Hari ini adalah hari dimana acara pertunangan Samuel dan Michelle digelar. Nayla yang masih bingung harus datang ke acara itu atau tidak memilih untuk duduk diam didepan kontrakannya. Sejujurnya gadis itu ingin datang namun dia takut akan merasakan sakit untuk kesekian kalinya.
Saat sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan Adit yang sudah duduk disamping nya. Pria itu sudah menggunakan pakaian rapinya membuat Nayla terkejut. Selama dia mengenal Adit, ini pertama kalinya dia melihat Adit berpakaian serapi ini.
"Kenapa belum bersiap?" tanya Adit membuat Nayla bingung.
"Kamu tidak berniat untuk tidak datang ke acara itu kan?"
"Aku memang tidak ingin datang."
"Dasar lemah," sindir Adit membuat Nayla langsung menatap nya tajam.
"Seharusnya kamu datang, buat mereka berfikir kalau kamu baik-baik sa
Acara pertunangan Michelle dan Samuel pun akhirnya dibatalkan. Setelah kejadian tadi, Ayah Samuel langsung meminta semua tamu undangan untuk meninggalkan tempat acara. Saat ini Samuel, Michelle beserta kedua orang tua mereka serta Nayla Adit dan Nanda sudah berada di rumah keluarga besar Samuel. Ayah Samuel meminta mereka semua untuk menjelaskan semua masalah yang sudah terjadi.Nanda yang merupakan dalang dari pembuat masalah itu pun menceritakan semuanya. Sejak tadi Michelle terus saja menyela ucapan Nanda, Michelle membantah semua tuduhan yang Nanda layangkan padanya."Kamu tidak terima karena aku menggantikan posisi mu disekolah maka dari itu kamu berusaha memfitnahku, kamu terlalu jahat Nanda!" teriak Michelle kesal."Apa? untuk apa aku mempermasalahkan soal itu. Aku hanya berbicara fakta.""Fakta? Yang kamu katakan itu semuanya bohong!""STOP!! TIDAK
"Kenapa?"Nayla langsung mendongak begitu mendengar pertanyaan Adit yang duduk disampingmya. Mereka sedang berada didalam bus menuju sekolah. Nayla masih belum bisa berhenti memikirkan alasan kenapa Nanda tiba-tiba membongkar semua kejahatan sana."Adit, apa semua ini ada campur tanganmu juga?""Maksudnya?""Kamu tahu maksudku."Adit diam sejenak, dia paham apa yang baru saja Nayla tanyakan. Ini pasti tentang pembongkaran rahasia sana semalam. "Hmm, aku dan Nanda sudah mengatur semuanya.""Kamu dan Nanda? Bagaimana bisa? Kalian bahkan tidak pernah terlihat berteman baik."=FLASHBACK ON=Pada suatu malam, saat Adit baru saja pulang dari suatu tempat dia tidak sengaja melihat Nanda yang sedang ditarik paksa oleh beberapa orang yang bertubuh besar. Disana juga ada kedu
Nanda terkejut dan memberontak saat Nayla memeluknya erat secara tiba-tiba. "Nayla lepas ! Kamu membuatku tidak bisa bernafas!!"Bukannya melepas, Nayla justru mempererat pelukannya. Gadis itu bahkan tidak peduli jika seragamnya akan basah dan bau akibat bertempelan dengan seragam Nanda yang sudah sangat kotor dan juga bau. Beberapa kali Nanda meminta bantuan Adit untuk melepas pelukan itu namun sepertinya Adit enggan membantu nya. Hingga tak lama kemudian akhirnya Nayla melepas pelukannya."Kamu gila? Kamu ingin membunuh ku ha?!""Aku ingin memelukmu lagi. Bolehkah?" tanya Nayla dengan senyum merekah membuat Nanda langsung bersembunyi dibelakang tubuh Adit. "Adit, kamu kasih makan apa dia? Kenapa dia sangat menakutkan!""Apa? Aku hanya terlalu senang karena kamu menolongku. Ckk tadinya aku ingin berterima kasih padamu tapi sepertinya Aku mengurungkan niatku," sahut
Sejak Nayla ikut Samuel ke rumah sakit, gadis itu belum juga kembali ke kontrakannya sampai sekarang. Terhitung sudah 3 hari Nayla menginap di rumah sakit untuk menjaga Ibunya. Selamat 3 hari itu juga hampir setiap hari Adit menunggunya di tangga menuju kontrakan Nayla namun nyatanya gadis yang ditunggu tunggu itu sama sekali tidak menampakkan dirinya. "Nayla, sekarang kamu tinggal disini saja. Mama mu masih membutuhkan mu," Ucap Ayah tirinya. Hari ini Ibu Nayla sudah diperbolehkan pulang, Nayla yang ikut mengantar Ibunya pulang itu pun diminta untuk tinggal disini lagi mengingat bagaimana Ibunya sangat senang bisa bersama dengan putrinya itu lagi. "Papa tidak ingin memaksamu untuk kembali tinggal disini lagi, tapi papa mohon untuk beberapa hari ini menginaplah disini setidaknya sampai Ibu mu benar-benar sembuh." "Nay, kalau Kamu merasa tidak nyaman dengan keberadaanku aku bisa kok tinggal di apartment untuk sementara," sahut Samuel. Pria itu sadar mu
