Share

BAB 2

Author: Dafin
last update Last Updated: 2025-08-23 15:25:28

Malam itu, di kamar yang hanya diterangi cahaya lampu meja dan layar laptop, Daffa merasa dunia di sekitarnya seakan menghilang. Jalanan kota yang ramai, suara kendaraan, bahkan percakapan keluarganya, semua menguap menjadi hening saat ia menatap layar. Di hadapannya terbentang artikel, forum, video tutorial, dan berbagai istilah yang sebelumnya asing baginya: Bitcoin, blockchain, mining, NFT, smart contract, dan banyak lagi.

Daffa menarik napas panjang. “Kalau aku bisa mengerti semua ini… mungkin aku bisa menciptakan sesuatu yang orang lain tidak pernah bayangkan,” gumamnya sambil menuliskan catatan di buku kecil.

Ia mulai dari hal paling sederhana: membaca artikel pengantar tentang cryptocurrency. Awalnya, semua istilah terdengar membingungkan. Ledger digital, desentralisasi, token, node… semuanya terasa seperti bahasa asing. Namun, Daffa tidak menyerah. Ia membuka beberapa forum teknologi internasional, membaca pertanyaan pengguna lain, jawaban dari pakar, dan pengalaman pemula seperti dirinya.

“Jadi… blockchain itu semacam buku besar digital yang tersambung ke banyak komputer di seluruh dunia?” bisiknya sendiri, sambil menulis diagram alur sederhana di buku catatan. Matanya berbinar. Ia mulai memahami konsep dasar: transparansi, keamanan, dan bagaimana transaksi dapat terjadi tanpa bank atau pihak ketiga.

Rasa penasaran Daffa mendorongnya untuk mencoba sesuatu. Ia memutuskan untuk membuat akun di platform edukasi cryptocurrency. Prosesnya tidak mudah. Kata sandi harus kuat, kode verifikasi harus dimasukkan dengan tepat, dan beberapa kali ia salah memasukkan data. Jari - jarinya gemetar karena antusias dan sedikit gugup.

“Ah… kenapa selalu error?” keluhnya sambil menggaruk kepala.

Namun setiap kesalahan justru menjadi pelajaran. Daffa belajar membaca petunjuk dengan teliti, memahami prosedur keamanan, dan menelusuri dokumentasi resmi. Lambat laun, akun edukasinya berhasil dibuat. Sebuah notifikasi muncul: Selamat datang di dunia cryptocurrency. Mulai perjalananmu di sini.

Daffa tersenyum lebar. Rasanya seperti membuka pintu ke dunia baru, penuh kemungkinan dan misteri. Ia mulai menonton video tutorial tentang transaksi virtual, mining, dan cara kerja wallet digital. Ia mencatat setiap istilah dan membuat sketsa diagram alur transaksi, menandai bagian yang belum dipahami, dan menuliskan pertanyaan-pertanyaan di tepi buku.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Saat mencoba simulasi transaksi pertama di akun edukasi, Daffa membuat kesalahan: ia mengirim token percobaan ke alamat yang salah. Hatinya berdebar. Apakah ini berarti kehilangan token? Ia menahan napas, membaca panduan pemulihan, dan akhirnya berhasil mengembalikan transaksi tersebut.

Pengalaman itu memberinya pelajaran berharga: dunia digital bukan hanya soal angka di layar, tetapi juga tanggung jawab, ketelitian, dan kesabaran. Kesalahan kecil bisa berakibat besar, dan untuk menjadi mahir, diperlukan fokus dan disiplin.

Setelah kejadian itu, Daffa menutup laptop sejenak, menatap jendela kamarnya, dan merenung. Kota yang ramai di luar terasa jauh. Ia memikirkan masa depan: mungkin suatu hari ia bisa membuat proyek digital sendiri, membantu orang memahami teknologi, atau bahkan menciptakan inovasi yang bermanfaat.

Tetapi ia juga sadar, jalan menuju itu tidak mudah. Ia harus belajar, menghadapi tantangan, dan menjaga integritas.

