Cucu Kegelapan

Cucu Kegelapan

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-01
Oleh:  Varga Nurlela BlafireTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
2.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Venus berpikir memiliki ibu tiri sudah cukup buruk baginya, tetapi ketika kebenaran tentang ayahnya yang ternyata juga bukan orang tua kandungnya, hatinya hancur. Siapa orang tuanya? Di mana mereka? Apa sebenarnya yang terjadi pada mendiang ibu kandungnya? Pertanyaan-pertanyaan ini memenuhi benaknya saat dia melayang di Ketiadaan dan Kegelapan. Hatinya setidaknya bisa sedikit membaik ketika dia tiba di Bumi Kedua, dimensi lain dari dunia aslinya, dan bertemu teman baru. Namun, semuanya terulang lagi. Dewa Kebencian mengklaim Venus sebagai keturunannya, memberikan saran kepada seluruh Dasina untuk menghukumnya. Semua itu masih belum cukup membingungkan ketika kebenaran lain menghantamnya, membuatnya meragukan kebaikan yang selalu dia pegang. Apa yang harus dia lakukan? Menyerah pada sang Kematian, atau melepaskan amarahnya untuk memperjuangkan hidup? Karena ketika dia mengetahui siapa orang tuanya dan bahwa salah satu temannya hanyalah seorang pengkhianat, serta fakta bahwa seluruh negeri membencinya dan menginginkan kematiannya, hatinya menjadi kelabu. Venus, dalam kebingungan yang terkubur dalam awan kemarahan, membuat keputusan yang menurutnya terbaik untuk dirinya sendiri. "Apa yang mereka sebut tentangku, biarlah itu menjadi kenyataan. Biar aku menyambut kalian, sayang, biarkan aku menyambut kalian."

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kebaikan Palsu

“Dia benar-benar sedang keluar, kan?” Venus bergumam sendiri.

Gadis itu tinggal di Koba, Bangka Tengah, di mana semua hal terasa begitu dekat jaraknya. Ia baru saja pulang dari sekolah, berganti pakaian, dan langsung menuju dapur. Hari ini acaranya cuma kerja bakti, dan para penjual di kantin memutuskan untuk libur berjamaah. Hanya ada satu, dan penjual keliling itu sama sekali tidak menyediakan makanan berat seperti nasi. Untung saja kerja bakti ini tak sampai tengah hari.

Meski begitu, entah mengapa Venus berpendapat makan di rumah lebih baik, daripada makan di sebuah kedai dan membuang-buang uang saku. Selain itu, dia juga yakin bahwa ibu tirinya sedang keluar. Salah satu teman Venus mengaku melihat ibu tiri Venus menumpang mobil teman arisannya. Apapun itu, Venus tetap waswas. Ia memutuskan untuk menyerah saja, meski tidak terlalu yakin.

Tentu saja, menyerah itu pertanda buruk.

“Ah, Sayang. Apa yang kau lakukan?”

Suara itu begitu manis, kalau saja tidak berasal dari ibu tiri Venus, Sella. Ia adalah wanita yang berusaha terlihat cantik, dalam wajahnya yang mengerikan. Putih palsu seperti nenek sihir. Wanita itu muncul begitu saja dari pintu belakang. Ia mengambil piring Venus dan meletakkannya kembali di susunan rak.

“Aku tahu, aku tahu,” dendang Sella, “kau lapar, ya? Hei, memangnya di sekolah tak ada kantin? Kenapa tidak makan di sana?”

“Hari ini kantin libur,” kata Venus agak geram. Ditahannya emosi yang tiba-tiba menggelegak.

“Oh, ya ampun,” kata Sella berpura-pura simpati, “aku mengerti. Hanya saja, aku bingung. Cuma gara-gara itu, lantas kau berniat mencuri makanan di lemari makananku? Lagipula, kau ini sudah lima belas tahun, masa tidak berani makan di warung sendiri?”

“Aku nggak mencuri!” sembur Venus merasa terhina. “Dan, sejak kapan makan di rumah sendiri dikategorikan sebagai mencuri?!”

