Ayla menatap laptop, headset masih terpasang, sambil ngecek checklist vendor yang telat. Napasnya masih ngos-ngosan dari chaos tadi. Tiba-tiba, suara dari pintu membuatnya tersentak.
“Eh… Ayla?”
Ayla menoleh, dan jantungnya hampir loncat ke tenggorokan. Damian berdiri di pintu, tangan dimasukkan saku jaket, senyum tipis tapi mata… mata itu bikin dia lupa napas.
“Damian?! Kok… lo bisa…”
“Surprise. Gue pikir… gue bantuin tim EO sebentar. Jangan bilang lo panik, ya?” Dia berjalan santai masuk ke ruang koordinasi.
Ayla menahan tawa kaget, sambil menggeleng-geleng. “Gila… gue nggak nyangka banget. Gue kira lo masih sibuk sama… ya, reality show dan semua drama itu.”
Damian nyengir, mencondongkan tubuh sebentar ke arah Ayla. &
Pagi itu, Ayla sudah berada di kantor EO kecil tempatnya kerja. Meja penuh dokumen, checklist mini-event, dan beberapa props yang belum diatur. Sambil menyesuaikan hoodie, dia menatap daftar tugas hari itu, bibirnya bergerak pelan sambil menggumam.“Okay… kalau gue mau sukses hari ini, multitasking harus jalan. Santai… santai… nggak boleh panik.”Ponselnya bergetar. Notifikasi chat Orbit Squad muncul.Hanna: “Aylaaa, kita live Astra dari minimarket sambil makan ramen, tapi… kita stalking kamu dulu”Sofia: “Yeay, Jangan lupa selfie buat kita, duh.”Ayla menahan senyum, sambil mengetik cepat. “Guys… gue lagi chaos parah di EO. Jangan ganggu gue, tapi… moral support pleaseeee.”Hanna: “Moral support full. Jadi semangat yaaa!!”Sofia: “Dan jangan lupa… voting minggu ke-5 bakal muncul. Jangan panik kalau tiba-tiba status ngehantam. We got you.”Ayla menelan ludah. Mata berkaca sedikit. “V-voting minggu ke-5?!” Dia menatap layar laptop sambil membuka email. Dan… benar saja, sebuah clue hidd
Lampu studio menyala lebih dramatis dari biasanya, dengan sorotan yang bergerak pelan di arena. Musik suspense terdengar lebih berat, bikin peserta otomatis menegang. Di pojok arena, amplop misterius dari Clara masih menempel di salah satu stand rintangan, seolah menunggu untuk dibuka.“Selamat datang kembali di Trust or Trap, Episode 2,” suara Clara Jung terdengar dari atas panggung, lembut tapi menusuk. “Minggu ini… bukan cuma kerja sama, tapi strategi. Percaya bisa membawa kemenangan, salah langkah bisa jadi bumerang.”Ayla menatap Damian sambil menyesuaikan hoodie, jantungnya masih berdetak kencang.“Dam… itu amplop… pasti ada hubungannya sama kita, kan?”Damian nyengir tipis, menepuk pundaknya.“Kita anggap itu challenge tambahan. Fokus sama gue, chemistry kita… tetap jalan.”Peserta lain mulai bersiap. Raka dan Nabila sibuk debat taktik, tapi ketawa-ketawa rece
Lampu studio menyala lebih terang dari biasanya. Musik suspense pelan bergema, bikin semua peserta otomatis menegang. Layar LED di belakang panggung menampilkan judul minggu ini dengan font besar dan dramatis.“Trust or Trap: Episode 1”Dari atas panggung, Clara Jung melangkah dengan tenang tapi aura dominannya bikin semua peserta diam sejenak.“Selamat datang di minggu kelima, peserta,” suaranya jelas, lembut tapi menusuk. “Minggu ini… bukan sekadar tantangan fisik atau kerja sama. Minggu ini, kepercayaan kalian akan diuji. Dan ingat… satu kesalahan kecil bisa mengubah seluruh narasi.”Ayla menelan ludah, menatap layar LED sambil menyesuaikan hoodie kebesaran. Di sampingnya, Damian menyiapkan beberapa cones dan hand sanitizer untuk challenge minggu ini.“Okay, Ayla… fokus,” katanya sambil mencondongkan tubuh ke arahnya. “Tantangan minggu ini… fisik dan mental. Kita harus kerja sama, dan gue bakal arahkan tiap langkah lo. Percaya?”Ayla menggeleng setengah takut, setengah excited.“Pe