Daffa menulis beberapa tujuan malam itu:

1. Memahami blockchain hingga bisa menjelaskan konsep dasar kepada orang lain.

2. Mempelajari cara membuat wallet digital dan simulasi transaksi.

3. Mengikuti forum teknologi, membaca pengalaman pemula dan pakar.

4. Menyusun pertanyaan untuk diskusi dengan teman atau mentor di masa depan.

Ia menatap daftar itu, merasa bersemangat. Dunia digital kini tidak lagi misterius. Setiap istilah yang awalnya asing kini mulai masuk akal, setiap diagram yang ia buat semakin rapi, dan setiap pertanyaan yang ia tulis membuka jalan menuju pengetahuan baru.

Sebelum tidur, Daffa menutup laptop dan menarik selimut, mata berbinar dengan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan. Di dalam hatinya, sebuah tekad tumbuh: “Aku akan menguasai dunia digital ini, bukan untuk cepat kaya, tapi untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Ini baru permulaan.”

Di luar, kota tetap sibuk, lampu - lampu gedung menyala, dan malam menyelimuti jalan-jalan yang panjang. Tetapi di kamar kecil Daffa, sebuah petualangan besar telah dimulai petualangan menuju dunia cryptocurrency, blockchain, dan inovasi digital yang penuh misteri dan peluang.

Malam itu, Daffa kembali duduk di depan laptopnya dengan perasaan campur aduk antara penasaran dan kagum. Dunia digital yang kemarin baru sebatas artikel dan istilah asing, kini terasa lebih nyata. Ia membuka browser dan mulai menelusuri berita terbaru tentang Bitcoin dan cryptocurrency lainnya.

Layar laptop memunculkan artikel berjudul: “Harga Bitcoin Melonjak 15% dalam 24 Jam – Apa Arti bagi Investor Pemula?” Daffa menelan ludah, membaca setiap kalimat dengan seksama. Angka - angka dan grafik yang sebelumnya tampak membingungkan kini mulai menarik perhatiannya. Ia mencoba membayangkan bagaimana seseorang bisa membeli, menyimpan, dan menjual mata uang digital yang tidak pernah disentuh secara fisik.

“Jadi… orang - orang bisa punya uang yang hanya ada di internet?” gumam Daffa sambil mengetuk keyboard. Ia membuka artikel lain yang menjelaskan konsep blockchain, ledger, dan mining. Beberapa paragraf memusingkan, dengan istilah teknis seperti wallet, smart contract, node, dan decentralized network.

Daffa menarik napas panjang. “Bingung… tapi menarik. Aku ingin tahu lebih dalam.”

Tanpa menunggu lama, ia mulai menelusuri video tutorial di YouTube tentang cryptocurrency. Satu demi satu video ia tonton: dari penjelasan dasar tentang Bitcoin hingga panduan simulasi trading menggunakan akun edukasi. Ia mencatat setiap istilah baru di buku catatan, membuat diagram sederhana untuk memahami alur transaksi digital, dan menulis pertanyaan di tepi halaman: Bagaimana wallet bekerja? Apa yang terjadi jika salah kirim token? Bagaimana mining menghasilkan cryptocurrency?

Malam itu, Daffa memutuskan mencoba simulasi pertama. Ia membuka akun edukasi yang dibuatnya sebelumnya dan mencoba mengirim token percobaan ke alamat lain di platform. Tangan gemetar saat menekan tombol Send.

“Ah! Kenapa error lagi?” keluhnya, menatap layar dengan frustrasi. Beberapa kali ia salah memasukkan alamat wallet. Hatinya berdebar. Tetapi setiap kali gagal, Daffa belajar lebih teliti membaca petunjuk, memeriksa kembali alamat, dan memahami prosedur dengan cermat.

Setelah beberapa kali percobaan, token akhirnya berhasil terkirim ke alamat yang tepat. Daffa tersenyum lebar, merasa seperti menemukan kunci rahasia di dunia baru. Ia menyadari bahwa dunia digital penuh peluang, tetapi juga membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan tanggung jawab.

