Share

Gadis Cantik yang Menyebalkan

"Halo, ini dengan Kakak Dimas?" sebuah suara yang keluar dari telepon Dimas setelah Dimas menjawab panggilan dari nomor tidak dikenal tersebut. Dimas yang semula melukis pun menghentikan kegiatan melukisnya dan meladeni telepon itu.

"Iya, saya Dimas, ini dengan siapa ya?" Balas Dimas sopan dengan nada suara yang merendah. Bisa jadi itu adalah orang yang akan memesan jasa lukisannya.

"Kakak dimana? Sudah tidak melukis lagi ya?" ucap orang dalam telepon itu yang sepertinya seorang gadis muda jika didengar dari suaranya. Gadis tersebut pun langsung menanyakan keberadaan Dimas tanpa sedikit basa basi. Bahkan pertanyaan tentang siapa dirinya tidak dihiraukannya.

"Oh iya kak, saya sekarang masih tetap melukis kok, hanya saja sudah tidak di jalanan lagi, kalau kakak mau kesini, nanti saya kirim i alamat baru saya ya kak?" Begitulah ucap Dimas halus dengan menjelaskan kejadian sebenarnya. Dia pun tidak memikirkan siapa gadis dibalik suara itu. Nanti jika bertemu Dimas pasti akan mengetahui dengan sendirinya. Lagipula gadis itu hanya menanyakan keberadaannnya sekarang.

"Gitu ya kak, saya kira kakak sudah tidak melukis lagi, ya udah, nanti cepat kirimi alamatnya ya kak, saya mau pesan lukisan," sahut gadis itu seakan memberikan perintah kepada Dimas. Ucapannya pun tidak memberikan kesan sopan santun sama sekali.

"Iya kak, siap," jawab Dimas singkat dan segera menutup telponnya. Ia pun segera mengirimkan alamat ruko Rusli itu kepada gadis tersebut melalui pesan W******p. Pesannya pun hanya dibaca tanpa dibalas oleh kalimat terimakasih atau sejenisnya. Benar-benar gadis yang tidak sopan.

Dimas pun kini melanjutkan lukisannya. Sudah dua hari Dimas belum kunjung mendapatkan pelanggan. Mungkin karena tempatnya kini tidak berada di jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu lalang. Melainkan di ruko yang hanya berada di gang sempit dimana mobilitas orang cukup sedikit di tempat itu. Bahkan, meskipun Dimas sudah mengirimkan alamat barunya ke pelanggan-pelanggannya dulu. Rukonya tetap belum ada yang mengunjungi dan tidak ada pesanan yang didapatkan Dimas

Namun, Dimas sungguh sangat beruntung. Kini setiap hari Rusli akan datang ke rukonya itu. Tidak lupa ia membawakan sekotak nasi untuk Dimas. Rusli pun tahu bahwa membuka usaha di ruko tersebut sangatlah sulit. Sepinya area tersebut membuat orang yang akan mengunjungi rukonya juga sedikit. Itulah yang menyebabkan usaha rumah makannya dulu bangkrut.

Dimas pun hanya bisa menunggu pelangannya dan melanjutkan lukisannya. Kini ia kembali melukis wajah Refita, kekasih yang sudah lama menghilang dari hidupnya. Namun entah mengapa, perasaannya masih belum kunjung hilang. Wajah Refita pun kini dilukis dengan ukuran yang lebih besar yakni A2. Dimas seakan tidak rela dengan hilangnya lukisannya waktu itu dan ingin menggantinya dengan melukis wajah Refita lagi.

"Pagi kak," ucap seseorang gadis muda dengan postur tubuh kurus dan tinggi. Postur yang sangat ideal untuk menjadi model. Dimas pun mengalihkan pandangannya ke arah gadis muda tersebut. Ternyata dia adalah Mita, gadis yang dulu meminta dilukis satu tubuh dan dia berpose tanpa bergerak lebih dari dua jam. Gadis yang cukup aneh di mata Dimas ternyata datang lagi dan kini menjadi pengunjung pertama di ruko barunya itu.

"Pagi kak, Mita ya?" Dimas menjawab salam dari Mita, dan menyapa namanya dengan sedikit bertanya meyakinkan. Dimas memanglah anak yang mudah menghafal nama-nama orang, bahkan untuk orang yang baru dikenal. Mungkin itu dapat menjadi keuntungannya untuk bisa lebih akrab dengan pelanggan-pelanggannya.

