat minta maaf pada kakakmu."

Aku menatapnya dengan mata terbelalak, tak percaya Twinkle benar-benar meragukanku. "Aku nggak melakukan apa pun!"

Piano itu memang hadiah dariku, tetapi aku hanya memesannya. Saat diantar ke rumah, aku sama sekali tidak pernah menyentuhnya.

Amelie meneteskan air mata, suaranya terdengar sangat menyedihkan. "Jangan salahkan adikku, mungkin dia juga nggak sengaja."

Twinkle hendak berkata lagi, tetapi aku menyelanya, "Kalian berdua bisa jelaskan padaku, kenapa Amelie memainkan lagu yang kutulis?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang Tak Sempat Kudengar   Bab 10

    Twinkle menatapnya dengan dingin. "Aku sudah bilang, hidup matimu nggak ada hubungannya denganku.""Baiklah." Amelie merogoh sesuatu dari tubuhnya. Dia lantas mengeluarkan sebilah belati dan menempelkannya di lehernya sendiri."Twinkle, lihat baik-baik! Natalie sudah bersama pria lain. Dia nggak mencintaimu, di hatinya nggak pernah ada dirimu! Orang yang mencintaimu hanyalah aku!"Teriakan itu diiringi sorot mata penuh tekad. Kemudian, matanya beralih padaku. "Natalie, kamu menghancurkan hidupku! Aku membencimu! Bukan hanya kamu yang bisa mati, bukan hanya kamu!"Begitu ucapan itu dilontarkan, belati itu ditekan lebih dalam, lalu darah mulai mengalir dari leher Amelie.Kupikir Twinkle akan segera berlari menghampirinya, tetapi matanya hanya terpaku padaku. Seolah-olah selain aku, dia tidak peduli pada apa pun lagi."Amelie, jangan kira dengan cara ini kamu bisa menghapus semua yang telah kamu lakukan." Suara Twinkle rendah, dalam. "Aku sudah bilang, kita nggak ada hubungan lagi. Orang

  • Cinta yang Tak Sempat Kudengar   Bab 9

    Gary bergegas masuk. Begitu masuk, dia langsung menarik Amelie dengan kasar dan melindungiku di belakangnya.Amelie hampir terjatuh karena dorongannya, tetapi saat melihat jelas siapa yang datang, dia tiba-tiba menyeringai dingin."Amelie, hebat sekali kamu. Belum sampai setahun, kamu sudah menggoda pria lain?" Amelie menyilangkan tangan di dada, tatapannya yang penuh sindiran menyapuku dan Gary."Aku sudah bilang ke Twinkle sejak dulu, kamu sama sekali nggak mencintainya! Ternyata aku benar, buktinya sekarang kamu bersama pria lain! Dia dulu nggak percaya padaku, tapi sekarang kenyataan ada di depan mata!"Gary mengerutkan kening, lalu menoleh sekilas. "Tolong jaga ucapanmu. Ini ruang piano, bukan tempat untuk membuat keributan. Kalau mau bicara, di luar saja, jangan di sini."Amelie sempat tertegun, tetapi segera tersenyum mengejek. "Memangnya kamu siapa? Apa hakmu mengusirku? Jangan sok hebat. Perempuan seperti Natalie ini nggak akan pernah benar-benar mencintai siapa pun."Ucapanny

  • Cinta yang Tak Sempat Kudengar   Bab 8

    Tentang kompetisi piano, belakangan Gary kembali beberapa kali membicarakannya denganku. "Permainan pianomu sangat indah. Kamu seharusnya berdiri di panggung yang lebih besar. Kalau cuma di sini, bakatmu akan terkubur."Aku duduk diam di depan piano, jemariku menekan tuts secara acak. Kata-katanya membuatku kembali teringat bahwa sejak kecil aku belajar piano, tujuannya adalah agar bisa tampil di panggung yang lebih besar. Itulah mimpiku dulu."Mau ya?" Mata Gary berbinar, seperti bintang di tengah malam."Mm, aku coba."Wajahnya langsung merekah dengan senyum lebar, lalu dia menyerahkan informasi lomba kepadaku.Malam itu, aku duduk sendirian di depan piano, berniat menulis sebuah lagu. Kupikir aku sudah sepenuhnya hancur karena Twinkle, tetapi kali ini berbeda. Saat menulis, wajah Gary selalu muncul di benakku. Dia hanya berdiri tenang di kejauhan, tetapi pandangannya terus tertuju padaku.Tanpa sadar, bibirku terangkat dan not-not di partitur seolah-olah ikut menari.Pada hari kompe

