Share

60. Tekad Sanggageni

Arya tersenyum memandang dua pria yang amat dia cintai hadir di hadapannya. Belasan prajurit di sekitarnya yang tadi hendak menghajarnya sudah terkapar. Prajurit lainnya terlihat ragu untuk menyerang dua pimpinan Baka Nirdaya itu. Sanggageni sudah berdiri di atas kakinya lagi dengan pedang andalan di tangan kanannya.

“Aku senang melihat kalian berdua. Tapi maaf aku tak peduli dengan perang ini. Silahkan Ayahanda dan Paman selesaikan!” ujar Arya dingin. Ia letakkan busur Agnitama di punggungnya.

“Ya, kau memang seharusnya tak perlu ke medan perang, Arya!” sahut Pranawa. Pria itu sudah kembali duduk di atas kudanya.

“Menepi lah, setelah ini kita akan pulang ke Girijajar!” seru Sanggageni. Dengan menarik dirinya Arya dalam keberpihakannya dengan Astagina, Baka Nirdaya bisa fokus untuk memukul mundur lawannya. Akan lebih baik bila Patih Waradhana dan para pembesar bisa ditumpas.

Seiring dengan perginya Arya Nandika, pasukan Baka Nirdaya yang sempat tak berdaya karena Cundhamani telah k
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status