Share

Obrolan dengan Mita

"Pagi kak," ucap Mita kepada Dimas saat baru datang di ruko Dimas. Mita melambaikan tangannya tanda sapaannya kepada Dimas dengan wajah tersenyum ramah. Kini Mita sudah bukanlah gadis cuek dengan muka datar yang selama ini Dimas kenal. Mita sudah menjadi gadis ceria dengan muka yang ekspresif. Entah apa yang sudah terjadi dengan Mita, tapi Dimas tetap mencoba bersikap biasa saja.

"Pagi Mita, sini, duduk," Dimas pun menjawab salam Mita dengan ramah. Ia memberikan sebuah kursi supaya Mita dapat duduk disitu.

"Paman yang kemarin belum kesini?" tanya Mita. Ia kembali menanyakan Rusli yang memang sampai sekarang belum juga datang. Kini Mita pun jauh lebih asik untuk mengobrol dengan sedikit berbasa-basi.

"Belum Mit, sudah tiga hari ini paman nggak kesini," jawab Dimas. Raut mukanya pun sedih dan kepalanya tertunduk lesu. Sepertinya Dimas sudah merasa rindu kepada Rusli dan ingin segera bertemu dengan Rusli. Sikap Mita yang tidak cuek lagi itu pun membuat Dimas mau menunjukkan ekspresi sedihnya itu.

"Kakak tinggal disini sendiri ya?" ucap Mita yang saat ini sedang melihat langit-langit ruko itu kemudian memalingkan pandangannya kepada Dimas. Mita saat ini terlihat sangatlah peduli kepada Dimas.

"Iya, aku tinggal sendiri, yah, sebenarnya sering ditemani oleh paman sih, tapi sekarang paman malah tidak ada," begitulah jawab Dimas. Ia pun kini menjadi terbuka kepada Mita dan tidak enggan untuk curhat kepada Mita.

"Kakak bisa nglukis aku kan?" tanya Mita lagi kepada Dimas. Kini Mita pun juga sudah siap dengan pakaian bak seorang pendaki gunung, bahkan ia pun sudah menyiapkan jaket tebal untuk dikenakannya. Mita benar-benar memiliki persiapan yang matang.

"Bisa kok Mita, ayo aku lukis sekarang," jawab Dimas kepada Mita. Ia pun segera mempersiapkan peralatan melukisnya dari pensil lukis hingga kanvas kosong. Kini Dimas mulai melukis Mita yang sudah berdiri dan berpose ala ala model. Dimas sudah tahu bahwa Mita sudah berpose seperti itu, Mita tidak akan bisa diajak mengobrol lagi. Jadi Dimas pun berfokus untuk menyelesaikan sketsanya.

"Sudah jadi sketsanya Mit, maaf ya, saya nggak bisa kayak paman yang langsung selesai dengan cepat," begitulah ucap Dimas setelah dua jam dia berjibaku dengan pensil sketsanya itu. Ia pun meminta maaf jika kemampuan melukisnya tidak secepat Rusli. Tapi sebenarnya kecepatan melukis Dimas pun sudah meningkat. Karena biasanya Dimas membutuhkan waktu 3 jam untuk menyelesaikan sketsanya, tapi kini Dimas hanya membutuhkan waktu 2 jam.

"Iya kak, nggak papa kok, lukisan itu tidak dilihat dari seberapa cepat selesainya kak, tapi dari seberapa indah hasilnya," tutur Mita yang sedikit memberikan nasihat kepada Dimas. Kini Mita pun menjadi gadis yang lembut, perhatian dan ramah kepada  Dimas.

"Kamu cita-citanya model ya?" tanya Dimas kepada Mita. Dimas pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Mita setelah ia melihat Mita yang kini telah berubah. Dimas juga sedang membutuhkan teman mengobrol setelah tiga hari tidak ditemani oleh Rusli.

"Iya kak, tapi aku dilarang orangtuaku untuk jadi model. Aku disuruh kuliah di kedokteran saja supaya masa depanku cerah, gitu katanya," begitulah jawab Mita yang mulai terbuka dengan Dimas. Ia sudah mau mengobrol panjang dengan Dimas dan tidak langsung pulang saat selesai dilukis. Sepertinya Mita menaruh rasa iba kepada Dimas setelah ia mendengarkan curhatan tentang dirinya yang sedang kesepian.

