Beranda / Fantasi / Cucu Kegelapan / Kebaikan Palsu

Share

Cucu Kegelapan
Cucu Kegelapan
Penulis: Varga Nurlela Blafire

Kebaikan Palsu

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-03 13:47:21

“Dia benar-benar sedang keluar, kan?” Venus bergumam sendiri.

Gadis itu tinggal di Koba, Bangka Tengah, di mana semua hal terasa begitu dekat jaraknya. Ia baru saja pulang dari sekolah, berganti pakaian, dan langsung menuju dapur. Hari ini acaranya cuma kerja bakti, dan para penjual di kantin memutuskan untuk libur berjamaah. Hanya ada satu, dan penjual keliling itu sama sekali tidak menyediakan makanan berat seperti nasi. Untung saja kerja bakti ini tak sampai tengah hari.

Meski begitu, entah mengapa Venus berpendapat makan di rumah lebih baik, daripada makan di sebuah kedai dan membuang-buang uang saku. Selain itu, dia juga yakin bahwa ibu tirinya sedang keluar. Salah satu teman Venus mengaku melihat ibu tiri Venus menumpang mobil teman arisannya. Apapun itu, Venus tetap waswas. Ia memutuskan untuk menyerah saja, meski tidak terlalu yakin.

Tentu saja, menyerah itu pertanda buruk.

“Ah, Sayang. Apa yang kau lakukan?”

Suara itu begitu manis, kalau saja tidak berasal dari ibu tiri Venus, Sella. Ia adalah wanita yang berusaha terlihat cantik, dalam wajahnya yang mengerikan. Putih palsu seperti nenek sihir. Wanita itu muncul begitu saja dari pintu belakang. Ia mengambil piring Venus dan meletakkannya kembali di susunan rak.

“Aku tahu, aku tahu,” dendang Sella, “kau lapar, ya? Hei, memangnya di sekolah tak ada kantin? Kenapa tidak makan di sana?”

“Hari ini kantin libur,” kata Venus agak geram. Ditahannya emosi yang tiba-tiba menggelegak.

“Oh, ya ampun,” kata Sella berpura-pura simpati, “aku mengerti. Hanya saja, aku bingung. Cuma gara-gara itu, lantas kau berniat mencuri makanan di lemari makananku? Lagipula, kau ini sudah lima belas tahun, masa tidak berani makan di warung sendiri?”

“Aku nggak mencuri!” sembur Venus merasa terhina. “Dan, sejak kapan makan di rumah sendiri dikategorikan sebagai mencuri?!”

“Aha!” Mata Sella berkilat jahat, tetapi kata-katanya tetap semanis madu palsu. “Jangan jadi jahat begitu. Bukankah tadi pagi kau mendengarku bicara saat aku menelepon temanku? Aku berencana memasak untuk teman-temanku yang sebentar lagi akan datang. Seharusnya kau mendengar, mengingat kau berada tak jauh dariku. Lagipula, maaf karena aku bahkan tak menganggapmu sepenuhnya ada. Dan, toh, ayahmu juga tidak terlalu peduli. Jadi, mengapa aku harus bersusah payah?”

Dada Venus tiba-tiba naik turun karena emosi. Ayah kandungnya memang tak pernah peduli, bahkan saat Venus mengadu tentang bagaimana tidak adilnya Sella pada anaknya sendiri. Suara Sella yang semanis madu tetapi mengandung racun, membuat semuanya makin buruk. Venus benar-benar tak tahan lagi.

“Kau nggak seharusnya memperlakukanku seperti ini!” Venus berteriak marah, tak peduli jika ayahnya tetap mengabaikan dia. “Kau hanya beruntung saja saat menikah dengan Ayah! Kau memanfaatkan segala hal tentang Ayah seperti ular! Coba pikir sebentar, Sella. Andai saja Ayah tak menjadikanmu bagian dari keluarga Samudera, kau akan berakhir jadi apa? Jalang di jalanan? Karena kupikir itulah yang seharusnya!”

Venus diam-diam merasa tercengang dengan kata-katanya sendiri. Namun, momen yang paling membanggakan adalah ekspresi Sella. Mimik wajah wanita itu seperti ditampar berkali-kali dengan tutup tong sampah dari besi. Dan lagi, si anak perempuan yang mata hitamnya kini nyalang itu belum selesai.