  • Cinta yang Tak Sempat Kudengar   Bab 7

    Setelah menutup telepon, aku tetap membuka ponsel dan melihat berita-berita tentang Twinkle dan Amelie. Beberapa foto meskipun kualitasnya buram, masih bisa terlihat jelas sosok Amelie. Dia menangis sambil menyeret koper keluar dari rumah, tanpa seorang pun di sisinya.Asosiasi lomba pun mengeluarkan pernyataan resmi, mencabut seluruh hak Amelie untuk ikut kompetisi, selamanya. Bahkan perusahaan keluarga juga terkena dampaknya karena masalah ini, harga saham mereka menurun drastis karena Amelie.Sementara itu, Twinkle difoto wartawan sedang bersikeras melarang tim konstruksi merobohkan rumah yang terbakar. Setiap hari, dia selalu masuk ke reruntuhan dan mencari sesuatu di dalam untuk waktu yang lama.Hanya kapel kecil itu yang tersisa, tetapi di dalamnya sudah tidak ada lagi hal yang berhubungan dengan Amelie. Nama Amelie yang dulu memenuhi dinding pun hilang, berganti dengan namaku.Semua orang mencacinya. Menyebutnya penipu, mempermainkan perasaan orang, dan sekarang akhirnya menerim

  • Cinta yang Tak Sempat Kudengar   Bab 6

    Sudut pandang Natalie:Di sisi lain, aku menganggap rekaman itu sebagai wasiatku, sekaligus perpisahan terakhirku dengan pernikahan palsu itu. Saat video tersebut sedang gencar dibagikan oleh para netizen, aku sudah berada di sebuah kota kecil yang jauh, memulai hidup baruku.Di sini tidak ada keluarga, tidak ada Twinkle, tidak ada satu pun orang yang kukenal. Hanya ada sebuah rumah mungil dengan taman bunga dan sebuah piano yang selalu menemaniku.Aku punya identitas baru. Tak perlu lagi terikat pada pernikahan penuh kebohongan itu, tak perlu lagi berhadapan dengan pria yang mencintai orang lain. Tak seorang pun tahu keberadaanku. Aku bebas dari semua orang itu dan sudah siap untuk hidup sendirian seumur hidup.Awalnya, aku masih belum terbiasa tinggal di sini. Segala sesuatu harus kulakukan sendiri, tanpa pelayan atau siapa pun yang bisa membantu. Perlahan, aku belajar memasak, belajar memperbaiki alat-alat listrik sederhana.Aku pun jarang bersosialisasi dengan orang lain. Tempat in

  • Cinta yang Tak Sempat Kudengar   Bab 5

    Twinkle seakan-akan terpaku, tubuhnya kaku. Bahkan setelah polisi pergi, dia masih belum bisa kembali sadar. Saat itu, Amelie muncul dari belakangnya.Begitu mendengar kabar bahwa aku tewas dalam kebakaran, sudut bibirnya yang sejak tadi berusaha ditahan akhirnya melengkung juga. Namun, di depan Twinkle, dia tetap berpura-pura menunjukkan wajah sedih."Twinkle, adikku sudah tiada, tapi kamu masih punya aku. Kamu harus terus hidup dengan baik ...."Tubuh Twinkle bergetar. Dia menoleh menatap Amelie. Tatapan itu membuat Amelie gelisah. "Twinkle, kenapa kamu menatapku begitu?""Kenapa? Kenapa harus menggunakan lagu yang dibuat Natalie?"Amelie memaksakan senyuman kaku. "Twinkle, maksudmu apa?"Twinkle bangkit, maju selangkah demi selangkah, membuat Amelie terus mundur. "Waktu itu, kamu bilang Natalie lebih berbakat darimu. Kamu menangis, memohon padaku, baru aku mau membantumu. Tapi, lagu itu adalah hadiah ulang tahun yang Natalie berikan padaku!"Tatapan Amelie tampak gelisah. Dia berusa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status