Share

Bab 4 awal yang baru

Bulir keringat begitu jelas di dahinya,tangannya pun terasa dingin. 

Jantung nya berpacu dengan cepat.

Amerta sudah siap dengan seragam sekolah,sekarang ia duduk di meja makan.

Tapi tidak seperti pertama kali,semangat pergi ke sekolahnya seolah olah pudar.

Jelas,Amerta ketakutan kembali ke sekolah. Mengapa takdir seolah mempertemukannya lagi dengan sekolah itu.

Sarapan nya pun tidak tersentuh sama sekali.

Rita yang melihat sang anak dengan gelagat aneh,tidak seperti kamarin begitu semangat untuk sekolah.

Bahkan Amerta hanya diam saja dan terus menunduk seperti orang ketakutan.

"Amerta...kenapa sarapan nya tidak dimakan?."

"Ma...aku takut..."ujar Amerta

Seolah tahu apa yang ditakutkan Amerta,"Takut kenapa?,takut ke sekolah?,tenang saja  paman mu menjadi kepala sekolah disana ,Amerta."

"I-iya Ma"

"Ayo berangkat Amerta,nanti kau telat."ujar mama nya,seraya mengambil kunci mobil.

Didalam mobil suasana menjadi hening,tidak ada yang memulai percakapan.

Amerta benar benar seperti dipermainkan oleh takdirnya.

Bagaimana bisa ia kembali bersekolah dengan tenang  disana.

Benar saja ketika sampai didepan gerbang sekolah,Amerta mengingat kembali kejadian dulu.

"Ayo turun Amerta."

"O-oh iya ma."

Amerta dan Mamanya berjalan dari parkiran menuju ruang kepala sekolah.

Amerta melihat sekeliling sekolah,suasana nya masih sama seperti ter2akhir kali Amerta sekolah.

***

"Tolong jagain Amerta ya ,sekali lagi terimakasih ya Andra."

"Iya kak Rita sama-sama,aku pasti jagain keponakan ganteng ku,"

"Hahaha... kau memang pandai memuji.Kapan-kapan main kerumah ya,Andra."

"Siap kak."

"Ya sudah Amerta mama pulang ya,nanti kamu dijemput supir,ingat harus belajar yang rajin.Jangan membantah om Andra ya."

"Iya ma."

"Ayo Amerta saya antar ke kelas."

Sebelum memasuki kelas barunya,ia benar-benar merasa gugup.

Terlihat beberapa kali menghembuskan nafas.

"Silahkan,Amerta masuk kedalam,"ujar Andra mempersilahkan keponakannya ke kelas.

Ketika memasuki ke kelas,kelas yang awalnya bising seketika menjadi hening.

"Kau murid baru ya,silahkan perkenalkan diri,"kata guru bahasa yang sedang mengajar dikelas.

Keadaan kelas kembali bising,histeris murid perempuan melihat ketampanan Amerta,dan kata ketus yang keluar dari mulut murid pria.

Amerta mengangguk,"Perkenalkan nama saya... Amerta."

Kelas yang tadinya bising kini hening kembali.Seketika atmosfer di kelas menjadi dingin.

Amerta tersenyum asimetris ,apalagi melihat segerombolan murid pria dengan ekspresi terkejut.

"Pawaka.Amerta Pawaka"sambungnya

"Panggil saja Amerta."

Amerta sangat puas melihat ekspresi murid murid dikelas ini.

"Itu saja?,"tanya sang guru

Amerta mengangguk,"iya"

"Silahkan duduk dibangku kosong sebelah Jenggala. Jenggala angkat tanganmu."

Siswa yang bernama Jenggala pun mengangkat tangannya.

"Baik,terimakasih bu,"kata Amerta.

Ketika berjalan menuju meja nya,segerombolan siswa menatap nya begitu intens seolah ingin memastikan sesuatu.

Tapi Amerta tidak peduli itu.

"Namaku Jenggala,"lontar teman sebangkunya menyodorkan tangannya ingin berkenalan, saat ia sudah mendudukan diri di kursi.

"Nama mu bagus,tapi aku sudah tahu nama mu."

"K-kau sudah tahu nama ku?,d-darimana?."

Amerta menepuk bahu teman sebangkunya itu,"Tidak usah gugup seperti itu,aku tahu namamu karena guru tadi menyebut namamu bukan?."

"A-ah benar.Ngomong-ngomong nama kau benar Amerta?,"tanya Jenggala memastikan.

"Benar"

"Jangan karena nama yang sama.Kau menganggap mereka sama,"sambungnya.

"E-eh maksudmu?"

"Silahkan anak-anak buka buku kalian. Kerjakan tugas halaman 43!."

"Baik bu."