“Pikirmu kau siapa?! Kau bisa hidup juga dari hasil kerja keras Ayah! Kau bahkan nggak mengerjakan apapun selain merapikan kuku dan bergosip! Pikirmu aku ini siapa? Lalat tak berguna, begitu? Selama ini aku menghormatimu hanya karena Ayah! Apa kau kira aku juga menerimamu sepenuhnya?! Dan kalau kau belum lupa, aku lebih berhak menendangmu! Kau—”

PLAK!

Venus terhuyung ke belakang dan hampir saja terjatuh, tetapi Venus menyeringai pada Sella dengan air muka penuh kemenangan. Mata Venus basah oleh air mata kemarahan. Kini, giliran dada Sella yang naik turun tersulut emosi, seakan-akan yang tadi berteriak adalah dia, bukan Venus. Venus tahu apa yang ia katakan tadi benar, dan Sella tampak benci mengakui bahkan pada dirinya sendiri.

“Keluar dari sini,” desisnya mengancam, kehilangan kontrol dirinya yang serba manis, “dan jangan pulang sebelum ayahmu pulang! Kita lihat apakah amarahmu bisa meluluhkan hatinya. Pergi sekarang, sebelum aku habis kesabaran. Pergi! Pergi!”

Desisannya berubah menjadi bentakan liar. Venus baru saja akan memakinya, tetapi gadis itu menggeleng pelan, sadar betul betapa kebencian begitu menggelayut di hatinya. Tidak akan ada pengaruh jika pun ia membasuh mulut dengan melontarkan kata-kata kasar pada Sella. Emosi-emosi yang sedari dulu Venus tahan, kini menggumpal menjadi awan gelap dalam hatinya. Ingin sekali gadis itu meluapkan semuanya, tetapi ia tahu itu percuma. Yang tersisa nantinya hanyalah kesia-siaan.

Venus berlari naik menuju kamarnya untuk mengambil ransel. Bukan untuk kabur, tetapi lebih karena ia terbiasa ke mana-mana membawa tas. Kalau pun ingin kabur, memangnya ia harus ke mana?

Venus menyugar rambut hitam sebahunya dengan napas berat, saat kemudian ia tiba di garasi. Menghela napas dengan gemetar, gadis itu menaiki sepedanya. Ia kayuh roda angin tersebut, sambil menahan panas pada bekas tamparan di pipinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cucu Kegelapan   Sekutu

    Venus melihat mereka melalui kacamata malam yang dia kenakan, ketika akhirnya dia dan Ildara tiba di sebuah lubang yang hampir melingkar dengan tebing-tebing tinggi yang mengelilingi mereka. Berada di sisi tebing, sekelompok orang "kecil" berbisik ketika mereka menyaksikan kedatangan Venus dan Ildara.“Orang-orang” ini, yang Mustaka panggil Ebu Gogo, tingginya hanya sekitar satu meter, wajah mereka ditutupi bulu lebat seperti primata non-manusia. Perut mereka membuncit seperti pot, dengan telinga mencuat seolah-olah telinga mereka telah menggunakan beban yang tidak terlihat selama sisa hidup mereka.Venus terus berjalan ke tengah lapangan kecil yang terbuka dengan langkah lambat sambil mengamati makhluk lain. Namun, tiba-tiba salah satu Ebu Gogo dengan bulu coklat muda di wajahnya mendekati Venus dengan cara berjalan kikuk. Meski begitu, ekspresinya terlihat seperti sedang marah.Ven

  • Cucu Kegelapan   Pertemuan

    Venus tiba-tiba merasa sangat kotor meskipun ia baru saja selesai mandi dengan sabun berbusa banyak. Terlebih lagi, sisa sarapan yang sempat dihabiskannya nyaris naik ke kerongkongan hingga membuat anak itu mabuk luar biasa.Seperti yang dikatakan Ildara: vingsai dapat berteleportasi, baik sendiri maupun dengan orang lain. Masalah terbesarnya adalah: yang dibawa vingsai itu bukan kaumnya sendiri, melainkan manusia volt yang sehat tanpa belatung di wajah mereka.Jika menjaga jarak saja aromanya sudah sangat buruk, Venus benar-benar membayangkan apa jadinya jika ia bersisian dengan vingsai. Berimpitan.Venus awalnya menolak berada di salah satu sisi vingsai itu, tapi Ildara berkata bahwa itulah caranya agar mereka bisa ikut diteleportasi.“Aku akan memegang lenganmu saja, Ildara!” sentak Venus di antara napasnya.Si vingsai mengangkat kepala dan menggeram rendah, seakan ingin mengatakan bahwa cuma itu caranya. Dan Venus harus mau kalau ti

