Amanda sadar jika dirinya akan kembali terlibat masalah, pertaman dia sudah berjanji pada kakak iparnya utuk tidak berhubungan lagi dengan Dom tapi dia malah kembali tidur dengannya. Yang kedua lebih menakutkan lagi bagi Amanda karena dia sedang tidak minum pil beberapa hari ini dan mereka melakukan sex tanpa pengaman. Tanpa sadar Amanda kembali memukul kemudi di depannya dan ingin mengutuk Dom ribuan kali. Jika Amanda tidak ingat harus segera menjemput Sisis pasti dia akan mencari pria itu dan mencakarnya dulu sampai dia puas. Belum lagi jika Amanda ingat dengan jejak yang ditinggalkan Dom di pinggulnya, Amanda tidak tahu bagaiman harus beralasan pada Ardi jika dia sampa melihatnya. Mustahil Amanda beralasan mengigit pinggulnya sendri. Amanda harus segera memikirkan jalan keluar.
Begitu sampai di rumah ibunya Sisi langsung berlari keluar dan menanyakan makanan ringan yang tadi dia pesa
YUK VOTE DULU
Amanda masih berada di kamar duduk di depan cermin sambil meraba perutnya ketika tiba-tiba pengurus rumahnya memberitahu jika ada yang kembali mengirim bunga. Sebenarnya Amanda sudah sangat muak dengan bunga-bunga yang di kirim Dom. Tapi Amanda tidak bisa juga marah-marah pada kurirnya karena mereka hanya bekerja. Sepertinya Amanda memang harus memiliki stok kesabaran lebih tebal untuk menghadapi ulah Dom belakangan ini. Amanda segera turun utuk memberi tanda terima dan akan membuang bunga terkutuk itu ke tempat sampah. Tapi apa yang kembali mengejutkan Amanda, ternyata Dom datang sendiri. Amanda Syok dan ternganga melihat pria bersetelan rapi itu sudah berdiri di depan pintu rumahnya dengan satu buket bungan mawar merah tersandar di lipatan lengannya. Amanda mendorong kembali daun pitu di hadapannya untuk dia tutup tapi Dom lebih dul
Ardi juga belum bercerita mengenai pinjamannya yang hanya disetujui lima puluh persen. Walaupun penasaran tapi Amanda pilih percaya pada suaminya, mungkin Ardi memang sengaja tidak bercerita mengenai detail beberapa hal agar Amanda tidak ikut cemas. Setelah kesalahannya kemarin Amanda juga pilih mempercayakan masalah ini pada para pria untuk mengatasinya. Amanda tidak mau kembali menimbulkan masalah. Mas Roy juga sudah berjanji akan membantu mereka, benar kata kakak iparnya Amanda hanya perlu menjaga hubungannya bersama Ardi. Amanda terus memikirkannya semalaman, tidak tahu kenapa Amanda juga merasa perlu memantapkan dirinya berulang-ulang apa lagi sejak kedatangan Dom tadi siang yang sangat luar biasa aneh. Entah apa keinginan pria itu, Amanda belum bisa menebak dan dia harus tetap waspada seperti yang dikatakan kakak iparnya. Ardi baru menyusul masuk ke dalam kamar dan langsung mengha
"Maaf aku terlambat." Amanda langsung menghampiri Mona yang sudah duduk di antara barisan kursi. "Tidak apa-apa baru dimulai." Mona juga mempersilahkan Amanda untuk duduk di sebelahnya. [Tidak perlu ada yang tahu, tidak ada yang perlu kau pikirkan] pesan yang dikirim Dom begitu Amanda baru duduk menyelip di samping Mona. [Bagaimana kau bisa asal bicara seperti itu!] tegas Amanda pada pesan yang balas dia kirim. [Karena aku juga tidak bisa sepeti tadi jika terlalu banyak berpikir] Amanda langsung terhenti karena tidak bisa mengetik apapun, dia hanya sadar dengan perasaannya tapi juga sedang tidak bisa berpikir. Amanda cuma ya