Keesokan harinya, Daffa kembali ke laptopnya, kali ini untuk bergabung dengan forum online internasional tentang cryptocurrency. Forum ini adalah tempat orang - orang dari berbagai negara bertanya, berbagi pengalaman, dan mendiskusikan teknologi blockchain. Daffa membuat akun, memilih nama pengguna sederhana, dan mulai membaca thread yang membahas trading, mining, dan proyek - proyek crypto baru.

Awalnya, Daffa merasa sedikit canggung. Banyak istilah teknis yang belum ia mengerti, dan komentar - komentar panjang dari pakar membuatnya sedikit takut bertanya. Namun setelah beberapa jam membaca, rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takut. Ia menulis pertanyaan pertama: “Bagaimana cara pemula belajar trading tanpa risiko besar?”

Tidak lama kemudian, sebuah jawaban muncul: “Mulailah dengan akun simulasi, belajar dari grafik dan statistik, jangan pernah menggunakan uang asli sebelum benar - benar mengerti risiko.”

Daffa tersenyum. Jawaban itu sesuai dengan yang ia lakukan selama ini. Forum itu menjadi jendela baru baginya: tempat untuk belajar, bertanya, dan memahami dunia cryptocurrency dari pengalaman orang lain.

Hari - hari berikutnya, Daffa semakin rajin menelusuri forum, membaca tutorial, dan melakukan simulasi. Ia mulai memahami konsep wallet, cara kerja mining, dan prinsip decentralized network. Setiap istilah yang dulu asing kini perlahan masuk ke dalam pikirannya. Ia membuat diagram alur transaksi, menandai bagian yang belum ia pahami, dan menulis pertanyaan untuk dijawab oleh forum atau teman - temannya di sekolah.

Di sekolah, Daffa mulai berdiskusi dengan Bima, teman sekelas yang juga tertarik teknologi. Mereka berbagi artikel, video tutorial, dan pengalaman pertama menggunakan akun edukasi. Kadang mereka berbeda pendapat, misalnya soal risiko investasi crypto. Bima lebih berhati-hati, sementara Daffa penasaran untuk mencoba simulasi lebih kompleks. Diskusi itu terkadang memanas, tetapi selalu diakhiri dengan saling menghargai dan belajar dari satu sama lain.

“Daffa, kamu yakin mau coba fitur trading simulasi ini?” tanya Bima suatu sore sambil menatap layar laptop mereka di perpustakaan.

“Iya, Bima. Aku ingin belajar lebih jauh. Aku tahu risikonya, tapi ini cuma simulasi,” jawab Daffa sambil menatap grafik naik-turun harga Bitcoin.

Bima mengangguk pelan, meski sedikit cemas. “Oke, tapi jangan sampai lupa belajar pelajaran sekolah juga ya,” candanya sambil tersenyum.

Selain belajar dengan teman, Daffa juga mulai menulis jurnal harian tentang pengalamannya: istilah baru, konsep blockchain, simulasi transaksi, dan pertanyaan yang muncul. Ia merenungkan potensi dunia digital tidak hanya sebagai investasi atau trading, tetapi juga sebagai sarana edukasi, inovasi teknologi, dan peluang bisnis.

Setiap malam, sebelum tidur, Daffa menulis daftar tujuan untuk hari berikutnya:

1. Membaca artikel lanjutan tentang blockchain.

2. Menonton video tutorial tentang mining dan wallet digital.

3. Menyusun pertanyaan baru untuk forum.

4. Mencoba simulasi transaksi dengan aman.

Dengan cara ini, Daffa merasa perlahan menguasai dunia baru yang penuh misteri. Ia menyadari bahwa belajar cryptocurrency bukan hanya tentang angka, tetapi juga memahami etika, keamanan, dan teknologi di baliknya. Setiap pertanyaan yang terjawab menumbuhkan rasa percaya diri, dan setiap kesalahan mengajarkannya ketelitian dan tanggung jawab.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DAFFA DAN MATA UANG DIGITAL   BAB 20