“Aha!” Mata Sella berkilat jahat, tetapi kata-katanya tetap semanis madu palsu. “Jangan jadi jahat begitu. Bukankah tadi pagi kau mendengarku bicara saat aku menelepon temanku? Aku berencana memasak untuk teman-temanku yang sebentar lagi akan datang. Seharusnya kau mendengar, mengingat kau berada tak jauh dariku. Lagipula, maaf karena aku bahkan tak menganggapmu sepenuhnya ada. Dan, toh, ayahmu juga tidak terlalu peduli. Jadi, mengapa aku harus bersusah payah?”

Dada Venus tiba-tiba naik turun karena emosi. Ayah kandungnya memang tak pernah peduli, bahkan saat Venus mengadu tentang bagaimana tidak adilnya Sella pada anaknya sendiri. Suara Sella yang semanis madu tetapi mengandung racun, membuat semuanya makin buruk. Venus benar-benar tak tahan lagi.

“Kau nggak seharusnya memperlakukanku seperti ini!” Venus berteriak marah, tak peduli jika ayahnya tetap mengabaikan dia. “Kau hanya beruntung saja saat menikah dengan Ayah! Kau memanfaatkan segala hal tentang Ayah seperti ular! Coba pikir sebentar, Sella. Andai saja Ayah tak menjadikanmu bagian dari keluarga Samudera, kau akan berakhir jadi apa? Jalang di jalanan? Karena kupikir itulah yang seharusnya!”

Venus diam-diam merasa tercengang dengan kata-katanya sendiri. Namun, momen yang paling membanggakan adalah ekspresi Sella. Mimik wajah wanita itu seperti ditampar berkali-kali dengan tutup tong sampah dari besi. Dan lagi, si anak perempuan yang mata hitamnya kini nyalang itu belum selesai.

“Pikirmu kau siapa?! Kau bisa hidup juga dari hasil kerja keras Ayah! Kau bahkan nggak mengerjakan apapun selain merapikan kuku dan bergosip! Pikirmu aku ini siapa? Lalat tak berguna, begitu? Selama ini aku menghormatimu hanya karena Ayah! Apa kau kira aku juga menerimamu sepenuhnya?! Dan kalau kau belum lupa, aku lebih berhak menendangmu! Kau—”

PLAK!

Venus terhuyung ke belakang dan hampir saja terjatuh, tetapi Venus menyeringai pada Sella dengan air muka penuh kemenangan. Mata Venus basah oleh air mata kemarahan. Kini, giliran dada Sella yang naik turun tersulut emosi, seakan-akan yang tadi berteriak adalah dia, bukan Venus. Venus tahu apa yang ia katakan tadi benar, dan Sella tampak benci mengakui bahkan pada dirinya sendiri.

“Keluar dari sini,” desisnya mengancam, kehilangan kontrol dirinya yang serba manis, “dan jangan pulang sebelum ayahmu pulang! Kita lihat apakah amarahmu bisa meluluhkan hatinya. Pergi sekarang, sebelum aku habis kesabaran. Pergi! Pergi!”

Desisannya berubah menjadi bentakan liar. Venus baru saja akan memakinya, tetapi gadis itu menggeleng pelan, sadar betul betapa kebencian begitu menggelayut di hatinya. Tidak akan ada pengaruh jika pun ia membasuh mulut dengan melontarkan kata-kata kasar pada Sella. Emosi-emosi yang sedari dulu Venus tahan, kini menggumpal menjadi awan gelap dalam hatinya. Ingin sekali gadis itu meluapkan semuanya, tetapi ia tahu itu percuma. Yang tersisa nantinya hanyalah kesia-siaan.

Venus berlari naik menuju kamarnya untuk mengambil ransel. Bukan untuk kabur, tetapi lebih karena ia terbiasa ke mana-mana membawa tas. Kalau pun ingin kabur, memangnya ia harus ke mana?

Venus menyugar rambut hitam sebahunya dengan napas berat, saat kemudian ia tiba di garasi. Menghela napas dengan gemetar, gadis itu menaiki sepedanya. Ia kayuh roda angin tersebut, sambil menahan panas pada bekas tamparan di pipinya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
39 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status