“Lo sadar nggak sih… lo tuh udah kayak iklan berjalan buat aku.”Suara Ayla keluar pelan tapi bernada protes setengah malu.Damian cuma nyengir, masih pegang tripod di ruang tamu apartemen yang setengah berantakan itu. Lampu ring-nya nyala, bikin wajahnya kelihatan glowing banget… dan sedikit too perfect untuk pagi yang belum sarapan.Ayla berdiri di belakang sofa, masih pake hoodie kebesaran dan rambut acak-acakan.“Ngapain sih rekam-rekam pagi-pagi gini? Tadi katanya mau bikin vlog ‘behind chemistry’? Kok tiba-tiba jadi sesi motivasi?”Damian nyengir lebih lebar.“Konten edukasi ringan,” katanya sambil mengatur angle kamera. “Judulnya, ‘Gimana Bangun Chemistry Natural Sama Pasangan di Depan Kamera’.”Terus dia nengok ke Ayla, matanya nyala kayak lagi nemu punchline. “Modelnya… tentu aja… orang yang paling jujur di depan kamera.”Ayla memelotot. “Maksudnya aku?”“Ya masa Leo?” Damian ngakak, hampir jatuhin mic clip-on-nya sendiri.Ayla ngerengut, tapi senyum kecil keburu nyelip juga.
“Minggu depan... bukan cinta yang diuji. Tapi kepercayaan.”Suara Clara Jung bergema dari atas panggung, lembut tapi menusuk.Senyumnya tipis, tapi semua peserta tahu… setiap kali Clara tersenyum seperti itu, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi.Layar LED di belakangnya menyala, menampilkan cuplikan highlight minggu ke-4, tawa, pelukan, sedikit air mata, lalu potongan terakhir… kata besar muncul dalam warna merah.“TRUST OR TRAP?”Ayla refleks menoleh ke Damian.Dia masih diam, tapi jemarinya mengetuk-ngetuk paha… kebiasaannya kalau lagi mikir keras.Ayla menelan ludah. “‘Ujian kepercayaan’? Serius deh, mereka kayak ngintip obrolan kita semalam,” gumamnya pelan.Damian hanya melirik sekilas, sudut bibirnya terangkat tipis. “Nggak usah takut. Kalau mereka main narasi, kita balikin. Kita yang atur script-nya.”“Balikin narasi?” Ayla menatapnya skeptis. “Lo ngomong kayak produser aja.”Damian nyengir setengah lesu. “Belajar dari pengalaman.”Sementara itu di sisi lain studio, suasanany
Ayla menatap laptop, headset masih terpasang, sambil ngecek checklist vendor yang telat. Napasnya masih ngos-ngosan dari chaos tadi. Tiba-tiba, suara dari pintu membuatnya tersentak.“Eh… Ayla?”Ayla menoleh, dan jantungnya hampir loncat ke tenggorokan. Damian berdiri di pintu, tangan dimasukkan saku jaket, senyum tipis tapi mata… mata itu bikin dia lupa napas.“Damian?! Kok… lo bisa…”“Surprise. Gue pikir… gue bantuin tim EO sebentar. Jangan bilang lo panik, ya?” Dia berjalan santai masuk ke ruang koordinasi.Ayla menahan tawa kaget, sambil menggeleng-geleng. “Gila… gue nggak nyangka banget. Gue kira lo masih sibuk sama… ya, reality show dan semua drama itu.”Damian nyengir, mencondongkan tubuh sebentar ke arah Ayla. &