Dom sangat mengenal Amanda, Amanda masih sangat muda dan labil. Sebuah celah yang bisa dipengaruhi dengan mudah. Di balik sifat manjanya sebagai anak tunggal sebenarnya Amanda menyukai tantangan dan hal baru, menyenangkan dan pemaaf karena dia pikir orang lain juga akan sama enteng seperti dirinya dalam bertindak dan berpikir. Amanda hanya tidak bisa dipaksa karena dia justru akan semakin melawan dan kabur layaknya pemberontak yang nekat. Sejak dulu Ardi juga sudah sangat mengenal sifat Amanda yang tidak suka dikekang dan mencintai kebebasan dari segala aturan orang tuanya. Karena itu sebagai suami Ardi berkomitmen untuk tetap memberi Amanda kebebasan. Amanda boleh mengikuti kegiatan apapun yang dia suka untuk mengisi kesibukan. Ardi tidak terlalu perduli dengan apa yang dibicarakan orang mengenai istrinya, baginya Amanda adalah istri yang penyayang dan ibu terbaik untuk putri mereka. M
Hidup Amanda dan Ardi sebenarnya sangat sempurna andai tanpa kehadiran orang ketiga di antara mereka. Ardi baru pulang dan Amanda langsung menyambutnya seperti biasa, menawarkan ditemani makan malam atau mandi dulu karena Ardi pulang agak petang. "Dimana Sisi?" seperti biasa Ardi juga akan langsung menanyakan putri mereka. "Sisi baru naik ke kamarnya." Amanda mendekat untuk membiarkan Ardi menciumnya. "Apa kau sudah makan?" gantian Ardi yang bertanya sambil meraba perut Amanda. Ardi memang selalu perduli bahkan untuk hal-hal sepele bagi Amanda yang kadang kurang memperhatikan. "Sebenarnya aku menunggumu." Amanda balas bergelayut manja di bahu Ardi untuk sedikit dipeluk. "Kita ma
Setelah Dom berjalan pergi ternyata Amanda malah jadi linglung. Amanda mendatangi Dom untuk meminta kebebasannya tapi kenapa sekarang dia malah lebih mencemaskan Ardi lebih dari hari-hari sebelumnya. Amanda bahkan berjalan keluar seperti zombi yang sudah tidak bernyawa, dia juga tidak perduli dengan tatapan Aneh para anak buah Dom yang berpapasan dengannya. Amanda baru keluar dari pintu utama dan masih berdiri di halaman ketika mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga, bukan hanya sekali tapi beberapa kali. Jantung Amanda seolah ikut berhenti dan napasnya tercekat di tenggorokan. Dia hanya tahu Dom sangat marah karena pria itu tidak akan meninggalkannya seperti tadi jika bukan karena memang sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Amanda segera masuk ke dalam mobilnya tanpa ingin memikirkan apapun lagi tentang pria itu. Amanda
Dom mengendarai jenis mobil sport yang bisa meluncur seperti peluru dan terus memacu kendaraan tersebut hingga batas maksimal. Dadanya terus berdentam-dentam untuk segera menemukan Amanda. Dom bersumpah akan membawa wanita itu kabur kemanapun asal Amanda mau memilihnya. Dia bisa mengabaikan apapun termasuk sakit hatinya ketika Amanda terus berkhianat dan tidak pernah memegang janjinya untuk setia. Dom menemukan Amanda sedang berjongkok di tepi pagar jembatan dengan tubuhnya yang menggigil. Dom segera menepikan mobil dan menghampirinya. "Kenapa kau di sini?" "Aku tidak tahu." Dom ikut turun untuk memeluk Amanda dari belakang hingga seperti gumpalan dan ikut merasakan tubuh rapuhnya yang bergetar.
Langit yang cerah, debur ombak, dan suara camar seolah menjadi pagi yang sempurna untuk mendapatkan seseorang masih berbaring di sampingnya setelah sepanjang malam mereka habiskan untuk saling bergelung dan berpelukan. Entah sudah berapa lama mereka tidak bisa merasakan kedamaian seperti ini. "Kau sudah bangun?" suaranya serak tapi lembut ketika pria itu baru menyapu helaian rambut di dahi Amanda yang ikut disisir angin pantai ringan. Amanda membuka kelopak matanya perlahan dan masih silau oleh cahaya yang benderang, kisi-kisi dinding kamar mereka juga sudah dibuka lebar untuk membiarkan angin masuk dan bersirkulasi dengan sempurna. Dom sedang tersenyum, senyum yang langsung mengingatkan Amanda pada pria yang telah begitu dia rindukan dalam waktu yang panjang.