  • Cucu Kegelapan   Rencana

    Malam itu Venus hanya tidur selama beberapa jam saja. Entah kenapa ia akhir-akhir ini punya masalah dengan pola tidurnya. Rasanya seperti ia lelah jika harus tidur lama-lama. Padahal tidurnya selalu kurang dari delapan jam.Setelah melempar tubuh lelaki yang ia bunuh tadi malam keluar gerbang kompleks, Venus segera pergi tidur saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Namun pada jam tiga pagi, ia terbangun dan tak bisa lagi memejamkan mata. Venus menghabiskan dini hari itu dengan menjelajahi ruang bawah tanah yang berdebu dan membaca beberapa buku fiksi koleksi Ildara di sana.Mustaka sama sekali tak menyahut saat gadis itu memanggilnya dengan telepati. Sedangkan Kaisar … sepertinya memang Venus tak bisa berbicara dengannya secara sembarangan. Kecuali Kaisar sendiri yang memulai.Pada jam lima, mata Venus berkedip-kedip lelah. Ia setengah mendesah lega, karena akhirnya mengantuk lagi. Namun gadis itu terpaksa berteriak sebal sendiri di kamarn

  • Cucu Kegelapan   Pembunuhan

    Besok adalah hari keempat belas sejak kepergian Ildara. Untuk yang kesekian kalinya dalam beberapa hari ini, Venus merasakan kemarahan yang berlebih akibat Ildara yang sama sekali tak memberi kabar padanya. Venus bahkan sempat berpikir, kenapa waktu itu dia tidak memberikan masa tenggat lebih cepat dari ini pada Ildara. Ketidaksabaran membuat anak itu menjadi gerah terus-terusan berada di rumah besar ini. Meskipun punya teman tak kasatmata seperti Mustaka atau Kaisar—meski yang satu ini jarang sekali bertelepati dengannya—tapi Venus tetap merasakan kesepian. Benda yang disebut dengan televisi … Venus hanya menyalakan itu saat ia butuh melihat berita tentangnya lagi. Lagipula, Venus tiba-tiba menjadi benci dengan segala film yang ada di dimensi bumi ini. Semua film menceritakan tentang kebaikan akan selalu menang; bahwa kejahatan pasti akan hancur. Sesuatu yang menjadikan diri Venus lebih sinis dari seharusnya. Takdir nyata tak seindah dalam halusinasi film semata, pikir Venus saat

  • Cucu Kegelapan   Mereka Datang

    Malam itu Venus tak bisa tidur. Ia pergi ke halaman belakang rumah Ildara yang megah. Halaman itu tersambung dengan hutan lebat yang gelap dan tampak menakutkan.Venus melatih dan mengerahkan Bakat-nya dengan kegilaan yang tak kunjung mereda. Sekali Ildara pernah menegur Venus karena terlalu berlebih-lebihan dalam mengerahkan Bakat Petir, sehingga menciptakan guntur dan petir di mana-mana.Beberapa pohon di dalam hutan tampak terbakar. Namun, dalam ketidaksadaran, ia juga menurunkan hujan lebat di atasnya, sehingga api cepat padam.Venus membentak liar pada Ildara dan mengusirnya dengan percikan-percikan listrik. Setelah itu si kuyang tak lagi muncul untuk menegurnya.Venus membentak ke udara saat beberapa pohon di tepi hutan tercerabut dan terlempar satu-dua meter jauhnya.Belasan banaspati tiba-tiba melesat dan melemparkan api ke arah Venus. Namun, makhluk-makhluk itu tak mendapatkan ketakutan Venus, sehingga ukuran dan kekuatan mereka tak lebih