"Kamu memang cocok Mita jadi model, tapi lebih baik turuti apa kata orangtuamu aja, mereka pasti tahu yang terbaik untukmu,"  begitulah ucap Dimas mencoba menasihati Mita. Lagi-lagi sisi bijak Dimas kembali muncul.

"Eh, kakak hari minggu sibuk gak?" tanya Mita dengan tiba-tiba. Dimas pun kaget dengan pertanyaan yang tidak disangka itu. Lagi-lagi Mita kembali menanyakan apakah dirinya sibuk atau tidak.

"Tidak sih," jawab Dimas singkat. Memang saat ini Dimas sedang sepi pesanan. Rata-rata sehari Dimas hanya mendapat satu hingga dua pesanan. Itu pun kebanyakan juga pesanan-pesanan kecil di kertas A4. Pesanan Dimas masih tidak seramai saat di jalanan dulu meskipun Dimas juga sudah. Melakukan pameran

"Besok minggu temenin aku jalan jalan ya kak, aku nggak ada temen buat liburan soalnya," pinta Mita yang sontak mengagetkan Dimas. Dimas mengira jika Mita menanyakan kesibukannya, agar Mita dapat dilukis lagi dengan Dimas. Tapi Mita malah mengajak Dimas jalan-jalan. Benar-benar bukanlah Mita yang biasanya.

"Eh, tapi, aku masih harus jaga ruko ini Mit," jawab Dimas dengan suara pelan. Dimas pun tak langsung menerima ajakan Mita. Dia juga berpikir bagaimana jika Rusli datang saat dia tidak ada di ruko. Pasti Dimas akan sangat menyesal jika hal tersebut terjadi.

"Plis lah kak, aku lagi butuh teman banget ini kak, tadi katanya gak sibuk," Ucap Mita memaksa. Entah mengapa, Mita begitu kekeh ingin mengajak Dimas pergi liburan. Mita benar-benar gadis yang aneh.

"Eh, nanti aku pikir-pikir dulu ya, kalo sudah aku pikir-pikir nanti aku kabarin deh," begitu ucap Dimas. Dimas pun tidak bisa memberi jawaban langsung apakah ia menerima ajakan Mita ataukah tidak. Ia berpikir jika Rusli datang sebelum hari minggu, mungkin dia bisa menemani Mita untuk pergi berlibur.

"Eh memangnya liburannya mau kemana?" lanjut tanya Dimas. Ia pun berusaha untuk membuka obrolan lagi supaya mereka dapat lebih akrab.

"Yah, itu belum tau sih kak, hehe," jawab Mita dengan sedikit tawa meringis. Sebuah ekspresi yang sangat tak biasa dari Mita yang terkenal judes. Memang Mita masih bingung mau pergi kemana. Baginya yang penting Dimas mau dulu untuk diajak pergi liburan.

"Gimana sih, ngajak ngajak tapi nggak tau mau kemana," begitulah ucap Dimas protes. Ia sedikit mengherankan Mita yang mengajaknya pergi liburan namun belum tahu destinasi mana yang akan dituju.

"Aku maunya sih ke gunung kak, kayaknya indah deh, terus nanti kakak bisa lukis aku disana, kayaknya seru deh," ucap Mita yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. Ia mengetukkan jari telunjuknya ke dagunya dengan tatapan mata ke arah atas.

"Ya, kamu cari aja dulu tempat wisata yang mau dituju, nanti kabarin aku kalau sudah ketemu, nanti kalo cocok aku mau nemenin kamu," begitulah tutur Dimas yang nggak mau repot-repot ikut mikirin destinasi mana yang akan dituju. Dimas memang bukan anak yang suka memikirkan hal seperti itu. Saat dulu ke gunung Arjuna saja, Roni yang menentukan tempat mereka liburan.

"Oke kak, siap, tapi kakak harus ikut ya," jawab Mita yang mengiyakan ucapan Dimas.

"Ya sudah ya, Mita pulang dulu, bye," lanjut Mita yang tiba-tiba pergi meninggalkan Dimas saat Dimas belum mengucapkan sepatah katapun. Dimas pun belum sempat membalas ucapan Mita dan Mita sudah terlanjur pergi meninggalkannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status