***

Jam istirahat sedang berlangsung,Amerta memilih tetap dikelas,sambil terus membaca buku pelajaran.Padahal  Jenggala  mengajaknya untuk ke kantin bersama, tapi ia tidak mau.

Ia tersenyum puas saat wajah pucat Dirgantara dan teman-temannya ketika mendengar nama Amerta.

"Mereka tidak akan mengenaliku kan?,"gumamnya kepada dirinya.

Dilain tempat

"Itu kebetulan kan namanya sama?,"tanya seorang lelaki yang berpakaian urak-urakan.

"Iya itu cuma kebetulan,kau ini kenapa jadi ketakutan seperti itu,"celetuk salah satu temannya bernama Kala.

"Aku tidak ketakutan,jangan asal bicara kau Kala,"ketus sang ketua dari geng siswa siswa yang suka membuat onar.

"Dirgantara... apa kau tidak menyesal telah melakukan hal itu kepada Amerta?,"tanya Jenggala.

"Kenapa harus menyesal,aku Dirgantara tidak pernah menyesal melakukan apapun,"ucap Dirgantara dengan jumawa.

"Oi kala apa kau sudah memberikan hadiahku ke Kana?"

"Hadiah?"

Pluk!

Melempari Kala dengan es batu,"Aish...bajingan ini.Kemarin aku memberikan mu bingkisan isinya coklat untuk Kana."

"O-oh itu..."

"Pasti kau berikan ke Bulan kan kemarin,aku lihat kau memberikan bingkisan berwarna merah,"celetuk temannya yang rambutnya berwarna coklat,Candramawa.

"Diam kau Candramawa!,"sargah Kala.

"Hehe...Ga s-sebenarnya kemarin aku memberikan bingkisan mu ke Bulan,"

Dirga melebarkan matanya,bagaimana bisa Kala menggunakan coklatnya untuk diberikan ke gebetannya.

"Tapi tenang saja nanti aku akan ganti dan akan ku berikan ke Kana,"sambung Kala.

"Dasar tidak tahu malu.Kalau suka sama orang gunakan uang mu sendiri untuk membelikannya sesuatu.Kasihan kan Dirga,dia ingin memberikan Kana coklat jadi batal,"cemooh salah satu temannya.

"Dirga  maaf ya,"ujar Kala sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku memang tidak bisa mempercayai bajingan seperti mu,Kala."

***

Jam istirahat sudah berakhir,semua siswa berhamburan masuk ke dalam kelas.

Amerta sempat bertatapan dengan Dirga,tapi kemudian ia membuang pandangannya.

Entah mengapa saat menatap Dirga rasanya ia ingin memukul Dirga sekarang juga.

"Oy ..anak baru kepalamu tundukin sedikit,tulisan dipapan tidak kelihatan!"seru salah satu siswa yang berambut gimbal,Dirga.

Amerta memilih mengalah ia menundukkan kepalanya saat menulis materi yang diberikan oleh gurunya dipapan tulis.

"Woe...anak baru kep—"

Brak!

Kesabaran Amerta habis ia menggebrak mejanya.

"Aku punya nama,dan namaku A M E R T A,"ujarnya sambil mengeja namanya.

"Terus kalau kau Amerta memangnya kenapa?,aku bebas memanggilmu apa saja.

Berani sekali kau denganku,memangnya kau tidak tahu aku siapa,hah?"

"Kau Dirgantara Laksamana,pembully orang yang lemah, bukan?"kekeh Amerta.

"Aish...bajingan.Berani sekali kau!."

Dirgantara melayangkan pukulannya,tapi segera  ditahan oleh Amerta.

"Sebaiknya kau duduk ditempatku dan aku yang  duduk ditempatmu,daripada kau terus saja menyuruhku menunduk, membuat konsentrasiku hilang,"ujar nya sambil menepuk bahu Dirga.

Semua melongo melihat adegan tersebut.Bagaimana tidak,Dirga yang terkenal pembuat onar,sehingga tidak akan ada yang berani melawan nya,bahkan

membantah kata-katanya sekalipun,untuk ukuran murid baru Amerta terlalu berani.

Bisa dipastikan Amerta tidak akan baik-baik saja setelah ini.

Kelas pun menjadi gaduh karena melihat Dirga dan Amerta yang sedang adu mulut.

Beruntung guru tidak ada dikelas,bukan tidak mungkin mereka semua di hukum karena ribut dalam kelas.

"KAU MELAWANKU?,KAU MERASA LEBIH HEBAT HAH?,"murka Dirga mengehempaskan kasar tangan Amerta yang tengah menahan pukulannya.

"Sudah Dirga,jangan sekarang,"bisik Jenggala.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status