  • Cucu Kegelapan   Kemarahan

    “Kau sekarang termasuk atasanku, Venus.”Venus menoleh menatap Ildara. Sudah seminggu sejak ia berada di kamar serupa rumah sakit itu, dan kini Venus sedang menikmati masa-masa kewarasannya kembali.Kekuatannya sudah lebih baik. Meski telinganya masih suka berdenging menyakitkan di waktu-waktu tertentu.Venus bersandar pada sofa yang didudukinya dengan perasaan tanpa beban.“Apa Kaisar yang menyuruhmu?” tanya anak itu perlahan.Ildara mengangguk. Ia menyesap teh di cangkirnya dengan gerakan anggun.Venus menoleh lagi. Pandangannya menyapu ruangan serupa ruang keluarga yang dipenuhi perabot dan hiasan serba emas itu. Ada foto-foto berpigura yang diletakkan di atas meja, beberapa digantung ke dinding.Sebuah monitor besar menempel di salah satu bagian dinding. Benda itu seakan menyatu dengan dinding itu sendiri. Venus mengawasi jalanan dan beberapa perumahan yang tampak kosong dari monitor itu.Ildara ting

  • Cucu Kegelapan   Keinginan yang Kuat

    Venus pernah berpikir bahwa hidupnya akan jadi mengesankan, jika ia melakukan kebaikan seperti seorang pahlawan super. Namun, pemikiran itu datang jauh sebelum ia berubah jadi berani.Pernah suatu kali di Bumi Pertama, saat ia baru saja masuk sekolah kanak-kanak, saat pertama kali Bima—ayah angkat Venus—membentaknya.Saat itu Venus mencoba berkenalan dengan seorang anak yang sedang menangis. Ia pikir ia bisa menghentikan tangis anak itu.Tangis anak itu berhenti, tapi Venus mengacaukan segalanya.Saat jam sekolah selesai, ada seekor nyamuk yang hinggap di pipi teman barunya itu. Secara spontan Venus menampar serangga itu; dengan tak sengaja melakukannya terlalu keras.Ibu anak yang pipinya kena tepuk oleh Venus marah karena anaknya kembali menangis; bahkan lebih keras dari sebelumnya. Venus meminta maaf, tapi ibu si anak masih terlihat marah.Bima nyaris menyeret Venus saat mereka pulang hari itu. Begitu tiba di rumah, Bima langs

  • Cucu Kegelapan   Terlahir Kembali

    Napas Venus tersentak keluar. Ia membuka mata kaget, segera setelahnya berkedip-kedip saat cahaya membutakannya.Venus menghela tubuhnya, tetapi langsung terhempas kembali. Erangan tersiksa keluar dari bibirnya.Kepala Venus serasa akan pecah; perutnya mual luar biasa. Cairan pahit berkali-kali naik ke tenggorokannya, tapi Venus selalu menelannya lagi dan lagi.(Anda menjijikkan sekali, Venus.) Tiba-tiba Mustaka bertelepati. Nadanya terdengar jijik.(Diam.) Pikir Venus padanya.Venus mengaduh pelan saat kakinya tiba-tiba berdenyut nyeri. Ia menunduk dan mendapati belitan perban di pahanya yang sempat terluka.Kenangan membanjiri pikiran Venus tiba-tiba. Ia mencengkeram kepalanya saat ingatan itu datang bertubi-tubi seraya membawa rasa sakit tak masuk akal di sana.Seakan belum cukup, telinganya berdenging luar biasa.Venus berteriak; teriakan anak itu serak, dan itu menyakiti tenggorokannya.Benda tajam serasa menusuk-nu

  • Cucu Kegelapan   Ungkap Kebenaran

    Dua cahaya kemerahan yang menyala-nyala dari ujung berbeda saling mendekat di tengah desir kegelapan. Siluet manusia yang terbentuk dari bayangan asap berdiri di antara cahaya-cahaya itu.Satu siluet berwarna hitam, yang lain berwarna merah gelap; nyaris menyatu dengan cahaya yang mengikutinya. Cahaya itu lantas membaur saat kedua siluet itu berdekatan.Sebuah kesadaran lain mengawasi mereka dengan perasaan waswas dan ingin tahu.Venus.Kesadaran anak itu … ia merasa seolah tidak memiliki raga. Jiwanya seakan mengambang. Venus mencoba bertelepati dengan Mustaka, tapi pikirannya seperti terbelenggu oleh sesuatu; ada hal lain yang menahannya. Entah apa.Siluet berasap di hadapan anak itu tampak memutar ke arahnya. Venus tiba-tiba menggigil. Namun ia tak bisa bergerak … tak bisa apa-apa.Yang bisa dilakukan Venus hanya mengawasi dengan perasaan dicekam ketakutan.“Lihatlah, Druiksa.” Venus menoleh ke arah siluet

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status