Saat ini Nayla sedang dalam perjalanan menuju sekolah dengan diantar Samuel, Selama perjalanan keduanya hanya diam. Nayla memilih untuk melihat keluar jendela sedangkan Samuel fokus menyetir. Sebenarnya sejak tadi Samuel sudah mencoba memulai obrolan namun Nayla hanya diam. Hingga saat mobil itu berhenti di lampu merah, Nayla tidak sengaja melihat Adit bersama seorang pria tua sedang menjual koran disamping lampu merah. "Aku turun disini saja," sentak Nayla yang sudah ingin membuka pintunya namun dengan cepat Samuel menahannya. "Kamu mau kemana ? Ini belum sampai di sekolahmu." "Aku tahu. Tapi Aku ingin turun disini saja, Aku ingin naik bus." Samuel mengerutkan keningnya curiga, kenapa tiba-tiba Nayla meminta untuk diturunkan disini? Kalau alasannya karena tidak ingin diantar olehnya kenapa tidak menolak dari tadi saja? Hingga beberapa saat kemudian Samuel melihat Adit berdiri disamping lampu merah, pria itu menyunggingkan senyum smirknya. Jadi itu al
Adit dan Nayla berlari menyisuri koridor rumah sakit. Beberapa jam yang lalu Adit mendapat kabar jika Putri, gadis kecil yang waktu itu tinggal di panti asuhan sakit parah. Ibu pemilik panti asuhan mengatakan jika dokter yang memeriksa Putri menyarankan membawa gadis kecil itu ke rumah sakit besar di Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sesampainya di depan ruang ICU, Adit dan Nayla bertemu dengan Ibu pemilik panti asuhan yang sudah menangis bersama Chiko. "Ibu, apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa Putri tiba-tiba seperti ini?" "Hiks Ibu tidak tahu. semalam Putri tiba-tiba mimisan lalu pingsan. Ibu sudah membawa nya ke klinik tapi dokter bilang Putri mengidap penyakit yang cukup parah. Dokter menyarankan untuk nya di bawa kerumah sakit ini. Sekarang kita tinggal menunggu hasil pemeriksaannya." Adit mengusap wajahnya kasar, selama ini Putri terlihat baik-baik saja. Gadis kecil itu bahkan satu satunya anak panti yang jarang sakit. Setelah menun
Adit meringis pelan saat Nayla mengobati luka nya. Pada akhirnya Nayla yang harus turun tangan mengobati lukanya karena Adit menolak saat Nayla ingin membawa nya ke dokter.Sejak tadi pandangan pria itu terlihat kosong, Nayla yang melihat itupun langsung menghentikan aktifitas nya. "Kamu kenapa? Masih berfikir jika kamu bukan kakak yang baik?"Adit menggeleng pelan. "Putri, dokter bilang dia harus melakukan kemoterapi secara rutin agar bisa sembuh. Tapi biaya nya pasti sangat banyak, Aku tidak tahu harus mencari biaya itu dimana.""Kita bisa meminta biaya keringanan pada rumah sakit. Pihak rumah sakit pasti mau membantu karena Putri adalah anak yatim piatu.""Tidak bisa. Putri tidak memiliki data diri lengkap. Rumah sakit tidak bisa membantunya."Bisa Nayla lihat, saat ini Adit terlihat sangat frustasi. Pria itu tidak berhenti menghela nafasnya
Putri masih belum sadarkan diri, keadaannya pun mulai memburuk. Ibu pemilik panti asuhan sedang mengantar Chiko kembali ke panti jadi sejak semalam hanya Adit yang menunggunya. Ini sudah larut malam dan Adit masih betah terjaga disamping ranjang Putri. Pria itu tidak henti-henti nya menggenggam tangan gadis mungil itu. Hingga beberapa saat kemudian dering ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan nya. Terlihat nama Nayla yang terpampang jelas dilayar ponselnya. [Adit : "Halo."] [Nayla : "Adit, bagaimana keadaan Putri? Apa dia sudah sada ?"] [Adit : "Belum."] Terdengar helaan nafas dari sambungan telepon membuat Nayla mulai khawatir dengan kondisi Putri. [Nayla : "Kamu sudah makan?"] [Adit : "Belum."] [Nayla : "Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai sakit, kalau kamu sakit nanti siapa yang menjaga Putri?"] [Adit : "Iya."] [Nayla : "Yasudah, maaf kalau aku mengganggu mu. Aku akan matikan tlp nya. salam untuk Putri kal