    Malam sudah larut. Jam dinding di kamar kos menunjukkan pukul 23.47. Hujan baru saja reda, menyisakan titik-titik air di kaca jendela. Suara tetesan masih terdengar, berpadu dengan dengung kipas angin tua yang berputar malas. Daffa duduk sendirian di kursi kayu kecil dekat jendela. Di hadapannya, laptop menyala dengan dashboard EduCoin yang menampilkan grafik transaksi token dan jumlah pengguna yang terus bertambah. Ada rasa bangga, tapi juga ada sesuatu yang mengganjal di hatinya: perasaan campur aduk antara puas, takut, dan bingung. Daffa menghela napas panjang, lalu tersenyum samar. “Aku bahkan nggak percaya aku bisa sejauh ini.” Ia menutup mata, membiarkan pikirannya berputar ke masa lalu. Ia melihat dirinya dan Bima di perpustakaan kampus. Buku-buku menumpuk di meja, laptop terbuka dengan tab penuh artikel tentang blockchain. Daffa ingat rasa frustrasi saat itu. “Bim, ini maksudnya apa sih? Ledger, mining, peer-to-peer… kayak bahasa alien.” Bima tertawa kecil. “Tenang, Daf.

  • DAFFA DAN MATA UANG DIGITAL   BAB 19

    Pagi itu Daffa merasa hari berjalan seperti biasa. Ia bangun, berangkat ke kampus, mampir ke kantin. Tapi satu hal kecil mengubah segalanya: sebuah notifikasi berita di ponselnya.Di layar tertera judul besar:“Inovasi Anak Muda: EduCoin, Token Belajar untuk Pelajar Indonesia.”Tangannya refleks gemetar. Ia baca cepat artikel itu, menelusuri setiap kalimat: tentang ide awal mereka, tujuan edukasi, bahkan kutipan dari postingan mereka di forum crypto lokal.“Guys, kita masuk berita!” seru Daffa, bangkit dari kursi kantin.Karin hampir menjatuhkan sendok nasi gorengnya. “Apa?! Serius?”Bima langsung meraih ponselnya. Sinta dan Rizal mendekat, mereka berebut membaca. Saat benar-benar melihat artikel itu nyata, wajah mereka berbinar-binar.“Ini gila. Kita cuma bikin proyek kecil-kecilan, eh diliput media,” kata Fahri dengan nada tak percaya.Artikel itu sederhana, tapi efeknya luar biasa.Tak butuh waktu lama, tautan artikel dibagikan di Twitter, Instagram, hingga TikTok.Komentar publik

  • DAFFA DAN MATA UANG DIGITAL   BAB 18

    Setelah melewati masa penuh tekanan, tim EduCoin memutuskan untuk mengadakan rapat besar di ruang komunitas kampus yang biasanya sepi di akhir pekan. Daffa berdiri di depan papan tulis, tangannya memegang spidol, wajahnya penuh tekad.“Kemarin kita dihantam masalah bertubi-tubi. Server down, bug, regulasi. Tapi aku percaya, ini bukan akhir ini justru jalan menuju solusi.”Semua anggota tim menatapnya dengan harapan. Karin duduk sambil memegang laptop, Bima siap dengan catatan, Fahri tampak masih lelah tapi fokus, Rizal menyalakan recorder agar rapat terdokumentasi, sementara Sinta menyiapkan slide presentasi sederhana.Daffa menuliskan tiga kata besar di papan tulis: Stabilitas – Strategi – Inovasi.“Ini tiga pilar kita sekarang,” ujarnya. “Tanpa stabilitas, pengguna nggak percaya. Tanpa strategi, kita kehilangan arah. Tanpa inovasi, kita akan ditinggalkan.”Fahri mendapat giliran bicara. Ia maju dengan membawa laptop.“Pertama soal server. Aku sudah riset beberapa opsi cloud service.

