Share

Kesepian

"Siang," sapa Mita kepada Dimas yang sedang melamun. Mita melambaikan tangannya tepat di hadapan Dimas yang pandangannya sangat kosong. Mita pun memberikan sedikit senyuman manis kepada Dimas.

"Eh, siang, mau ambil lukisan ya?" ucap Dimas kaget. Ia pun terbangun dari lamunan panjangnya. Dimas pun sedikit kaget dengan Mita yang tak biasanya memberikan senyum tepat di depannya.

"Iya," jawab Mita singkat. Dimas pun segera mengambil lukisan milik Mita yang sudah dibungkus dengan bingkisan yang menarik. Ide membungkus lukisan pesanan ini merupakan ide dari Rusli agar pelayanan Dimas terlihat lebih menarik.

"Paman pelukis yang kemarin mana ya?" tanya Mita kepada Dimas. Dimas kali ini benar-benar heran kepada Mita. Tumben sekali Mita mau berbasa-basi menanyakan hal yang berada diluar tujuan utamanya, yaitu mengambil lukisan.

"Eh, sudah dua hari paman Rusli tidak kesini," jawab Dimas. Sebenarnya sedari tadi Dimas melamunkan Rusli yang tak kunjung datang. Biasanya setiap hari Rusli selalu datang ke rukonya itu. Namun, sudah dua hari ini Rusli tak pernah menampakkan dirinya. Dimas juga sudah berusaha menelpon Rusli, namun tak kunjung ada jawaban. Dimas benar-benar bingung akan kejadian ini.

"Oh, namanya Rusli," ucap Mita. Jarang sekali Mita bersikap seperti ini. Mita menjadi sosok yang peduli akan lingkungan sekitarnya tidak seperti biasanya. Bahkan kini Mita menyempatkan waktu untuk melihat-lihat lukisan Dimas yang terpasang di ruko tersebut.

"Ini kak lukisannya," kata Dimas dengan memberikan bingkisan berisi lukisan pesanan Mita dua hari lalu kepada Mita.

"Ini lukisan buatan kamu ya?" Mita tak langsung menerima lukisan yang diberikan Dimas. Dia malah menanyakan lukisan yang tertempel di salah satu dinding ruangan tersebut. Dimas pun menjadi terheran heran dengan sikap Mita yang tiba-tiba berubah. Dimas malah melihat Mita lebih aneh ketimbang biasanya.

"Iya, ada apa?" jawab Dimas, kemudian ia bertanya kembali ke Mita. Wajah Mita terlihat begitu takjub memandang lukisan buatan Dimas itu. Tangannya meraba-raba lukisan tersebut dengan sangat halus, dan matanya menggeliat seperti menikmati sebuah keindahan yang ada dalam lukisan itu.

"Bagus," jawab Mita singkat. Ia pun masih mengagumi lukisan itu. Matanya benar-benar hanya tertuju kepada lukisan itu. Sebuah lukisan pemandangan sebuah gunung Arjuna dengan terdapat sepasang kekasih yang sedang bermesraan disana.

"Iya, itu lukisan yang aku ikutkan pameran juga kemarin," jelas Dimas mencoba menanggapi Mita. Mita tak menjawab apapun, dia masih terus saja mengagumi lukisan itu. Dan kini Dimas bingung mau melakukan apa. Dimas pun hanya terdiam, melihat Mita yang sedang mengagumi lukisannya itu.

"Lain kali tolong lukis saya dengan background seperti ini ya kak," ucap Mita setelah cukup lama memandangi lukisan itu. Tangannya kini juga meraih bingkisan yang sedari tadi Dimas bawa. Dan kini Mita pun tidak langsung pergi meninggalkan Dimas. Ia menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut Dimas.

"Iya," begitulah jawab Dimas. Kini malah Dimas yang menjawab singkat. Ekspresinya pun juga aneh, seperti seseorang yang sedang bingung. Memang, Dimas masih merasa aneh terhadap sikap Mita yang tidak lagi aneh seperti biasanya.

"Baik kak, saya pergi dulu ya kak," jawab Mita dengan memberikan senyum kepada Dimas. Juga tidak seperti biasanya Mita memberikan ucapan selamat tinggal sebelum dirinya meninggalkan Mita. Dimas pun tidak berkata apa-apa, hanya tangannya yang melambai membalas lambaian yang diberikan oleh Mita.

"Hmm, paman kemana ya?" ucap Dimas kepada dirinya sendiri. Kini ia kembali duduk, memangku dagunya dan kembali melamun dengan tatapan kosong. Ia kembali menanti Rusli yang tak kunjung datang. Ia pun memikirkan sebenarnya sedang terjadi apa dengan Rusli.

Baginya Rusli sudah bukan seperti temannya atau pamannya. Rusli sudah seperti ayahnya sendiri. Selalu membawakan makanan untuknya, memberikan nasihat hidup padanya, dan membantunya saat dia mengalami kesusahan. Rusli sudah sangat berjasa di dalam kehidupannya, tapi sekarang Rusli tiba-tiba menghilang begitu saja.

"Hai, besok bisa melukis kan?" Sebuah pesan W******p dari Mita pun berhasil terkirim ke Dimas. Dimas benar-benar heran dengan kejadian ini. Mita bukanlah anak yang mau tanya seperti ini. Dari dulu, Mita langsung saja meminta untuk dilukis tanpa harus menanyakan kesanggupan Dimas. Tapi mengapa kini Mita malah menjadi seperti ini.

"Iya, bisa kok, kapan saja bisa kok kak," jawab Dimas dalam pesan WhatsAppnya. Meskipun seperti itu, Dimas sedikit merasa senang. Sudah dua hari Dimas merasa sangat kesepian. Dia hanya bertatap muka dengan beberapa pelanggan saja. Ketika malam tiba, tidak ada Rusli yang menemaninya. Bahkan ibunya juga sudah dua hari ini tidak dapat ditelpon. Malam-malam Dimas selalu ia habiskan sendiri dengan rasa sepi yang menerpanya.

"Jangan panggil aku kak, panggil aku Mita saja ya," Mita membalas pesan Dimas. Lagi lagi Dimas dibuat terkejut dengan Mita. Mita tidak pernah menjawab pesan W******p sepanjang ini. Biasanya hanya jawaban iya, tapi kini berbeda. Mita kini menjadi gadis yang asik dan tidak cuek seperti dulu

"Oke Mita, besok aku tunggu ya," jawab Dimas dalam pesan W******p. Dia tetap berusaha menanggapi Mita dengan caranya sendiri. Tidak terlalu memedulikan perubahan sikap Mita yang terkesan aneh itu.

"Siap kakak," balas Mita lagi. Dan Dimas pun tak membalasnya lagi. Hari sudah sore dan ia harus segera membereskan rukonya, persiapan untuk menutup rukonya tepat di jam 7 malam.

"Hu, hari ini paman tidak datang kesini lagi, kapan ya dia akan kesini lagi?" ucap Dimas lirih sembari memringkas lukisan lukisannya. Dimas masih saja menantikan kehadiran Rusli. Berharap bahwa Rusli segera datang hari ini. Namun, Rusli yang dinantikannya pun tidak kunjung datang.

Malam pun datang, kini Dimas telah berbaring di kasurnya dan memegang ponselnya. Sudah berkali-kali Dimas mencoba menghubungi Rusli. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan nomor telepon Rusli pun tidak aktif. Kini Dimas benar-benar bingung. Rusli yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri tiba-tiba menghilang dan membuatnya merasa sendirian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status