"Iya kak, saya mau dilukis satu tubuh kak," begitulah kata Mita dengan sikap cuek. Dia juga tidak pernah berada basi sedikitpun. Dia pasti langsung bicara apa yang dia mau saja. Bahkan hanya untuk sekedar bertanya siapa nama lawan bicaranya.

"Ukuran A2 seperti dulu lagi?" tanya Dimas yang tampak heran dengan wanita itu. Kini wanita itu pun berpakaian seksi bak berada di pantai saja. Bahkan ia memakai topi floppy hat, yang merupakan topi khas untuk orang yang sedang di pantai. Dia pun hanya memakai baju lengan pendek yang cukup tipis hingga bagian dalamnya sedikit terawang jika terpapar sinar matahari dan celana pendek yang membuat lutut bagian bawahnya hingga kakinya terlihat. Tidak lupa dia juga mengenakan kacamata hitam sebagai aksen tambahan. Niat Mita sangatlah sungguh-sungguh untuk berpakaian layaknya seorang gadis seksi yang berada di pantai.

"Iya," jawab Mita singkat. Ia pun langsung duduk di kursi yang tersedia di ruko itu dan berpose layaknya seorang model. Posenya begitu elegan dengan wajahnya yang menatap ke atas sembari mengangkat tangan kanannya memegang topi pantainya itu.

Dimas pun langsung dibuat bingung dengan tingkah Mita yang tiba-tiba berpose begitu saja. Mita benar-benar tidak berbasa-basi sedikitpun hingga membuat Dimas juga kurang menangkap apa yang Mita inginkan.

Namun Dimas mencoba dengan cepat memahami apa yang Mita mau. Ia pun segera mengambil kanvas yang masih kosong tanpa lukisan dan segera menggambar sketsa tubuh Mita yang tengah berpose itu.

"Kakak tidak capek?" tanya Dimas yang merasa bingung dengan pose Mita yang kali ini mungkin akan jauh lebih menyulitkannya ketimbang posenya dulu. Dulu Mita hanya duduk diam dengan pose yang mungkin tidak akan membuat tangan dan kepalanya pegal. Namun kini, tangan kanannya yang terangkat ke atas dan kepalanya yang mendongak ke langit-langit pasti akan membuat tangan dan kepalanya tersebut merasa lelah.

Mita pun hanya berpose tanpa berbicara menjawab pertanyaan Dimas. Dia saja enggan untuk menggerakkan tubuhnya yang sudah terpasang kaku ala model model di pantai tersebut. Dimas pun akhirnya tetap melanjutkan melukis tanpa adanya obrolan yang menghiasi.

"Oke kak, sudah untuk sketsanya, mungkin hasil lukisannya akan selesai besok, kebetulan saya lagi sepi pesanan, jadi bisa jadi lebih cepat," jelas Dimas dengan memberikan senyum ramah kepada Mita yang sebenarnya sangatlah menyebalkan baginya. Lebih tepatnya Dimas bingung dengan Mita yang tingkah dan sikapnya tidak seperti manusia manusia biasa pada umumnya.

"Iya kak, besok saya ambil kak, itu backgroundnya dibuat background pantai ya kak, jangan tembok putih kayak gini kak," ucap Mita dengan menunjuk tembok itu. Sikapnya benar-benar menyebalkan, bahkan sudah seperti seorang raja saja yang seenaknya minta background pantai tanpa harus bertanya apakah Dimas sanggup atau tidak.

"Iya kak, nanti akan saya buat seakan-akan berada di pantai kak, kalo memang kakak mau dilukis di tempat yang estetik, semisal di pantai atau di gunung, juga boleh kok kak, tapi ya harganya pasti mahal kak," Dimas pun mengiyakan permintaan Mita yang tidak ada sopan sopannya itu. Bahkan Dimas malah memberikan tawaran khusus kepada Mita. Dia seakan tahu apa yang diinginkan Mita sebenarnya. Ingin berlagak bagaikan model yang selalu berfoto ria di pemandangan pemandangan alam yang indah.

"Oke kak, kapan-kapan aja ya kalo yang itu," jawab Mita mengiyakan, kali ini Mita tersenyum kepada Dimas dan mengedipkan matanya dengan sedikit centil. Namun itu hanya sebentar, dan Mita kembali ke ekspresi judesnya yang menyebalkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status