  • DAFFA DAN MATA UANG DIGITAL   BAB 17

    Setelah kampanye promosi pertama EduCoin sukses, antusiasme pengguna meningkat pesat. Dalam waktu singkat, jumlah akun pelajar yang mendaftar melonjak lebih dari dua kali lipat.Daffa menatap dashboard server dengan mata berbinar. “Lihat, traffic kita naik gila-gilaan! Dalam sehari ada 500 user baru.”Bima ikut mencondongkan badan. “Ini luar biasa, Daf. Kita bener-bener bikin sesuatu yang disukai.”Namun, kebahagiaan itu hanya bertahan sebentar. Malam harinya, notifikasi merah memenuhi layar Daffa. Server down.“Tidak… jangan sekarang!” Daffa menepuk jidat.Besok paginya, grup chat tim penuh pesan panik.Sinta: “Daf! Aku nggak bisa login. Anak-anak yang pakai juga pada ngeluh.”Rizal: “Twitter kita udah rame. Banyak yang nanya kenapa aplikasi error.”Fahri: “Aku cek log. Sepertinya server nggak kuat menahan lonjakan traffic.”Daffa langsung ke rumah Fahri untuk memperbaiki sistem. Dengan wajah lelah, mereka berdua begadang semalaman, mencoba menstabilkan server.“Masalahnya bukan di k

  • DAFFA DAN MATA UANG DIGITAL   BAB 16

    Beberapa hari setelah uji coba pertama EduCoin selesai, Daffa masih tenggelam dalam evaluasi. Ia duduk di kafe kecil dekat kampus, menatap layar laptop penuh catatan bug dan feedback dari siswa.“Desain aplikasimu keren sih, Daf,” kata Bima yang duduk di seberangnya. “Tapi jujur aja, tampilannya agak… kaku. Anak-anak suka fungsinya, tapi kalau tampilannya lebih menarik, pasti makin nempel.”Daffa menghela napas. Ia tahu itu kelemahannya: urusan desain dan tampilan. Ia bisa membangun sistem yang aman, algoritma yang efisien, tapi kalau soal estetika? Nol besar.Tiba-tiba, seseorang dari meja sebelah menoleh. Seorang gadis berambut sebahu, mengenakan hoodie biru tua, sedang menggambar di tablet grafis. Ia tersenyum tipis.“Maaf, aku nggak sengaja dengar obrolan kalian,” katanya. “Aku setuju sama temanmu. Sistem yang bagus perlu wajah yang ramah. Kalau nggak, orang males pakai.”Daffa dan Bima saling pandang. “Eh, iya… kamu siapa?” tanya Bima agak kikuk.Gadis itu memperkenalkan diri. “A

  • DAFFA DAN MATA UANG DIGITAL   BAB 15

    Hari itu terasa berbeda bagi Daffa. Ia bangun lebih pagi, sarapan seadanya, lalu duduk di depan laptop dengan tangan agak gemetar. Hari ini adalah hari yang sudah mereka tunggu-tunggu: uji coba pertama EduCoin.Selama berminggu-minggu mereka bekerja siang malam. Daffa dengan coding, Bima dengan riset, Sinta dengan konten edukasi, Fahri dengan server, dan Rizal dengan komunikasi ke sekolah. Akhirnya, sebuah sekolah menengah di pinggiran kota bersedia menjadi tempat uji coba terbatas.Sekolah itu bukan sekolah elite, melainkan sekolah negeri dengan fasilitas sederhana. Justru di situlah Daffa merasa ide mereka lebih relevan. EduCoin bukan sekadar teknologi, tapi alat untuk memberi semangat baru bagi pelajar biasa.Di ruang guru, mereka diterima oleh Bu Rini, seorang guru yang dikenal progresif.“Jadi, kalian mau bikin eksperimen kecil di sekolah ini?” tanya Bu Rini dengan nada penasaran.Rizal menjawab dengan antusias, “Iya, Bu. Sederhana saja. Kami ingin mencoba memberi reward berupa t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status